
Oleh: Nur Atika Rizki, MPd (Praktisi Pendidikan)
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan sebaik-baik bentuk dan disempurnakan memiliki akal sehingga manusia dapat berpikir. Segala yang dilakukan manusia tergantung dari pemahaman yang ada dalam pemikirannya. Pemahaman inilah yang kemudian menentukan apa standar untuk perilakunya. Ketika manusia berperilaku sebagaimana fitrahnya makhluk yang mulia maka kehidupannya dan sekitarnya akan terasa tentram.
Namun ketika manusia berperilaku yang membuat dirinya, orang lain dan segala yang ada di sekitarnya menjadi menderita maka sering disebut tidak berperikemanusiaan. Mirisnya banyak kasus KDRT dengan berbagai penyebab yang mengakibatkan kerusakan fisik hingga tindak pembunuhan. Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sepanjang 2023 (terakhir dikutip 14 September 2023), total keseluruhan jumlah kasus kekerasan di Indonesia mencapai 18.466 kasus, dari angka tersebut korban terbanyak adalah perempuan yaitu mencapai 16.351 orang (www.tirto.id,14/09/2023).
Perundungan mulai dari kalangan anak-anak pelajar sampai orang dewasa yang menyebabkan gangguan mental kejiwaan, penganiayaan fisik bahkan kematian. Data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018 menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (bullying) di Indonesia sebanyak 41,1%. Indonesia berada di posisi kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak murid mengalami perundungan.Tercatat di KPAI, 13 Februari 2023 kenaikan angka kasus ini sebanyak 1.138 dari kasus kekerasan fisik hingga psikis (www.literasiaktual.com, 4/5/2023).
Ini adalah potret buram kehidupan sekuler kapitalistik yang jauh dari keimanan. Manusia menjadikan standar berpikirnya memisahkan kehidupan dari agama, tidak mau menjadikan agama sebagai pedoman untuk mengatur seluruh aspek kehidupannya. Merasa mampu membuat aturan sendiri untuk kehidupannnya tanpa bersandar pad agama. Kehidupan sekuler kapitalis akhirnya melahirkan individu sadis. Segala sesuatu yang akan dicapai diukur hanya dari keuntungan secara materi di dunia. Ketika tidak terwujud atau tercapai maka kekecewaan dilampiaskan dalam bentuk makian, umpatan dan tindak kekerasan kepada benda maupun orang lain. Lemah dalam pengelolaan terhadap emosi dan daya tahan menghadapi beratnya kehidupan.
Sistem sekuler kapitalistik melahirkan manusia yang individualis, karena setiap orang dituntut untuk mempertahankan diri masing-masing dari kerusakan akibat pandangan kehidupan bebas yang dianutya. Jauh dari hidup saling mengingatkan dan menasehati, bahkan apabila ada yang menasehati sementara yang dinasehati tidak suka dan merasa mencampuri urusannya, maka yang menasehati dianggap salah dan bisa diperkarakan.
Allah SWT mengabarkan dalam Al-Qur’an dengan jelas bahwa manusia yang memisahkan hidupnya dari agama lebih buruk daripada hewan. Padahal hewan hanya diciptakan memiliki otak namun tidak diberikan Allah SWT akal. Allah SWT berfirman dalam Surah Al A’raf ayat 179 yang artinya :
“Dan sungguh, telah Kami ciptakan isi neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”.
Imam Thabari (Tafsir Thabari, jilid 11: 801) menjelaskan bahwa, neraka Jahannam Allah ciptakan untuk mereka-mereka (jin dan manusia) yang memiliki Hati namun tidak memahami ayat-ayat Allah, baik itu merenungi keesaan-Nya, kebenaran rasul-Nya, yaitu orang yang kufur atau menolak kebenaran.
Selain itu juga mereka-mereka yang memiliki Mata namun tidak bisa melihat keagungan Allah, tanda-tanda kebesaran-Nya dan keesaan-Nya, yaitu orang yang syirik, atau menyekutukan Allah, menganggap masih ada yang lebih agung dari pada Allah. Setelah itu adalah mereka-mereka yang memiliki Telinga namun tidak bisa dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah, tidak bisa merenungi dan memikirkannya, lebih dari pada itu, bahkan menolak adanya kebenaran yang telah disampaikan oleh Rasul-Nya kepadanya.
Imam Qurthubi juga menambahkan bahwa ayat ini bukan berarti mereka itu benar-benar tuli maupun buta secara fisik, mereka memang punya mata berfungsi untuk melihat, punya telinga berfungsi untuk mendengar, namun yang dimaksud adalah tidak mempergunaka fungsi panca indranya dengan benar. (Tafsir Qurthubi, jilid 7: 817-818)
Tidak mempergunakannya dengan benar menurut Wahbah Zuhaili yaitu menggunakan akal dan indra hanya untuk kepentingan dunia semata tidak untuk kepentingan agama (akhirat). Hati mereka tidak digunakan untuk memahami segala hal untuk mewujudkan kemaslahatan agama. Dan mata dan telinganya tidak digunakan untuk melihat dan mendengar hal-hal yang dapat mewujudkan kemaslahatan. (Tafsir al-Munir, jilid 5: 169-170)
Orang-orang yang tidak bisa memanfaatkan hati, mata dan telinganya dengan benar oleh Allah diibaratkan laksana bintang ternak, yaitu dalam redaksi #OHDNp&PCN CN’DR#NFR9N’EP. Imam Qurthubi menyebutnya seperti binatang karena mereka tidak mencari pahala dari suatu perbuatan baik, dimana pikiran mereka hanya perihal makan dan minum saja atau hanya perut yang mereka pentingkan. Orang-orang yang lebih sesat adalah orang-orang yang lalai, yaitu orang orang yang tidak mau bertadabbur dan menolak adanya surga serta neraka.
Aqidah islam memberikan kekuatan dan kesabaran seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya kehidupan. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika bertemu masalah sehingga tidak berbuat maksiat. Sebab syariat Islam mengatur tingkah laku manusia yang mengarahkannya kepada kemaslahatan hidup. Selalu merasa terhubung dan diawasi Allah SWT dalam setiap perbuatannya, dan merenungi dampak konsekuensi balasan yang akan diterima dari ketaatan ataupun kemaksiatan menjadikannya selalu berhati-hati dalam berkata maupun bertindak.
Keimanan manusia bisa menguat dan bisa melemah, karena manusia makhluk yang selalu mendapat godaan dari syetan. Manusia secara individu lemah memerlukan orang lain untuk saling menguatkan, serta perlindungan Ketika mendapat ancaman kejahatan. Pada dasarnya orang-orang jahat itupun adalah korban yang berusaha memenuhi kebutuhan di tengah persaingan hidup yang diciptakan system sekuler kapitalistik. Negara membantu rakyatnya agar hidup tenang aman dan damai dalam suasana keimanan, dengan memenuhi kebutuhan manusia dan mensejahterakannya melalui penerapan Islam di seluruh aspek kehidupan. Hanya dengan aturan Islam yang lahir dari aqidah Islamlah membawa rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam. Sebagaimana yang Rasulullah SAW terapkan dan para pemimpin Islam setelah beliau. Wallahu’alam bishowab.