Oleh : Hafia Akbar (Guru SMP IT Alkahfi)
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, diatur tugas utama yang harus diemban oleh para guru, termasuk tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di berbagai jenjang pendidikan. Tugas-tugas ini harus dilakukan dengan penuh kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Sebagai tenaga profesional, peran guru memiliki urgensi dalam merealisasikan visi pendidikan Indonesia untuk menciptakan individu yang cerdas dan kompetitif. Untuk mewujudkannya, profesi guru harus terus diperkembangkan agar memiliki martabat dan kualitas yang setinggi mungkin, sesuai dengan amanat UU No. 14 Tahun 2005.
Kementerian Pendidikan Nasional bertanggung jawab untuk memfasilitasi pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi para guru, sesuai dengan peraturan perundangan. Tujuan dari pengembangan ini adalah meningkatkan kompetensi guru secara berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dalam konteks ini, kemampuan menulis juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kompetensi guru, terutama karena guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) diharuskan menulis tulisan ilmiah sebagai persyaratan naik pangkat. Oleh karena itu, guru perlu aktif mencari dan membaca referensi-referensi yang relevan untuk mengasah kompetensi profesional mereka.
Meskipun menulis seharusnya sudah menjadi bagian dari latar belakang pendidikan dan intelektualitas para guru, memperkuat kemampuan menulis ini dapat memberikan dampak positif terhadap profesionalisme mereka serta kontribusi yang lebih besar terhadap dunia pendidikan. Namun, di tengah tuntutan pekerjaan yang kian padat, minat para guru untuk menulis cenderung menurun. Meskipun Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 telah menetapkan kompetensi profesional sebagai bagian dari tugas guru, termasuk kemampuan menulis, masih ada banyak guru yang mengalami kesulitan dalam menyisihkan waktu dan usaha untuk mengembangkan keterampilan menulis mereka. Tantangan-tantangan ini mungkin timbul dari beban kerja yang padat, keterbatasan sumber daya, serta kurangnya apresiasi dan insentif bagi para guru yang berusaha menulis. Selain itu, guru-guru juga mungkin merasa kurangnya pelatihan atau panduan yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan menulis mereka.
Namun, kendati adanya tantangan-tantangan tersebut, hal ini tidak seharusnya menjadi alasan bagi para guru untuk tidak berusaha belajar menulis. Kemampuan menulis memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan siswa. Saat seorang guru terlibat dalam kegiatan menulis, hal ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif di dalam kelas. Guru yang menunjukkan minat dan kemampuan dalam menulis mengirimkan pesan penting kepada siswa bahwa menulis memiliki nilai penting dan manfaat yang besar. Guru menjadi contoh nyata bagi siswa tentang bagaimana mengungkapkan pemikiran dengan jelas dan efektif.
Menurut Tere Liye, seorang penulis best seller, kunci untuk dapat menulis adalah melalui latihan yang konsisten. Ia berpendapat bahwa menulis bukanlah semata-mata bakat bawaan, tetapi lebih merupakan keterampilan yang dapat dilatih dan diasah seiring berjalannya waktu. Tere Liye percaya bahwa dengan memberikan waktu secara rutin untuk menulis, mengasah keterampilan, dan terus belajar, setiap individu dapat mengembangkan kemampuan menulis yang luar biasa.
Salah satu solusi yang diusulkan oleh kelompok pelatihan “Sagubaku” (satu guru satu buku), sebuah komunitas yang mewadahi para guru agar dapat menulis dan menerbitkan buku, adalah dengan menulis setiap hari. Hal ini tidak masalah menulis tentang apa pun, minimal setengah halaman kertas HVS. Pendekatan ini, seperti yang disampaikan oleh Tere Liye, menekankan pentingnya latihan dan konsistensi dalam mengembangkan kemampuan menulis.
Contoh nyata dari seorang guru yang juga seorang penulis adalah Hamka. Beliau tidak hanya seorang ulama dan mubaligh yang mengajar agama kepada umatnya, tetapi juga seorang guru di dunia pendidikan formal. Namun, peran Hamka tidak berhenti di situ. Ia juga memiliki peran sebagai penulis produktif yang telah menciptakan karya-karya yang mendalam dan menginspirasi.
Karya tulis-karya Hamka tidak hanya terbatas pada bidang keagamaan, melainkan juga mencakup sastra dan pemikiran. Salah satu karya monumentalnya adalah novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” yang tak hanya dikenal sebagai karya sastra yang hebat, tetapi juga memiliki pesan-pesan moral dan etika yang kuat. Dengan gaya bahasa yang indah, Hamka mampu mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada para pembacanya.
Sebagai seorang guru dan penulis, Hamka memiliki kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dan inspirasi ke dalam karya tulisnya. Ia tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mengajak para pembaca untuk merenung dan mempertimbangkan makna yang lebih dalam. Dalam proses mengajar, ia membagikan pengetahuan tentang agama dan moral kepada murid-muridnya, sementara dalam karya-karyanya, ia memancarkan inspirasi bagi banyak orang.
Bahkan Paus Sastra Indonesia, H.B. Jassin, memberikan pengakuan atas kehebatan Hamka sebagai seorang penulis. Dalam beberapa karya tulisnya, Hamka mampu mengangkat tema-tema yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi inspirasi kepada para pembacanya. Karya-karya Hamka memiliki nuansa sedih yang mampu menggetarkan perasaan pembaca, sambil tetap memberikan pesan yang bernilai.
Melalui keseluruhan karya tulisnya, Hamka telah membuktikan bahwa peran seorang guru dan penulis dapat saling melengkapi. Ia mengajarkan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui kata-kata yang ditulis dengan penuh makna. Dengan kesungguhan dan dedikasinya dalam kedua peran tersebut, Hamka memberikan kontribusi yang berharga bagi dunia pendidikan dan sastra Indonesia.
Dari sini, kita dapat belajar bahwa tulisan seorang guru tidak sekadar merupakan kewajiban profesional semata. Tulisan adalah sarana untuk berbicara, berbagi, dan menggugah. Guru yang memiliki pena di tangan mampu merangkul masa depan dengan memberi makna pada setiap kata yang tertulis. Melalui upaya mengasah kemampuan menulis, para guru memberikan kontribusi penting bagi dunia pendidikan dan perkembangan anak didik, dan mereka menciptakan kisah perubahan yang tak terlupakan. Dalam peran ganda sebagai pendidik dan penulis, mereka membentuk jejak inspiratif yang membentuk generasi yang cerdas, kritis, dan kreatif. Lewat kata-kata yang terpatri, guru menjadi pilar inspirasi yang terus berkobar, menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi negeri ini.
Melalui kemampuan menulis, para guru bukan hanya menjadi pendidik di dalam kelas, tetapi juga arsitek masa depan. Setiap kata yang tertulis membentuk jejak inspirasi bagi generasi penerus. Mari kita terus mendukung para guru dalam mengembangkan keterampilan ini, karena dalam kata-kata terkandung harapan, dan dalam tulisan terukir perubahan yang tak akan hilang. Bersama, kita membawa cahaya pendidikan yang akan terus menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik.