
KINI pemerintah terus berupaya menurunkan angka kasus stunting di seluruh penjuru wilayah Indonesia. Sebab stunting tidak baik bagi kesehatan jangka panjang anak dan pertumbuhan generasi muda di tanah air.
Dokter Gizi, dr. Marya Haryono, M. Gizi, Sp.GK FINEM menjelaskan, anak stunting itu berisiko mengalami penyakit tidak menular (PTM). .
“Risiko angka terkena stunting itu periode perkembangan dan sistem data tahan tubuhnya juga bermasalah. Lalu ke anaknya tersebut, bisa sangat berisiko banyak alami penyakit yang tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain,” jelas dr. Marya.
Makanya stunting harusnya diminimalisir dan harus dilakukan pencegahan (stunting),” sambungnya.
Oleh karena itu, ia mendorong setiap orang tua untuk menyajikan makanan gizi seimbang pada anak. Sumbernya bisa dari protein hewani dan nabati, yang disesuaikan lagi dengan kebutuhan anak.
Dokter Marya mengatakan, asupan protein hewani dan nabati ini jadi penting mengingat protein adalah salah satu asupan yang dibutuhkan untuk membentuk sel-sel baik dalam tubuh. Bahkan protein juga berperan penting dalam membentuk sistem kekebalan tubuh (imunitas) pada anak, agar terhindar dari berbagai penyakit.
Mendukung program pemerintah mengatasi stunting, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pulau Taliabu Maluku Utara pun melakukan program mengatasi stunting.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Pulau Taliabu Zahra Aliong Mus mengatakan, berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi stunting Kabupaten Pulau Taliabu pada 2023 turun 8,8 persen jika dibandingkan 2021.
“Pada 2021, prevalensi stunting di wilayah kami mencapai angka 32,5 persen. Angka ini turun menjadi 23,7 persen pada 2023,” ujar Zahra.
Zahra mengatakan, salah satu strategi yang dilakukan Pemkab Pulau Taliabu adalah meluncurkan program yagame atau Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS).
Melalui program itu, Pemkab Pulau Taliabu menunjuk sejumlah tokoh berpengaruh, baik dari kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Ketua Fraksi, Pemkab Pulau Taliabu, maupun camat wilayah setempat, untuk menjadi Bapak Asuh.
Mereka bertugas mengintervensi keluarga, khususnya yang berisiko melahirkan anak stunting, di wilayah Kabupaten Pulau Taliabu untuk mendapatkan bahan makanan yang bergizi, sanitasi, dan perumahan layak huni.
Lebih lanjut Zahra mengatakan bahwa pemberdayaan TP-PKK juga menjadi kunci dalam upaya penurunan angka stunting.
“Kami menggencarkan edukasi pencegahan pernikahan dini di kalangan remaja,” ujar Zahra.
Umumnya, remaja putri belum memiliki kematangan psikologis serta pengetahuan memadai mengenai kehamilan dan pola asuh anak. Hal inilah yang memicu angka kasus stunting.
Tak hanya itu, remaja putri juga masih membutuhkan pemenuhan gizi maksimal untuk pertumbuhannya. Jika hamil, nutrisi tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi ibu dan janin sekaligus. Kondisi ini berpotensi membuat bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan berisiko terkena stunting.
Zahra melanjutkan, untuk mengantisipasi pernikahan dini, TP-PKK Kabupaten Pulau Taliabu juga bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag).
“Kami mendorong pasangan calon pengantin (catin) untuk terdaftar dalam Sistem Informasi Administrasi Pelaporan Nikah atau Siap Nikah,” kata Zahra.
Melalui sistem tersebut, TP-PKK setempat dan Kemenag akan melakukan penilaian dan bimbingan nikah kepada catin sehingga mereka lebih siap untuk menikah.
“Pasangan pengantin yang benar-benar siap nikah juga akan siap memiliki keturunan sehingga terhindar dari risiko stunting,” ucap Zahra.
Senada dengan Zahra, Staf Ahli Bidang Kesehatan TP-PKK Pusat Hari Nur Cahya Murni mengatakan bahwa TP-PKK merupakan garda terdepan dalam penanganan stunting.
Sementara itu, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (Adpin) BKKBN Sukaryo Teguh Santoso menjelaskan bahwa BKKBN memiliki dua fungsi utama, yakni pengendalian pertumbuhan penduduk melalui pengendalian kelahiran serta mewujudkan keluarga indonesia sebagai keluarga berkualitas.
“Salah satu tantangan besar untuk mewujudkan keluarga berkualitas adalah stunting. Adapun faktor utama penyebab stunting adalah pemenuhan gizi seimbang,” ujar Teguh.
Oleh karenanya, lanjut Teguh, BKKBN gencar melakukan pendampingan dan edukasi gizi seimbang kepada keluarga Indonesia.okz