
BANJARMASIN – Penanganan wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) dinilai belum maksimal dilakukan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Bahkan upaya pencegahan wabah DBD seperti fogging dan pemantauan jumantik juga terasa masih kurang dan tak terlihat gerakannya.
Hal tersebut disampaikan, Sekretaris Komisi IV DPRD Banjarmasin Mathari, belum lama tadi. Menurutnya, apa yang dilakukan pemko dalam upaya pencegahan wabah DBD masih dikeluhkan masyarakat.
“Banyak warga yang mengadukan ke kita bahwa permintaan fogging tak dihiraukan puskesmas atau dinkes,” katanya.
Padahal, pengaduan tersebut karena warga ingin mencegah penyebaran virus dari DBD yang cepat berkembang biak saat musim hujan panas seperti saat ini.
“Semestinya Dinkes bisa lebih jeli lagi dalam menanggulangi permasalahan DBD ini agar tidak menyebar luas,” tutur Mathari.
Sepertinya, lanjut politisi PKS ini, pelaksanaan dengan teknik pengasapan atau fogging, belum sepenuhnya menyasar kawasan pemukiman warga, khususnya yang sudah ditemui kasus DBD.
“Apakah harus ada kasus DBD dulu baru dilakukan fogging? Semestinya jika sudah musim rawan DBD, lebih baik lakukan fogging sebagai upaya pencegahan,” ujarnya lagi.
Mathari juga menyoroti peran dari Jumantik (Juru Pemantau Jentik). Seharusnya, lanjut dia, orang yang ditugasi melakukan pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk, khususnya aedes aegypti itu bergerak aktif.
Meski demikian, ia mendukung upaya upaya pemko yang mengajak masyarakat membersihkan sampah di kolong rumah warga. “Kami mendukung langkah itu, karena sirkulasi air berjalan baik sekaligus mengurangi tempat jentik nyamuk bersarang. Tapi harus kontinu, jangan di awal saja,” katanya. via