
TANAH LAUT – Pupuk sangat penting untuk mendapatkan buah sawit yang berkualitas. Karenanya, hal ini merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam berkebun. Namun hal ini justru menjadi salah satu beban bagi petani sawit.
Sejak akhir 2021, diketahui harga pupuk anorganik melonjak hampir 100 persen seiring dengan meningkatnya harga Tandan Buah Segar (TBS) petani yang menyentuh angka Rp 4000 per kg.
Beranjak dari hal tersebut, Ketua Komisi II DPRD Kalsel Imam Suprastowo bersama para petani di Desa Gunung Mas menegaskan agar tidak terpaku dengan pupuk bersubsidi. Menurutnya, petani harus kreatif di tengah kondisi saat ini dengan menyiasati pilihan pupuk yang lain.
“Karena ini lebih banyak lahan perkebunan, saya lebih fokus nantinya bagaimana para petani membuat pupuk organik. Kalau tidak diimbangi dengan pupuk yang berasal dari ternak mereka, biaya produksi nya akan semakin tinggi,” ucap Politisi PDIP ini di Desa Gunung Mas, Kabupaten Tanah Laut, Senin (3/7) siang.
Di samping itu, ia juga menyampaikan di desa tersebut juga sudah terbentuk Unit Pengolah Pupuk Organik (Uppo), yang diharapkan dapat menopang pembuatan pupuk yang optimal.
“Ini nanti kita ajak kerja sama dengan para petani yang ada di Kecamatan Batu Ampar. Sehingga nantinya, para petani bisa membuat pupuk organik sendiri dengan harapan memotong biaya produksi mereka. Karena ini harus segera kita antisipasi mengingat harga pupuk melejit tiga kali lipat. Insha Allah dalam waktu dekat, ini akan kita tindaklanjuti bagaimana masing-masing kelompok tani bisa membuat pupuk organik sendiri,” ujar Imam.
Kepala Desa Gunung Mas Muji Slamet menyampaikan apresiasinya kepada Imam Suprastowo. “Terima kasih Pak Imam yang selalu mendorong kami untuk meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit. Semoga ini menjadi angin sejuk bagi kami untuk lebih semangat bergotong royong menciptakan pupuk organik,” ujarnya. rds