Jumat, Juli 4, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Membudayakan Tradisi Mendongeng (Refleksi Hari Dongeng Sedunia)

by matabanua
19 Maret 2023
in Opini
0
D:\2023\Maret 2023\20 Maret 2023\8\8\ahmad syawqi.jpg
Ahmad Syawqi (Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin)

Dalam sebuah keluarga, dahulu tradisi mendongeng merupakan bagian dari pengantar untuk mendidik anak-anaknya sebelum tidur. Tradisi mendongeng ini ternyata sangat baik untuk perkembangan kecerdasan anak. Mendongeng memberikan latihan imajinasi yang sangat baik untuk membangun kecerdasan anak, baik secara visual, linguistik, maupun artistic, sehingga otak mereka terlatih untuk menggambarkan sesuatu yang tak terlihat oleh mata dan tak terdengar oleh telinga.

Saking pentingnya aktivitas mendongeng sehingga setiap tanggal 20 Maret selalu diperingati sebagai Hari Dongeng Sedunia. Perayaan pertama digelar pada 1991 oleh kaum Nordik/Skandinavia di Eropa Utara. Mereka mengadakan acara Alla Berattares Dag atau All Narrators Day. Acara tersebut bertujuan melestarikan seni dongeng lisan dari mitologi-mitologi tua, yang telah diceritakan secara turun-temurun.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\4 Juli 2025\8\master opini.jpg

Keserentakan Pemilu dan Restorasi Politik Lokal

3 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\4 Juli 2025\8\foto opini 1.jpg

Rencana strategis Sistem Kapitalisme-Harga Beras Meroket, Stok Melimpah?

3 Juli 2025
Load More

Mendongeng bisa jadi bukan sekadar menghibur, melainkan juga media untuk menyampaikan suatu isu atau pesan tertentu yang menarik. Dongeng hadir sebagai sarana hiburan yang berisi pesan moral bagi para penikmatnya. Hampir semua hal itu kalau disampaikan dengan teknik storytelling akan sangat menarik. Karena apa? Karena yang mendengar itu tidak merasa diajari, tidak merasa disuruh, tetapi mereka hanyut di dalam cerita.

Kita tahu selama ini imej mendongeng begitu kuat tertanam pada para pendongeng professional seperti Kak Bimo, Kak Kusumo, Kak Awam, dan sebagainya, sehingga mendongeng seakan-akan merupakan hal yang sulit. Orang tua bahkan merasa kesulitan mendongeng bagi anaknya karena merasa tidak mampu mendongeng sehebat para pendongeng professional. Namun ternyata tidaklah perlu menjadi pendongeng profesional untuk bisa bercerita pada anak kita sendiri. Karena kegiatan mendongeng atau bercerita ini adalah aktivitas antara orang tua dan anak. Sehingga semua orang tua bisa mendongeng dengan gaya dan caranya sendiri-sendiri. Tidak harus seperti pendongeng professional. Jadi setiap orang pun sebenarnya bisa bercerita. Hanya saja pertanyaannya, mau atau tidak?

Agar para orang tua semakin jago dalam mentradisikan dongeng untuk anaknya, maka perlu tips agar kegiatan mendongeng menjadi semakin seru dan menyenangkan, yaitu:

Pertama,  Nilai Cerita. Memilih cerita untuk anak-anak haruslah yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut. Misal kita sebagai muslim ingin anak-anak kita menutup auratnya maka sebaiknya kita tidak bercerita tentang princess atau tokoh putri ala barat. Selain itu, saat bercerita kita juga mengenalkan bermacam-macam sifat pada anak kita termasuk sifat yang tidak baik, namun yang kita fokuskan adalah menanamkan sifat-sifat dan karakter-karakter kebaikan.

Kedua,  Bahan Cerita. Ada begitu banyak hal yang bisa kita ceritakan kepada anak kita. Mulai dari sejarah, cerita rasul (siroh), hingga pengalaman kita dalam sehari tadi (misal perjalanan atau kegiatan kita bersama ananda). Jadi bercerita tidak melulu harus berupa dongeng atau cerita fiksi sehingga sumber dan ide bercerita bisa kita dapatkan dari buku atau kita buat dan kembangkan dari pengalaman kita sendiri.

