BANJARMASIN – Kerugian akibat bencana baik bencana sosial yakni kebakaran pemukiman penduduk maupun bencana alam di Kalimantan Selatan tahun 2023 hingga caturwulan I (Januari-April), ditaksir mencapai Rp 7,545 miliar.
Kepala Bidang Penanganan Bencana pada Dinas Sosial Kalsel H Achmadi SSos, Selasa (2/5), menjelaskan, sebagian besar kerugian tersebut adalah bencana sosial, yakni kebakaran pemukiman penduduk.
“Dari kerugian bencana di Kalsel hingga caturwulan I tahun 2023 yang ditaksir mencapai Rp 7,545 miliar tersebut, sebagian besar bencana kebakaran pemukiman penduduk yang ditaksir mencapai Rp 6,850 miliar,” ujarnya.
Menurut Madi –sapaan akrabnya, dari kerugian bencana kebakaran itu, terbesar dialami Kota Banjarmasin Rp 3,225 miliar disusul Kabupaten Tabalong Rp 1,2 miliar.
Kemudian, Kabupaten Barito Kuala (Batola) sekitar Rp 750 juta, Banjar ditaksir Rp 500 juta, dan Balangan Rp 425 juta.
Selanjutnya, Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Hulu Sungai Tengah (HST) masing-masing sekitar Rp 200 juta, dan Tanah Laut (Tala) Rp 100 juta, sedangkan tiga daerah yakni Kabupaten Tapin, Tanah Bumbu, dan Kotabaru nihil.
Ketika ditanya frekuensi kebakaran pemukiman penduduk di Kalsel hingga caturwulan I 2023, Madi menyebutkan, dari Januari hingga April telah terjadi 33 kebakaran, terbanyak di Kota Banjarmasin 10 kali, disusul Kabupaten Batola enam kali.
Kemudian, Kabupaten Banjar, Balangan, dan Tabalong masing-masing tiga kali, Kota Banjarbaru, Kabupaten HSS dan HST masing-masing dua kali, serta Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Tanah Laut masing-masing satu kali.
Akibat bencana kebakaran tersebut menyebabkan tiga orang meninggal dunia, yakni dua di Kota Banjarmasin dan satu di Kabupaten Banjar, dan menyebabkan 79 kepala keluarga (KK) atau 279 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Selain itu, juga menyebabkan 62 buah rumah penduduk rusak total, dan enam rumah mengalami rusak berat, serta empat rumah rusak ringan.
Sementara, terkait bencana alam, hingga caturwulan I tahun 2023 telah terjadi 21 kali banjir, satu tanah longsor, dan enam bencana angin ribut atau sering disebut puting beliung.
Akibat bencana alam tersebut menyebabkan 65.141 KK atau 231.536 jiwa yang terdampak, namun tidak ada korban meninggal dunia.
Ia menjelaskan, akibat banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung tersebut menyebabkan enam rumah penduduk rusak berat, tujuh rusak sedang, dan 12 rumah mengalami kerusakan ringan, serta kerugian ditaksir mencapai Rp 695 juta. ani
