Selasa, Agustus 19, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Polusi Udara: Ancaman Nyata Bagi Setiap Manusia

Perlu Keseriusan Pemerintah Maupun Masyarakat Dalam Mengatasinya

by matabanua
4 September 2023
in Opini
0
D:\2023\September 2023\5 September 2023\8\8\Muhammad Soultan Joefrian.jpg
Muhammad Soultan Joefrian (Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Universitas Andalas)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam maupun dengan sumber daya manusia nya yang kurang lebih ada 270 juta penduduk. Tentu saja jumlah penduduk ini sangat banyak sekali yang menempatkan Indonesia pada urutan keempat dalam daftar negara dengan populasi paling banyak didunia.Tentunya dengan populasi sebanyak ini juga mempunyai keuntungan dan kekurangannya.

Salah satu kekurangan atau bisa disebut sebagai masalah ialah kepadatan penduduk yang berdampak semakin banyaknya penebangan hutan yang akan dijadikan sebagai permukiman warga. Walaupun tidak semua penebangan hutan dilakukan untuk dijadikan sebagai permukiman warga, penebangan pohon ini tentunya berdampak pada ekosistem hutan yang menyebabkan munculnya masalah baru yang nantinya juga akan merugikan manusia itu sendiri salah satunya ialah polusi udara karena semakin berkurangnya fungsi hutan sebagai penyeimbang alam. Seperti yang sedang hangat dibicarakan di media saat ini adalah masalah polusi udara yang semakin parah di Jakarta. Banyak yang menyebut biang kerok dari masalah ini ialah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), namun hal itu dibantah oleh Deputi Koordinator Bidang Transportasi dan Investasi (Marves) yaitu Rachmat Kaimuddin yang mengatakan bahwa polusi udara tersebut 70% disebabkan oleh sektor transportasi.

Artikel Lainnya

D:\2025\Agustus 2025\19 Agustus 2025\8\Edi Setiawan.jpg

Ekonomi Merdeka Angka 80: Janji Yang Belum Tuntas

18 Agustus 2025
D:\2025\Agustus 2025\19 Agustus 2025\8\tias aditya.jpg

Menyusui Sebagai Praktik Cinta yang Berkelanjutan

18 Agustus 2025
Load More

Namun dalam tulisan saya ini tidak akan berfokus pada polusi udara di Jakarta, melainkan berfokus pada polusi udara yang sedang terjadi juga di Kota Padang atau bisa lebih jelasnya kita lihat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Hal ini telah terjadi selama kurang lebih satu minggu yang bisa dilihat pada siang hari yang cerah tetapi tertutupi oleh asap atau debu dari pembakaran batubara.

Ya, disini saya berasumsi masalah polusi udara yang terjadi di Kota Padang ini disebabkan oleh pembakaran batubara di PLTU Teluk Sirih yang berlokasi di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Memang banyak penyebab dari polusi udara yang terjadi Kota Padang ini mulai dari asap kendaraan bermotor, limbah dari pabrik industri, dan masih banyak lagi.

Tidak bisa kita pungkiri kalau negara kita masih bergantung pada hal-hal diatas tersebut. Contohnya ialah masih banyaknya pemakaian kendaraan pribadi karena keterbatasan transportasi umum yang memadai dan kurang tegasnya pemerintah kita untuk mengatur perusahaan-perusahaan industri dalam pengelolaan limbahnya agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

Kembali lagi pada asumsi saya tadi tentang masalah polusi udara di Kota Padang yang salah satu biang keroknya ialah penggunaan dan pembakaran batubara di PLTU Teluk Sirih. Disini saya tidak hanya mengkritik pemerintah saja, akan tetapi juga mengingatkan saya sendiri dan masyarakat luas untuk peduli lingkungan dan menghemat penggunaan listrik karena dengan dimulai dari hal-hal yang kita anggap kecil ini bisa berdampak besar bagi lingkungan.

Karena tidak bisa kita pungkiri juga kalau kita masih bergantung pada PLTU untuk kebutuhan listrik dimana batubara yang menjadi bahan bakar utamanya. Hal ini terjadi karena di negara kita belum ada energi lain yang bisa menggantikan peran batubara sebagai pemasok listrik. Walaupun di dunia pada saat ini telah beralih ke energi terbarukan yaitu penggunaan panel surya dan tenaga nuklir sebagai pemasok listrik di negaranya.

Hal seperti inilah yang harus kita tiru yaitu dengan beralih ke energi terbarukan yang ramah lingkungan. Tidak banyak orang tahu bahwa Indonesia telah lama memiliki dua Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yaitu berada di Bandung dengan daya mencapai 60 MW dan di Serpong dengan daya 2 MW. Namun sangat disayangkan kedua pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut hanya digunakan untuk mainan peneliti, hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini.

Seharusnya pemerintah tidak hanya menggunakan 2 buah PLTN tersebut untuk kebutuhan peneliti, tetapi juga untuk kebutuhan masyarakat sebagai upaya peralihan ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan salah satunya ialah tenaga nuklir. Tapi, hal ini sepertinya akan sulit untuk terwujud karena kepentingan oligarki dimana banyak para pengusaha batubara yang menjadi atau dekat dengan para penguasa.

Tentu saja dengan rencana peralihan ke energi nuklir ataupun panel surya ini merupakan ancaman bagi mereka yang berprofesi sebagai pengusaha batubara. Hal tersebutlah yang akan menjadi salah satu hambatan dalam peralihan energi dari batubara ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Namun, hambatan seperti inilah yang harus ditindak tegas oleh para pemimpin kita karena menghalangi kepentingan umum demi kepentingan pribadi. Karena saya sebagai warga negara sekaligus mahasiswa tidak ingin masalah ini menjadi lebih serius dengan bisa jatuhnya korban dari polusi udara tersebut karena masalah pernafasan salah satunya yang biasa kita dengar sebagai dampak dari polusi udara ini.

Maka dari itu saya mengajak masyarakat untuk menghemat listrik dan penggunaan kendaraan pribadi sebagai salah satu upaya mengurangi polusi udara. Serta untuk pemerintah saya menuntut untuk mencari solusi dari permasalahan ini karena saya tidak ingin hal ini menjadi serius dan darurat dulu baru pemerintah menaruh perhatian, seperti peribahasa lebih baik mencegah daripada mengobati. Walaupun sebenarnya ini sudah terjadi tapi karena belum parah dan dirasakan langsung dampaknya bagi tubuh saja, maka dari itu perlunya solusi dari pemerintah dalam mengatasi hal ini.

 

Tags: Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Universitas AndalasMuhammad Soultan JoefrianPolusi Udara
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA