Rabu, Juli 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Guru Merdeka dalam Membelajarkan Peserta Didik

by matabanua
13 Februari 2023
in Opini
0
D:\2023\Februari 2023\14 Februari 2023\8\8\rahfit syaputra.jpg
Rahfit Syahputra, S.Pd (Mahasiswa PPG Prajabatan 2022 UNP, Bidang Studi Sejarah /Fungsionaris HMI Komisariat IS UNP)

 

Pembaca yang berbahagia, tidaklah bisa kita pungkiri bahwa zaman yang kita hidup di dalamnya telah bertransformasi ke dalam ranah nan bervariatif dalam kaitannya dengan aktivitas sosial, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain rupa. Berangkat dari aspek demikian maka dalam artikel opini ini, penulis mencoba memberikan pandangan terkait dengan peran guru dalam kaitannya dengan statusnya sebagai fasilitator pembelajaran terhadap keberlangsungan pendidikan pada abad 21 ini. Mereka dalam mengemban tugasnya diberi kemerdekaan dalam membelajarkan peserta didik untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dan cita-cita peserta didiknya. Oleh sebab hal demikian marilah sama-sama dibaca uraian nan penulis tuliskan di bawah ini.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Transformasi Polri dan Filosofi Kaizen

1 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Polri dan Nilai Ekonomi Keamanan

1 Juli 2025
Load More

Ragam Kompetensi Abad 21 : Butuh Tindakan Kolaboratif dalam Mencapainya

Berdasarkan hasil penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh World Economic Forum (2015) tentang keterampilan abad-21 maka ada 16 bentuk keterampilan yang semestinya dimiliki oleh peserta didik dalam kaitannya dengan proses adaptasi dengan tuntutan zamannya. Keenam belas bentuk keterampilan tersebut tergabung ke dalam tiga judul besar yang mencakup Literasi Dasar (literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi saintifik, literasi teknologi informasi komunikasi (TI), literasi keuangan, dan literasi budaya dan kewarganegaraan), Kompetensi (keterampilan berfikir kritis, keterampilan kreatifitas, keterampilan berkomunikasi, keterampilan kolaborasi/4C), dan Kualitas Karakter (keterampilan rasa ingin tahu, keterampilan inisiatif, keterampilan ketekunan, keterampilan beradaptasi, keterampilan kepemimpinan, keterampilan kesadaran social dan budaya).

Aspek seperti apa yang di kemukakan di atas dapat diselaraskan dengan upaya pencapaian tujuan dalam mewujudkan pelajar yang berprofilkan Pancasila. Sejatinya konsep yang menjadi dimensi Profil Pelajar Pancasila tersebut juga hampir sama halnya dengan poin-poin yang tergabung ke dalam tiga judul besar seperti literasi dasar, kompetensi, dan kulitas karakter yang dikemukakan pada paragraph di atas. Berangkat dari ranah esensial ini, menurut penulis maka perlu upaya kolaboratif dari setiap kalangan agar tujuan-tujuan mulia ini dapat dicapai dengan bentuk yang maksimal dan kompleks. Guru memang diberi tugas sebagai fasilitator pembelajaran yang dalam hal ini, mereka menuntun dan membimbing anak didiknya ke arah yang progresif. Di samping itu, mereka juga membutuhkan berbagai sokongan dari pihak-pihak lain untuk mendukung kerja yang maksimal. Butuh sarana dan prasarana yang baik untuk mendukung kesuksesan pembelajaran. Membutuhkan beragam bentuk pelatihan sebagai peningkatan kompetensi guru, dan lain-lain macam yang relevan dengan peningkatan mutu kinerja guru.

Karakteristik Pembelajaran Abad 21

Barangkali perlu kita tinjau terlebih dahulu, seperti apa karakteristik pembelajaran abad 21 itu. Hal ini penulis fikir dapat menjadi titik berangkat seorang guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran. Karakteristik pertama dilihat dari sisi orientasi atau hasil yang diinginkan. Adalah menjadi suatu kesatuan bahwa ranah kognitif, afektif, dan psikomotor menjadi tujuan yang hendak diperoleh setelah peserta didik difasilitasi membelajarkan dirinya oleh guru. Kompetensi 4C (Critical Thinking, Communication, Creative Thinking, dan Collaboration) sebagai tuntutan kompetensi abad 21 juga diupayakan dapat dimiliki oleh peserta didik. Dalam pada itu peserta didik setelah melalui serangkaian pengalaman belajar dalam setiap tingkatnya, mereka juga diharapkan dapat menjadi peserta didik yang berprofilkan Pancasila. Atau istilah yang dipakai dalam Kurikulum Merdeka, yaitu Profil Pelajar Pancasila.

