JAKARTA – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) berencana untuk memangkas jumlah anak usaha dari saat ini 62 menjadi 39 perusahaan saja. Perusahaan membidik proses pengurangan anak usaha ini rampung di 2025 mendatang.
Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menyebutkan pemangkasan anak usaha sebagai upaya untuk mengelompokan bisnis. Banyaknya jumlah anak usaha ini disebut imbas dari penggabungan Pelindo I-IV.
“Ada 62 entitas under Pelindo I, II, III, IV yang digabung dan kami secara bertahap akam dijadikan ke 39 dan ini pengelompokan suatu bisnis,” ujarnya dalam Ngopi BUMN, di Kementerian BUMN, Jakarta.
“Kadang-kadang ada satu entitas yang dia bergerak di beberapa aspek, ada peti kemas, non kemas, ada logistik,” sambungnya.
Timbul pertanyaan mengenai nasib karyawan pasca pemangkasan jumlah anak usaha ini. Arif berjanji tak akan ada pengurangan karyawan atau bahkan upah bagi pegawai anak usaha Pelindo tadi.
“Secara perlahan kita copot-copot (anak usaha) dan tentunya, karena ini BUMN, ada satu hal yang kmi promise (janji) kepada karyawan, tidak ada rasionalisasi dan tidak ada pengurangan penghasilan. Kita jaga,” tuturnya.
Dia mengatakan, proses pengurangan anak usaha Pelindo ditarget rampung 2025 atau lebih cepat. Sembari menunggu itu, komunikasi dengan karyawan Pelindo pun terus dilakukan.
“Komunikasi kita lakukan terus-menerus kepada teman-teman pekerja, kita lakukan secara bertahap, dan kita harapkan sekitar 2025 kita akan selesai semuanya, kemungkinan lebih cepat sedikit,” pungkas Arif Suhartono.
Diberitakan sebelumnya, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menyatakan bahwa upaya transformasi yang dilakukan oleh perseroan turut berperan dalam menekan biaya logistik di Indonesia.
“Penggabungan Pelindo telah menciptakan sinergi dan transformasi antarentitas sehingga pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara tersentralisasi, serta lebih optimal,” kata Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono dikutip dari Antara.
Arif menyampaikan, Bank Dunia mencatat biaya logistik di Indonesia mencapai 23,8 persen pada 2018.
Sementara itu, berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), biaya logistik di Indonesia pada 2023 mencapai 14,1 persen. Sedangkan biaya logistik untuk kegiatan ekspor mencapai 8,98 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Ia mengatakan, biaya logistik yang jauh lebih rendah dibandingkan pada 2018 tersebut salah satunya berkat peran transformasi yang dilakukan perseroan.
Pada 1 Oktober 2021, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggabungkan empat BUMN pelabuhan menjadi PT Pelindo (Persero). Setelah merger, Pelindo kemudian membentuk empat subholding atau anak usaha.lp6/mb06