Ketiga, Media Cerita. Selain jenis cerita, untuk balita salah satu yang perlu diperhatikan adalah penggunaan media cerita (alat bantu). Misalnya untuk balita, karena secara kognitif anak usia dini masih pra operasional (abstrak) sehingga anak balita membutuhkan media yang kongkrit (kelihatan dan nyata bentuknya) seperti boneka, buku, gambar dll. Untuk anak usia dini maka sebaiknya kita pilihkan buku dengan banyak gambar dan sedikit kata. Lalu orang tua pun bisa berkreasi atau mengembangkan cerita dari gambarnya. Biasanya semakin besar anak, semakin banyak kata dan sedikit gambar dalam buku. Untuk anak usia dua tahun kebawah juga penting untuk memperhatikan bahan buku karena anak masih suka merobek dan menggigit. Selain buku yang banyak gambar, kita juga bisa bercerita dengan mainan kesukaan anak seperti motor, mobil, robot atau boneka sambil memberi serta menanamkan nilai moral di dalamnya.

Keempat, Timing. Bercerita juga tidak harus ketika mau tidur, bercerita bisa kita lakukan kapan saja namun disarankan untuk bercerita sekitar 20 menit per hari. Jika memang akan bercerita ketika mau tidur maka pilihlah cerita yang santai dan buatlah kesepakatan dengan anak tentang berapa jumlah cerita yang akan diceritakan kemudian tidur setelah selesai cerita. Biasanya anak memiliki tokoh dan buku favorit sehingga bisa menjadi sumber cerita juga untuk kita.

Kelima, Intonasi. Saat bercerita, orang tua juga tidak perlu mengganti intonasi suara dalam tiap peran jika memang tidak bisa. Kita bisa mengeksplorasi kemampuan kita dalam suara besar, kecil dan suara biasa kita. Kemudian untuk suara binatang kita bisa menggunakan suara binatangnya di awal dialog sebagai penanda siapa yang berbicara. Misalnya saat bercerita kucing dan bebek. Kucing : “Meooong bebek mo kemana?”. Bebek : “Wek wek wek mo kepasar”. Atau menggunakan prolog tentang siapa yang akan berbicara, sehingga walaupun suaranya sama, tapi anak tau siapa yang berbicara.

Keenam,  Fokus Anak. Anak usia dini memiliki fokus yang masih sebentar. Sehingga orang tua tidak perlu khawatir ketika bercerita tidak pernah selesai dan nampak didengarkan sambil lalu oleh anak. Kegiatan bercerita ini bisa kita mulai sejak anak berada dalam kandungan sehingga anak akan terbiasa dan menjadi kesempatan orang tua untuk menanamkan pesan-pesan kebaikan pada anak. Karena tanpa kita simpulkan hikmah dari suatu cerita pun, pada dasarnya anak akan mampu menangkap pesan cerita kita.

Ketujuh,  Kehidupan Sehari-hari. Memberi pesan untuk bercerita dengan asyik itu ketika kata-kata, intonasi suara dan gerak tubuh selaras serta menghubungkan cerita dengan kehidupan sehari-hari anak (misal cerita buku ttg hewan dihubungkan dgn pengalaman anak di kebun binatang). Sebisa mungkin libatkan anak dalam cerita, misal dengan eksplorasi gambar, anak ikut bikin cerita dll sehingga bersifat interaktif.

Kedelapan,  Attachment.  Bercerita dengan anak di pangkuan atau dalam pelukan akan memperkuat attachment atau hubungan antara orang tua dan anak. Kegiatan membaca buku cerita juga bisa menjadi solusi buat Ayah yang sibuk untuk memperkuat hubungan dengan anak. Karena keahlian kita bercerita itu tidak penting buat anak. Namun yang penting bagi mereka kesediaan kita bercerita untuk mereka.

Berharap semoga generasi sekarang dan yang akan datang akan semakin mencintai tradisi dongeng sebagai upaya melahirkan generasi yang gemar membaca dan cinta dengan ilmu pengetahuan.

 

 

Tags: Ahmad SyawqiMendongengPustakawan UIN Antasari Banjarmasin
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA