BANJARMASIN – Untuk kali pertama sejak hampir tiga bulan terakhir, Kota Banjarmasin diguyur hujan lebat selama kurang lebih tiga jam pada Minggu (8/10) sore. Hujan yang dianggap sebagai berkah ini, memang sangat ditunggu-tunggu masyarakat.
Namun, pascameredanya hujan tersebut menyisakan permasalahan, lantaran air menggenangi di sejumlah ruas jalan. Misalnya, di sebagian kawasan Jalan Brigjen Hasan Basri atau Kayu Tangi, air sempat tergenang hingga menutupi hampir separo jalan.
Menurut Anggota DPRD Kota Banjarmasin H Sukhrowardi, permasalahan tergenangnya air di sejumlah jalan itu, memang menjadi fenomena yang tak pernah selesai di kota ini.
“Setiap hujan turun apalagi saat musim air pasang, ada saja jalan yang tergenang. Pemko Banjarmasin tampaknya tidak peka dalam mengantisi hal itu,” ujarnya, ketika dihubungi di Banjarmasin, Senin (9/10).
Menurut Sukhro –panggilan akrabnya, permasalahan itu bukan hanya lantaran tidak optimalnya drainase yang telah dibangun pemko. Tapi, juga harus diperhatikan serapan air dari drainase tersebut, mengalirnya ke mana saja.
“Jadi, meskipun drainasenya bagus, kalau penampungan aliran airnya tidak maksimal, ya tetap saja air menggenangi jalan,” kata politisi Partai Golkar ini.
Seharusnya, lanjut Sukhro, pemko punya planing dalam mitigasi bencana menghadapi musim penghujan. “Pengalaman buruk bencana banjir yang melanda Kota Banjarmasin beberapa waktu lalu, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi pemko,” tuturnya.
Dia memberikan contoh, sejumlah sungai yang ada di kota ini, seperti Sungai Martapura, Sungai Kindaung (Kayu Tangi) dan Sungai Kerokan (Jalan Jafri Zamzam) tampak surut karena tidak pernah dilakukan pengerukan.
“Padahal, sungai-sungai itu kan berfungsi sebagai embung atau penampung air, jika curah hujan melimpah atau terjadinya air pasang,” tandasnya.
Dia pun mengimbau kepada pihak pemko untuk melakukan pengerukan terhadap sungai-sungai tersebut. Menurutnya, pihak kecamatan dan kelurahan bisa mengoordinir warga masyarakat, untuk bergotong royong membersihkan atau mengeruk sungai di wilayahnya masing-masing.
“Kita menyadari, Kota Banjarmasin berada di bawah permukaan air laut, sehingga banjir atau calap tak akan dapat dihindari jika terjadi air pasang maksimal. Namun, jika embung atau sungai-sungai penampungannya dalam, maka air tidak lama menggenang karena di sini terjadi pasang surut,” pungkasnya. ms