Oleh: Jalidah, S.Pd (Guru di Batola)
Presiden Joko Widodo optimistis pemerintahannya bisa menghapus kemiskinan ekstrem di Indonesia pada 2024.
Ambisi Jokowi untuk menghapus kemiskinan ekstrem tentunya merujuk pada tujuan pertama pembangunan berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Agenda ini menargetkan, antara lain, mengentaskan kemiskinan ekstrem bagi semua orang yang saat ini berpendapatan kurang dari 1,25 dolar Amerika per hari pada 2030.
Berdasar Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada 2021, seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika biaya kebutuhan hidup sehari-harinya berada di bawah garis kemiskinan ekstrem atau setara dengan 1,9 dolar AS purchasing power parity (PPP). PPP ini ditentukan menggunakan absolute poverty measure yang konsisten antar negara dan antar waktu. Dengan kata lain, seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika pengeluarannya di bawah Rp10.739 per orang per hari atau Rp322.170 per orang per bulan.
(https://tirto.id/target-ambisius-jokowi-turunkan-kemiskinan-ekstrem-nol-persen-gLzf)
Selama sistem hidup yang digunakan kapitalisme sekulerisme maka penuntasan masalah kemiskinan tidak akan pernah terwujud. Karena akar penyebab kemiskinan itu sendiri adalah sistem yang berlakukan di negeri tersebut. Sementara Islam, sebagai sistem hidup telah terbukti mampu menyelesaikan secara tuntas.
Dalam sistem islam, kemiskinan akan diselesaikan dengan tuntas dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Melarang praktik riba. Aktivitas riba ibarat benalu dalam perekonomian
2. Semua sector usaha harus berbasis sector produktif
3. Negara khilafah memenuhi kebutuhan pokok massal yakni pendidikan, kesehatan, keamanan. Sehingga income per keluarga hanya dialokasikan untuk kebutuhan individu.
4. Dalam kondisi khusus, Negara Khilafah memberi nafkah kepada individu rakyatnya, tanpa mewajibkan perempuan untuk bekerja
5. Aset bumi diplot secara adil, mana yang milik umum, milik negara, dan mana yang menjadi milik individu
6. Sistem keuangan negara menggunakan baitul mal dengan pos pendapatan beragam tanpa pajak dan utang
7. Penggunaan sistem moneter berbasis emas dan perak, sehingga angka inflasinya 0%.
Pada zaman Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah, setiap malam Umar bin Khattab berkeliling kampung untuk melihat apakah ada masyarakatnya yang lagi kesusahan atau tidak.
Bahkan pada saat itu, ia mendapatkan bahwa ada masyarakatnya lagi kekurangan makanan dan Umar bin Khattab secara langsung membawakan bahan makanan kepada masyarakat tersebut.
Selain itu pada zaman Umar bin Abdul Aziz menjabar sebagai khalibah, para penerima zakat sampai-sampai tidak ditemukan. Ini menandakan bahwa pada saat itu tidak ada kemiskinan yang terjadi.