oleh : Zahra Kamila (HST)
Menjadi orang yang bertakwa, inilah yang diharapkan dari kita mengerjakan shaum pada bulan Ramadhan ( lihat: QS Al-Baqarah {2} : 183 ).
Ketakwaan yang dituntut tentu ketakwaan yang total. Takwa dalam segala aspek kehidupan, pada setiap tempat dan waktu. Menjauhi, bukan hanya sebagian, tetapi seluruh perkara haram. Melaksanakan seluruh perkara wajib.
Takwa sejatinya simbol kecerdasan seorang Muslim. Sebaliknya, banyak berbuat dosa adalah simbol kebodohannya.
Di antara tanda orang bertakwa adalah sebagai berikut:
Pertama, makin zuhud terhadap dunia. Saat dia mempraktekkan hidup zuhud, hatinya akan makin tenang. Zuhud itu ada tiga jenis: pertama meninggalkan keharaman. Ini adalah zuhud orang awam. Kedua, meninggalkan perkara mubah/ halal yang tak bermanfaat. Ini adalah zuhud orang istimewa. Ketiga, meninggalkan segala perkara yang menyibukkan dari upaya mengingat Allah SWT. Ini adalah zuhud orang arif( yang makrifat kepada Allah SWT).
Kedua, senantiasa bersemangat untuk bersaing dengan orang lain dalam perkara akhirat. Bukan dalam perkara dunia. Berlomba atau bersaing dengan orang lain dalam meraih dunia ( harta, jabatan, kekuasaan dan lain-lain) tentu boleh-boleh saja selama halal dan ditempuh dengan cara-cara yang juga halal. Namun demikian, seorang Mukmin yang cerdas( alias yang bertakwa) akan jauh lebih antusias dan bersemangat bersaing dengan orang lain dalam memperbanyak amal shaleh untuk bekal di kehidupan akhirat. Sebabnya, sebanyak apapun yang kita usahakan di dunia akan ditinggalkan atau meninggalkan manusia. Sebaliknya, amal shaleh, itulah satu-satunya yang akan dibawa dan bermanfaat bagi manusia saat dia menghadap Allah SWT di akhirat nanti.
Ketiga, tetap istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT. Seorang yang bertakwa, misalnya, tak hanya rajin dan ber-mujahadah pada saat Ramadhan saja. Apalagi hanya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan karena berharap keutamaan Lailatul Qadar. Sebaliknya, ia akan terus Istiqomah beribadah dan ber-mujahadah di luar Ramadhan sepanjang tahun.
Lailatul Qadar memang malam istimewa. Malam yang lebih baik dari seribu bulan. Namun demikian, seluruh malam, bagi seorang Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT adalah juga istimewa. Karena itulah, shalat malam sesungguhnya merupakan salah satu tradisi salafus-shalih yang biasa mereka lakukan setiap malam. Mereka senantiasa melipatgandakan ibadah mereka setiap malam.
Keempat, semakin besar takutnya kepada Allah SWT. Inilah orang yang paham agama ( faqih) yang sebenarnya. Menjadi orang faqih ( menguasai banyak ilmu agama Islam) tentu amat penting. Sebab, itulah tanda kebaikan yang Allah SWT berikan kepada hamba-hamba-Nya. Namun, standar kefaqihan seseorang bukanlah semata-mata penguasaannya atas ilmu-ilmu agama, tetapi yang paling penting adalah rasa takutnya yang besar kepada Allah SWT adalah dengan selalu berusaha taat kepada -Nya dan tidak banyak bermaksiat kepada -Nya.
Kelima, tidak menunda-nunda melakukan amal shaleh. Sebabnya, orang yang bertakwa sadar, bahwa menunda-nunda untuk melakukan amal shaleh datang dari setan.
Keenam, makin peduli terhadap urusan Islam dan kaum Muslim.
Karena itu penting kita meneladani generasi salafus-shalih yang begitu tinggi kepeduliannya terhadap Islam dan kaum Muslim
Semoga semua poin di atas ada pada diri kita sehingga kita layak menyandang gelar Muttaqin.