Jumat, Juli 11, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Kurban Perspektif Environmental Sustainability

by matabanua
26 Juni 2023
in Opini
0
D:\2023\Juni 2023\27 Juni 2023\8\8\Najamuddin Khairur Rijal.jpg
Najamuddin Khairur Rijal (Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Muhammadiyah Malang)

 

Salah satu aspek penting dalam perayaan Idul Adha, selain ibadah haji, adalah ibadah kurban. Sebuah penyerahan dan pengorbanan yang mendalam di mana hewan seperti kambing atau sapi disembelih. Karenanya, disebut juga dengan hari raya kurban.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Menuju Negeri Bersih dan Berdaya

10 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\Nur Alfa Rahmah.jpg

Indonesia Darurat Perundungan Anak: Mencari Solusi Sistemik

10 Juli 2025
Load More

Selain sebagai sebuah perintah agama, praktik ibadah kurban juga perlu mempertimbangkan konteks keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability). Artinya, penting untuk merenungkan cara yang bertanggung jawab dan berorientasi lingkungan yang berkelanjutan dalam pelaksanaan ibadah kurban.

Kita semua menyadari, bahwa saat ini kita dihadapkan pada tantangan ekologis global seperti pemanasan global, perubahan iklim, rusaknya keanekaragaman hayati, dan beragam permasalahan lingkungan lain. Karena itu, dalam menghadapi tantangan ini, menjadi penting pula untuk merancang ulang cara kita berinteraksi dengan alam, termasuk cara kita merayakan dan melaksanakan ibadah kurban.

Sejatinya, ibadah kurban memiliki nilai-nilai yang relevan dengan keberlanjutan lingkungan. Penyembelihan hewan kurban mengandung ajaran tentang berbagi, pengorbanan, dan empati terhadap sesama. Hewan yang disembelih, bukanlah untuk orang yang berkurban, tetapi hak mereka yang kurang mampu. Namun, di sisi lain, dalam praktek ibadah kurban selama ini acapkali kita melupakan aspek ekologis. Sebab itu, diperlukan perubahan untuk memastikan bahwa kurban sebagai sebuah ibadah yang dianjurkan sejalan dengan bingkai keberlanjutan lingkungan.

Pertama, perlunya memperhatikan sumber hewan kurban. Pemilihan hewan yang dipelihara secara lokal jauh lebih berperspektif lingkungan ketimbang hewan yang diimpor atau didatangkan dari tempat yang jauh. Mobilitas hewan dapat meningkatkan emisi karbon karena transportasi. Selain itu, juga dapat membawa penyakit hewan lintas batas. Memilih hewan lokal akan mendukung ekonomi lokal dan mengurangi jejak karbon dari ibadah kurban.

Kedua, perlunya memastikan bahwa pengolahan hewan kurban dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan. Misalnya, darah dan limbah hewan diolah dengan benar untuk mencegah pencemaran lingkungan. Seringkali penyembelihan hewan kurban menyisakan masalah lain, misalnya bau, yang kemudian instrumen penyebaran penyakit, terutama jika dilakukan di lingkungan padat penduduk. Karena itu, di beberapa tempat, darah dan limbah tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik. Ini adalah cara yang berkelanjutan yang perlu dibudayakan, yakni menggunakan semua bagian dari hewan tersebut untuk manfaat yang sebesar-besarnya.

Ketiga, perlu juga untuk mempertimbangkan efek ibadah kurban terhadap keanekaragaman hayati. Artinya, pemilihan hewan kurban perlu variatif, bukan hanya satu jenis. Selama ini, hewan yang paling sering dikurbankan adalah sapi dan kambing. Tetapi mempertimbangkan hewan berkaki empat lainnya yang diperbolehkan agama juga tidak ada salahnya, seperti domba atau kerbau. Hal ini dimaksudkan untuk membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Selain juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang variatif pada sektor pengembangbiakan hewan.

Keempat, distribusi daging kurban juga perlu diorientasikan pada upaya pengurangan sampah plastik. Menggunakan kantong plastik adalah wadah lazim yang selama ini digunakan untuk mendistribusikan daging kurban. Mempertimbangkan wadah lain yang ramah lingkungan dan tidak berbasis plastik adalah cara baru yang perlu dibudayakan, dan ini telah dilakukan di beberapa tempat. Sebab, kita tengah menghadapi darurat sampah plastik sebagai masalah lingkungan global. Ibadah kurban berwawasan lingkungan menjadi salah satu cara untuk berkontribusi pada pengurangan sampah dan limbah plastik.

Akhirnya, konsumsi daging juga harus dipertimbangkan. Konsumsi daging berlebihan memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Konsumsi daging perlu didorong dalam batas yang sehat dan berkelanjutan, serta mempromosikan diet yang lebih beragam dan seimbang.

Dengan mempertimbangkan ibadah kurban yang berperspektif environmental sustainability, kita tidak hanya membantu menjaga lingkungan, tetapi juga memperkaya makna dan nilai dari ibadah suci ini. Melalui adaptasi dan pemikiran yang inovatif, kesenjangan antara nilai-nilai agama dan keberlanjutan lingkungan dapat dijembatani. Dalam konteks ibadah kurban, ini berarti kita perlu memastikan bahwa pengorbanan hewan tidak merugikan lingkungan, juga tidak menyisakan masalah lingkungan baru. Melainkan mendukungnya dan memberikan manfaat berkelanjutan pada masa depan lingkungan.

Dengan cara demikian sebagaimana dijelaskan di atas, itu berarti kita tidak hanya menjalankan perintah agama dan nilai-nilai religiusitas, tetapi juga berkontribusi pada upaya global untuk melindungi dan melestarikan lingkungan bagi generasi yang akan datang. Saatnya berpikir untuk bertindak, menggabungkan kearifan ajaran agama dengan kepedulian terhadap masa depan lingkungan.

Melalui ibadah kurban yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, kita telah menunjukkan komitmen dan berkontribusi nyata terhadap keberlanjutan lingkungan.

Kiranya, hal ini sejalan dengan makna filosofis dari ibadah kurban. Kurban adalah bentuk pengorbanan, ketaatan, dan penghambaan kepada Tuhan. Dan, pengorbanan terbesar adalah pengorbanan untuk kebaikan bersama. Karena bumi adalah tempat hidup kita bersama, maka tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan ekosistem di dalamnya adalah beban moral bersama.

 

 

Tags: Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Muhammadiyah MalangKurbanNajamuddin Khairur Rijal
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA