Rabu, Juli 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Mengapa Pemuda Indonesia Jangan Menunda Nikah Muda?

by matabanua
23 Mei 2023
in Opini
0

Oleh : Lismita (Mahasiswa Departemen Sosiologi Universitas Negeri Padang)

Pernikahan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Dalam konteks tersebut, ucapan Mahruf Amin yang mengatakan bahwa pemuda Indonesia jangan menunda nikah muda telah menuai berbagai perdebatan dan tanggapan dari berbagai kalangan. Dalam pandangan saya, ada beberapa alasan mengapa pemuda Indonesia sebaiknya tidak menunda pernikahan dan memilih untuk menikah pada usia muda.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Transformasi Polri dan Filosofi Kaizen

1 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Polri dan Nilai Ekonomi Keamanan

1 Juli 2025
Load More

Pertama-tama, perkawinan merupakan fondasi dari keluarga dan masyarakat yang kuat. Dalam kebudayaan Indonesia, keluarga memiliki peran sentral dalam membentuk individu yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Dengan menikah pada usia muda, pemuda memiliki kesempatan lebih lama untuk membangun ikatan kuat dengan pasangannya, membentuk keluarga yang stabil, dan berperan dalam membangun komunitas yang lebih baik.

Selain itu, menikah pada usia muda juga dapat memberikan manfaat dalam hal pertumbuhan pribadi dan perkembangan emosional. Melalui pernikahan, pemuda dapat belajar tentang komitmen, tanggung jawab, dan saling menghargai antara suami dan istri. Mereka dapat belajar untuk beradaptasi dengan perubahan, menghadapi tantangan, dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dengan pengalaman ini, pemuda akan memiliki landasan yang lebih kuat untuk menghadapi berbagai situasi kehidupan di masa depan.

Selain itu, menikah pada usia muda juga dapat memberikan stabilitas ekonomi bagi pasangan tersebut. Meskipun pendidikan dan karir tetap penting, menikah muda tidak berarti menghentikan kemajuan pendidikan atau kesempatan berkarir. Banyak pasangan muda yang mampu menjalankan pernikahan sekaligus mengembangkan pendidikan dan karir mereka. Dengan dukungan dan kerjasama antara suami dan istri, mereka dapat saling mendukung dalam mencapai tujuan hidup masing-masing.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa menikah muda bukanlah pilihan yang cocok bagi semua orang. Setiap individu memiliki kebutuhan, tujuan, dan situasi hidup yang berbeda. Pemuda perlu mempertimbangkan kesiapan fisik, mental, dan finansial sebelum memutuskan untuk menikah. Mereka perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang tanggung jawab pernikahan dan kesiapan untuk menghadapinya.

Pendidikan dan pengembangan pribadi juga tetap penting, dan tidak boleh diabaikan dalam upaya untuk menikah pada usia muda. Pernikahan juga merupakan masalah yang sangat pribadi. Tidak seharusnya ada tekanan dari masyarakat atau pihak lain terhadap pemuda untuk menikah pada usia muda jika mereka belum siap. Keputusan untuk menikah harus didasarkan pada kesiapan individu dan kesepakatan bersama antara pasangan yang akan menikah.

Namun di sisi lain, Indonesia tidak kekurangan populasi, hal tersebut berbeda dengan negara Jepang. Pertama, perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam situasi demografis dan sosial kedua negara tersebut. Jepang telah mengalami penurunan populasi penduduk secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, sementara Indonesia tetap memiliki populasi yang terus berkembang. Faktor-faktor seperti tingkat kelahiran, angka kematian, migrasi, dan kebijakan keluarga memainkan peran penting dalam perbedaan ini. Kedua, perbedaan budaya, nilai-nilai, dan tradisi juga mempengaruhi pola pernikahan dan keluarga di kedua negara. Di Jepang, perubahan sosial dan peran gender yang berkembang telah mempengaruhi keputusan individu terkait pernikahan dan memiliki anak.

Di sisi lain, di Indonesia, tradisi keluarga yang kuat dan nilai-nilai sosial yang mendukung pernikahan dan keluarga besar masih sangat berpengaruh. Ketiga, perbedaan kondisi ekonomi juga berperan penting. Jepang merupakan salah satu negara dengan biaya hidup yang tinggi dan tantangan ekonomi yang signifikan. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan individu untuk menikah dan memiliki anak, karena adanya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan menciptakan stabilitas keuangan. Di sisi lain, Indonesia meskipun memiliki tantangan ekonomi, masih memiliki tingkat pengeluaran yang lebih rendah dibandingkan dengan Jepang, sehingga mungkin lebih memungkinkan bagi masyarakat untuk membentuk keluarga. Keempat, perbedaan dalam kebijakan pemerintah juga dapat berkontribusi pada perbedaan populasi penduduk. Jepang memiliki kebijakan keluarga yang belum sepenuhnya mendukung pasangan muda untuk menikah dan memiliki anak. Sementara itu, Indonesia memiliki kebijakan keluarga yang lebih pro-natalis, seperti program-program dukungan dan insentif bagi pasangan yang ingin memiliki anak.

Pernyataan Mahruf Amin tersebut dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pendukung pendapat tersebut mungkin berpendapat bahwa menikah pada usia muda memiliki manfaat, seperti memperkuat ikatan keluarga, membangun keluarga yang stabil, atau memperkuat moral dan nilai-nilai agama. Mereka mungkin berargumen bahwa menunda pernikahan dapat mengakibatkan dampak sosial dan budaya negatif, seperti tingginya angka perceraian atau penurunan moralitas. Namun, ada juga mereka yang berpendapat sebaliknya. Mereka mungkin berargumen bahwa menunda pernikahan pada usia muda memberikan kesempatan bagi individu untuk mengejar pendidikan, membangun karir, atau mengenal diri sendiri dengan lebih baik sebelum memasuki komitmen pernikahan. Mereka juga dapat mengkhawatirkan potensi risiko ekonomi atau psikologis yang terkait dengan pernikahan pada usia yang masih muda. Dalam diskusi ini, penting untuk mendengarkan dan mempertimbangkan berbagai pendapat dan perspektif yang berbeda. Setiap individu memiliki kebutuhan dan nilai-nilai yang berbeda-beda, dan keputusan untuk menikah pada usia muda atau menunda pernikahan adalah keputusan yang sangat pribadi.

 

 

Tags: LismitaMahasiswa Departemen Sosiologi Universitas Negeri PadangNikah Muda
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA