Rabu, Juli 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Kolaborasi Membina dan Meningkatkan Ketakwaan Remaja Selama Ramadhan

by matabanua
13 April 2023
in Opini
0

Oleh: Nor Aniyah, S.Pd (Pemerhati Masalah Sosial dan Generasi.)

Demi memuliakan bulan suci Ramadhan 1444 Hijriyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalsel menyerukan agar Perda Ramadhan ditegakkan, termasuk peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam memelihara situasi yang kondusif untuk keamanan dan kenyamanan beribadah, MUI Kalsel menyerukan agar mencegah dan menghentikan perbuatan dosa dan maksiat dalam bentuk apa pun. “Mari kita mengintensifkan pembinaan keagamaan bagi orangtua kepada putra-putrinya agar taat beribadah dan menjauhi perkara yang sia-sia,” tulis MUI Kalsel lagi.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Transformasi Polri dan Filosofi Kaizen

1 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Polri dan Nilai Ekonomi Keamanan

1 Juli 2025
Load More

Pada poin pentingnya, MUI berharap agar pemerintah daerah serta pihak berwenang bisa menutup total kegiatan tempat hiburan malam (THM) baik diskotek, pub dan sejenisnya serta mencegah sarana pergaulan bebas di café-café, serta aksi kebut-kebutan (balapan liar) di kalangan remaja.

“MUI Kalsel menyerukan agar dalam membina dan meningkatkan ketakwaan bisa kolaborasi dengan ulama-ulama, kerja sama antara Pemprov Kalsel, pemerintah kota dan pemerintah kabupaten dengan TNI-Polri dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar,” kata MUI Kalsel (matabanua.co.id).

Ada 11 poin seruan MUI kalsel dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Beberapa diantaranya menyambut dengan rasa syukur meningkatkan ibadah agar mendapat kualitas dan derajat tagwa dari Allah SWT, menempa diri pribadi, keluarga, dan masyarakat menjadi lebih berkarakter dan berakhlak mulia serta menggaungkan Syiar Islam, mendorong kepada pihak yang berwenang agar menutup total kegiatan THM serta mencegah sarana pergaulan bebas (cafe-cafe) dan kebut-kebutan di kalangan remaja, membina dan meningkatkan kerjasama ulama-umara (Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan TNI-Polri) dalam rangka penegakan amar ma’ruf nahi munkar, dan lain-lain.

Memang miris sekali bila kita menengok terhadap pergaulan bebas remaja saat ini. Pergaulan remaja kini memang sudah sangat permisi atau serba boleh. Namun, faktanya bukan hanya gagal tetapi memang tampak seakan negara dalam sistem kapitalisme ini tidak take action (mengambil tindakan) di dalam melindungi generasi. Sebutlah sistem pendidikan, ternyata tidak mampu mencegah terjadinya fenomena pergaulan bebas dan perilaku yang bisa dikategorikan sebagai seks bebas atau perzinaan tersebut.

Seruan untuk meningkatkan takwa dan menjadikan Ramadhan sebagai bulan latihan menempa jadi pribadi yang lebih baik tampaknya belum merata bisa diimplementasikan oleh seluruh muslim banua, karena masih ada yang tidak berpuasa ataupun bermaksiat pada bulan Ramadhan. Seruan menutup THM pun hanya digaungkan saat Ramadhan sementara 11 bulan lainnya tidak. Padahal hakikat Ramadhan adalah bulan tempaan untuk 11 bulan setelahnya.

Sementara negara sendiri tidak membangun pondasi yang kuat bagi para remaja. Ini tercermin dalam sistem pendidikan. Bukannya meningkatkan jumlah konten agama dalam kurikulum pendidikan, namun negara justru mengurangi jumlah pembelajaran agama di sekolah. Akibatnya, anak-anak makin jauh dari pemahaman agama. Sudahlah mereka minim bekal agama, malah negara membiarkan peredaran pornografi terutama lewat media sosial. Fenomena ini sudah sangat luar biasa memprihatinkan.

