
BANJARMASIN – Masa penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2023-2024 di Kota Banjarmasin khususnya untuk jenjang SMP resmi ditutup, ternyata ada puluhan sekolah yang masih belum memenuhi kuota penerimaan siswa baru atau minim murid baru.
Fakta ini diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarmasin, Nuryadi yang menyebutkan hingga kini memang masih ada puluhan sekolah yang masih kekurangan kuota murid baru tahun ajaran 2023-2024.
“Hingga kini, masih ada 22 sekolah yang kekurangan kuota, untuk itu diinstruksikan kepada beberapa sekolah yang kekurangan peserta didik dan masih bisa menerima siswa dan diarahkan untuk melakukannya secara offline,” ujar Nuryadi kepada awak media di Balai Kota Banjarmasin, Sabtu (17/6).
Menurut Nuryadi, dirinya juga memberitahukan kepada orang tua atau wali murid yang mendaftarkan anaknya di semua pilihan sekolah tidak diterima, agar memilih sekolah yang lebih dekat dengan domisili atau tempat tinggal.
“Harapannya, pada Senin (19/6) hingga Rabu (21/6) nanti, mudah-mudahan calon siswa atau murid yang tidak diterima itu bisa menghubungi sekolah-sekolah yang masih kekurangan kuota peserta didik baru,” papar Nuryadi.
Menurut dia, banyaknya sekolah yang masih kekurangan kuota peserta didik baru ini disebabkan beberapa hal, diantaranya salah pilih sekolah, kemudian ada orang tua atau wali murid memaksakan diri mendaftar anaknya tidak sesuai dengan ketentuan zonasi.
“Utamanya masih ada mindset (pola pikir) sekolah unggulan yang tepat untuk anak mereka. Ya, seperti SMP 1, SMP 2, SMP 9 Banjarmasin dan beberapa sekolah lainnya. Hasilnya, membuat beberapa SMP yang lain tidak terlirik kekurangan kuota murid baru,” kata Nuryadi.
Dia menyebut hal itu mengacu ke Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Perguruan Tinggi dan Riset Teknologi (Permendikbud) Nomor 1 Tahun 2021 mengenai aturan zonasi agar terdapat pemerataan siswa sesuai dengan jarak tempuh.
“Sebenarnya, sistem dan kualitas pendidikan sekolah di Banjaasin sudah merata, baik itu sarana, prasarana dan kualitas mutu guru,” kata Nuryadi.
“Kini, tinggal mengubah mindset orang tua saja yang masih berpikir adanya sekolah unggulan. Padahal, jika melihat ke semua aspek tadi tidak akan ada perbedaan dan kendala dalam hal pembelajaran di manapun sekolahnya,” imbuh Nuryadi. jjr/ani