Desas-desus perhelatan pemilu di tahun depan, semakin kuat terasa. Di masing-masing daerah, para pimpinan partai politik terlihat begitu antusias mendaftarkan para pengurus atau anggotanya sebagai Calon Anggota Dewan (BCAD) di kantor komisi pemilihan (KPU) terdekat. Euforia tersebut harapannya tidak disambut sekedarnya saja, masyarakat terutama para pemuda harus menyambutnya dengan penuh persiapan, diharapkan dapat menjadi pemilih yang cerdas, memilih berdasarkan prestasi dan kontribusi para caleg dalam membangun daerahnya bukan karena termakan janji manis apalagi serangan fajar dalam bentuk bagi-bagi uang, sembako, atau pelbagai kebutuhan lainnya. Sehingga harapannya dapat terpilih para anggota legislatif yang pro terhadap pelbagai persoalan rakyat. Dengan demikian upaya mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang sejahtera bukan lagi impian, melainkan sebuah kenyataan.
Sebagai pemilih cerdas, pemuda hendaknya dibekali dengan pendidikan politik sedini mungkin. Sehingga, mereka akan tumbuh menjadi pemuda yang tidak alergi dengan politik. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para pemuda terdahulu, berkat siasat kenegaraan yang mereka miliki, Indonesia bisa merdeka sampai sekarang, terlepas dari begitu banyak ancaman dan tantangan yang mesti dihadapi. Tetapi, setidaknya bangsa ini telah merdeka, tinggal lagi, bagaimana keberjalan pemerintahan yang perlu direformasi agar berjalan maksimal dalam mewujudkan tujuan negara yang telah ditetapkan. Itulah salah satu alasan begitu pentingnya pendidikan politik bagi generasi muda sekarang ini, sebab di masa yang akan datang merekalah yang akan memerankan perpolitikan di bangsa ini.
Dalam upaya memberikan pendidikan politik bagi para pemuda, langkah awal yang mesti dilakukan adalah dengan memberikan kesan positif dalam berpolitik. Sebab, masih banyak pandangan yang menyatakan bahwa politik itu salah satu jalan kotor dalam meraup keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya. Umumnya, hal tersebut dilakukan oleh oknum nakal yang sejak awal masuk ke dalam dunia politik dengan niat yang tidak baik. Alih-alih ingin tulus melayani dan mendengarkan rakyat, kerjaannya hanya menghabisi uang rakyat. Fenomena tersebutlah yang membuat generasi muda antipati dengan politik. Untuk itu perlu perbaikan dan penyegaran akan dunia politik kita. Salah satunya dengan mengutamakan politik berbasis gagasan, masing-masing aleg diharapkan memiliki gagasan terbaik untuk berbuat bagi bangsa Indonesia ini. Sehingga, perlahan perubahan perbaikan dapat terwujud. Dengan demikian, generasi muda akan tertarik kembali dengan dunia perpolitikan nasional.
Setelah tertarik, maka langkah selanjutnya adalah dengan mulai memberikan wadah bagi pemuda untuk mengeksplorasikan dirinya dalam miniatur politik, hal ini dapat diwujudkan melalui keaktifannya dalam berorganisasi, kalau di sekolah ada organisasi siswa intra sekolah (OSIS), sedangkan di perguruan tinggi, ada banyak organisasi yang bisa diikuti mulai yang bersifat internal maupun eksternal kampus, atau lebih utamanya di badan eksekutif mahasiswa (BEM). Semua organisasi-organisasi tersebut merupakan miniatur perpolitikan, yang diatur sedemikian rupa menyerupai perpolitikan nasional. Mulai dari masa kampanye, pencoblosan, penghitungan suara, hingga proses pelaksanaan pemerintahan bersama ketua-ketua organisasi terpilih. Adanya proses eksplorasi tersebut membuat para pemuda lebih merasakan kebermanfaatan dari politik dan akan terbiasa ketika ditempatkan untuk berpolitik di masa yang akan datang.
Selain itu, ada hal lain yang lebih penting lagi untuk diberikan kepada pemuda dalam rangkaian pendidikan politik yang diberikan kepada mereka, salah satunya adalah etika berpolitik, pengetahuan ini sangat penting. Sebab akan melahirkan politisi-politisi bermoral yang bekerja untuk kepentingan rakyat bukan untuk dirinya sendiri. Sehingga citra politik bangsa di mata dunia akan semakin baik. Selain itu juga, kisah tragis seputar dunia politik diharapkan tidak terulang kembali, seperti yang sebelum-sebelumnya pernah terjadi.
Pemuda dengan semangatnya yang masih bergelora adalah sebuah manifestasi berharga yang terlalu sayang jika disia-siakan begitu saja. Mereka adalah aset penting yang harus dipersiapkan dan dilibatkan dalam kepentingan politik bangsa. Sehingga upaya menciptakan politik berbasis gagasan dan politik berintegritas bukan sekedar jargon semata melainkan memang benar-benar diwujudkan melalui pelbagai aksi terencana. Itu semua adalah tugas kita bersama, mulai dari orang tua, guru, dosen, dan seluruh stakeholder terkait. Selain itu, urgensi pendidikan politik bagi pemuda hendaknya dapat menjadi bahan kajian utama dalam merumuskan pelbagai rekomendasi dalam upaya perbaikan politik bangsa. Agenda tersebut hendaknya masif berjalan dan terevaluasi setiap periodenya. Semua itu belum terlambat, masih tersisa waktu untuk berbuat terbaik dalam menyongsong pesta demokrasi yang semakin hari, semakin dekat.