Berapa pun jumlah persentasinya, itu adalah kemaksiatan. Kemaksiatan itu akan membawa bahaya tidak haya bagi diri si pelaku, tapi juga bagi masyarakat sekitarnya. Adopsi negara atas sistem sekularisme lah yang menjadikan perilaku liberal ini tumbuh subur. Remaja yang tidak berada dalam sistem Islami, hormon pubertasnya justru disuburkan dengan industri hiburan, yang parahnya difasilitasi rezim sebagai penyaluran kreativitas. Kreativitas seperti apa jika kemudian berujung pada peluang peluapan gejolak seksual, yang awalnya mendekati zina hingga kemudian zina beneran.

Karena itulah, umat tidak bisa berharap pada sistem sekularisme kapitalime yang tidak sayang pada generasi muda. Karena memang negara dalam sistem sekuler ini tidak paham bagaimana memformat generasi harapan bangsa. Hanya pada sistem Islam kita hanya bisa berharap dan sebagai penyelamat generasi dari kebiadaban gaul bebas ini.

Kenapa? Karena negara dalam Khilafah memiliki mekanisme, selain memiliki sistem kontrol untuk menjaga kesinambungan sistem sosial, sistem informasi, pendidikan, serta sistem sanksi. Masyarakat juga saling menjaga melalui amar ma’ruf nahi mungkar. Terakhir, individunya termasuk generasi muda memiliki ketakwaan untuk selalu merasa diawasi Allah SWT dalam semua tindak-tanduknya.

Kalau aktivitas kumpul-kumpul muda mudi, bonceng-boncengan, di pinggir jalan, di jembatan-jembatan, kumpul untuk menunggu buka shaum tapi berpasang-pasangan yang bukan mahram. Jangan sampai sebelum berbuka sudah batal atau berkurang pahala puasanya. Jadi, memang harus bijaklah apalagi anak-anak muda seperti ini. Sayang sekali kalau sampai kesempatan ini tidak dimanfaatkan untuk optimal mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya di bulan suci Ramadhan. Jangan sampai hanya sekadar keseruan, tapi betul-betul dimanfaatkan untuk memanen pahala di sisi Allah SWT.

Apalagi Ramadhan adalah bulan istimewa. Ini bulan ketika dosa-dosa manusia dihapuskan, sebagaimana sabda Nabi Saw: “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan keikhlasan semata mengharap ridha Allah akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari).

Maka Ramadhan merupakan ajang bagi kaum Muslim untuk beramal yang maksimal. Sebab, Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda di dalamnya. Amalan sunnah diganjar layaknya amal wajib, maka tentu amal wajib ganjarannya lebih banyak lagi. Demikian pula perbuatan maksiat pun akan dilipatgandakan dosanya.

Ramadhan juga adalah bulan Al-Qur’an, di bulan ini kitab suci ini diturunkan. Tidak ada tujuan diturunkan Al-Quran kecuali untuk menjadi pedoman hidup manusia dalam mengarungi kehidupan dunia. Inilah kitab manual mengatur kehidupan manusia dari Sang Pencipta manusia.

Bisa menjadi renungan dan muhasabah bersama, mengapa jika kita bisa taat kepada Allah dengan puasa kita, lalu mengapa banyak di antara manusia yang enggan mengikuti aturan-Nya? Bagaimana mungkin orang bilang beriman kepada kitab suci tapi tak mau menerapkan isinya? Kebaikan Islam baru akan dirasakan secara nyata ketika Islam diterapkan secara kaffah, bukan hanya dalam kehidupan pribadi dan keluarga, tetapi justru menjadi pokok dalam kehidupan masyarakat dan negara.[]

 

 

Tags: muiNor AniyahPemerhati Masalah Sosial dan Generasiramadhan
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA