Oleh: Jalidah, S.Pd (Guru di Batola)
Dilansir dari republika.co.id (5/8/2023), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat sepanjang Januari-Juli 2023 ada 16 kasus perundungan di satuan pendidikan. Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti mengatakan bahwa mayoritas terjadi di jenjang pendidikan SD dan SMP (masing-masing 25 %), SMA dan SMK masing-masing 18,75 %. Adapun di MTS dan pondok pesantren masing-masing 6,25 %.
Kemudian, akhir Juli lalu, publik digegerkan dengan munculnya video penusukan yang viral di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat seorang siswa SMA di Banjarmasin menikam teman satu sekolahnya.. Kemudian, pelaku diamankan polisi dan korban harus mendapatkan perawatan intensif di RSUD Ulin, Banjarmasin. Pelaku beralasan melakukan hal tersebut karena korban kerap mem-bully-nya. (kompas.com)
Kabar buruk juga datang dari pendidikan tinggi. Dikutip dari tirto.id (5/8/2023), seorang Mahasiswa Universitas Indonesia, MNZ (19) ditemukan tewas di dalam kamar indekos di Wilayah Kukusan Beji, Depok, Jawa Barat, Jumat (4/8/2023). Jenazah ditemukan di kolong tempat tidur dengan kondisi terbungkus plastik hitam. MNZ diduga dibunuh seniornya, AAB (23) yang tengah terlilit utang akibat kalah bermain kripto dan mengalami kerugian hingga mencapai Rp80 juta.
Sistem Pendidikan Gagal
Buruknya output pendidikan Indonesia hari ini didominasi oleh generasi rusak dan minim adab. Generasi gemar berkelahi dan biasa membully, pun dari mereka yang mengenyam pendidikan. Berdasarkan catatan KPAI, ada 17 kasus perundungan dan kekerasan yang menimpa, baik yang melibatkan peserta didik maupun pengajar (Kompas.com, 29/12/2021).
Adapun problem lain yang menambah deretan potret buramnya pendidikan di negeri ini, adalah pengaruh budaya permisif dan hedonisme yang berlindung di bawah payung HAM dan kebebasan, sejatinya menggiring mereka masuk ke dalam jurang pergaulan bebas. Semua ini adalah gambaran kegagalan sistem pendidikan sekuler membentuk kepribadian generasi. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sesungguhnya bukan hanya kesalahan individu, melainkan kerusakan sistemis yang butuh penyelesaian tuntas hingga ke akar masalahnya.
Pendidikan Islam Melahirkan Generasi Berkualitas
Sesungguhnya, rentetan catatan kelam dunia pendidikan hari ini bermuara pada sistem yang digagas, yaitu sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan dan dijadikan pedoman kurikulum pendidikan. Alhasil, mencetak generasi yang kurang berkualitas dan miskin adab. Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam memandang pendidikan adalah pilar pertama dan utama dalam melahirkan generasi penerus peradaban. Islam memiliki sistem pendidikan yang unik. Semuanya diatur jelas, sistematis dan sempurna dalam Islam.
Dalam Islam, pendidikan diselenggarakan atas dasar akidah Islam yang tercermin pada penyelenggaraan arah pendidikan, penyusunan kurikulum, metode pengajaran, serta materi ajar. Strategi pendidikan adalah untuk membentuk aqliyah dan nafsiyah Islam. Maka, semua bahan pelajaran yang hendak diajarkan disusun berdasarkan strategi tersebut.
Adapun tujuan pendidikan Islam yang dicapai untuk membentuk kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiyah) dalam diri peserta didik serta membina mereka agar menguasai berbagai tsaqofah Islam, ilmu pengetahuan serta sains yang berkaitan dengan masalah kehidupan. Pembentukan kepribadian Islam dilakukan dengan menanamkan akidah Islam yang kokoh agar mereka memiliki keimanan yang kuat terhadap Allah SWT. Dari sanalah akan terbentuk pola pikir dan pola sikap yang islami pada diri generasi, sehingga tindak-tanduk mereka senantiasa disandarkan pada syariat Islam. Sehingga terjaga dari perilaku menyimpang seperti tawuran, seks bebas, narkoba, dan lain-lain.
Tsaqofah Islam wajib diajarkan pada semua level pendidikan. Seni dan keterampilan dapat dikategorikan sebagai ilmu terapan dan sains mubah dipelajari. Akan tetapi, jika seni dan keterampilan tersebut mengandung unsur tsaqofah atau pemikiran yang bersumber dari selain Islam, maka hal ini tidak patut untuk dipelajari sebab bertentangan dengan pandangan hidup Islam.
Sejarah telah mencatat, kegemilangan sistem pendidikan Islam mampu melahirkan generasi-generasi yang berkualitas, memiliki kecerdasan intelektual, sekaligus spiritual. Generasi emas yang dicetak oleh Islam menguasai berbagai sains dan teknologi, hingga menjadi mercusuar peradaban dunia pada masanya.
Dengan berbagai hasil riset dan temuan di berbagai bidang, seperti kedokteran yang dicetuskan oleh Ibnu Sina (Avicena) sebagai bapak kedokteran dunia, Al Khawarizmi sebagai penemu angka nol Ibnu Firnas sebagai ilmuwan pesawat terbang, dan masih banyak nama-nama lainnya. Mereka adalah generasi-generasi unggul yang lahir dari rahim mulia yaitu Islam.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan output pendidikan yang berkualitas, hendaklah tinggalkan sistem kapitalisme sekularisme yang sudah tampak jelas kerusakannya. Marilah bahu-membahu untuk mewujudkan generasi berkualitas nan unggul yang hanya dapat lahir jika sistem pendidikan Islam ini diterapkan dalam kehidupan bernegara. Wallahu a’lam bishshawab. []
Dunia Pendidikan,