Berangkat dari aspek yang telah dikemukakan tersebut, maka letak karakteristik yang mesti diperhatikan oleh guru dalam hubungannya dengan peran mereka sebagai fasilitator pembelajaran, yaitu guru harus mampu memfasilitasi peserta didik membelajarkan diri mereka secara kolaboratif maupun mandiri kemudian nilai-nilai luhur pancasila diinternalisasikan ke dalam proses pembelajaran tersebut. Terdapat enam dimensi terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini, hal demikian meliputi : beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Kedua menyangkut strategi/model/metode/pendekatan pembelajaran. Kata kerja operasional yang merepresentasikan High Order Thinking Skill seringkali digaungkan dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Namun bersamaan dengan hal tersebut, terdapat ruang kosong yang mesti diisi dengan pembaharuan. Pemerintah telah berupaya melakukan hal tersebut dengan memberlakukan Kurikulum Merdeka. Bahwa setiap peserta didik memiliki karakterisitik yang beragam. Mereka tidak sama dalam ranah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor artinya kebutuhan belajar dari masing-masing mereka bervariatif. Anak-anak yang audio, visual, dan kinestetik itulah mereka yang akan dibelajarkan dengan desain pembelajaran yang mesti dirancang sedemikian rupa, agar kebutuhan belajar mereka dapat terpenuhi. Berangkat dari aspek tersebut, untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik itu maka guru diharuskan menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi ini dalam bentuk aplikatif terbagi ke dalam beberapa bentuk berupa diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Artinya apa ? bahwa guru sebagai fasilitator, membolehkan peserta didik memilih konten-konten sesuai minat mereka, yang akan dibahas dalam aktivitas belajar nan mereka selenggarakan dengan kolaboratif pun mandiri, namun tetap berkaitan dengan pokok bahasan yang didiskusikan pada hari itu. Diferensiasi proses dimaksudkan sebagai jembatan untuk menghubungkan peserta didik ke tujuan yang hendak diinginkan dalam kaitannya dengan proses penyelesaian tugas kolaboratif pun individu, dengan cara-cara yang mereka fikir memudahkan mereka dalam membangun pemahamannya.

Sebutlah sebagai misalnya pemanfaatan banyak sumber belajar dalam proses membangun pemahaman, kolaboratif, brainstorming (curah pendapat), dan lain-lain proses yang relevan bentuknya. Adapun terkait dengan diferensiasi produk, maka peserta didik diperbolehkan menyelesaikan tugas dalam bentuk yang mereka minati, seperti rekaman suara mereka dalam menjelaskan poin-poin penting terkait suatu topic tertentu, video documenter/video penjelasan mereka, infografis, mindmap, karya tulis sederhana, dan lain-lain bentuk yang mereka minati. Artinya, tugas-tugas peserta didik tidak harus seragam dalam segi wujud. Bersamaan dengan pembelajaran berdiferensiasi tersebut kemudian guru juga melakukan apa yang dikenal dengan asesmen as learning dan asesmen for learning.

Ketiga, mengkombinasikan pembelajaran dengan beragam teknologi. Digitalisasi dalam beberapa sendi aktivitas kehidupan tidak bisa dinafikan dalam konteks hari ini. Hal tersebut merambah pula ke ranah pendidikan/pembelajaran. Guru pada abad 21 diharapkan dapat menginternalisasikan teknologi ke dalam aktivitasnya sebagai fasilitator pembelajaran. Penggunaan-penggunaan platform belajar online dikombinasikan dengan pembelajaran luring. Pemanfaatan media interaktif dalam bentuk yang menarik minat belajar peserta didik sangat perlu diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran pada abad 21 ini. Mendayagunakan platform untuk pengadaan kuis atau semacamnya sebagai agenda asesmen formatif. Aspek ini merupakan perwujudan bahwa pembelajaran juga tidak bisa dilepaskan dari budaya yang berkembang di kalangan peserta didik. Budaya digital, budaya masyarakat lokal, dan kebudayaan kolektif bangsa Indonesia menjadi satu kesatuan yang mesti diinternalisasikan dalam perancangan pembelajaran. Kiranya, ada beberapa aspek positif menyangkut penerapan teknologi dalam pembelajaran.

Pertama, bahwa guru berusaha menyesuaikan keadaan jiwa zaman peserta didik dengan proses pembelajaran yang akan mereka lalui. Hal ini sekaligus memberikan pengalaman yang berarti bagi guru dalam upaya mengimplementasikan filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa pengajaran mesti disesuaikan dengan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman peserta didik.

Kedua, memberikan pengalaman yang berarti bagi guru bahwa mereka diberi kemudahan/kemerdekaan dalam membelajarkan anak didik namun harus tetap dalam koridor yang telah ditetapkan.

Merdeka dalam Membelajarkan : Sebuah Refleksi Singkat

Pada bagian akhir ini, penulis hendak mengemukakan suatu refleksi singkat terhadap apa yang sebenarnya dimaksud dengan merdeka dalam membelajarkan itu. Merdeka dalam membelajarkan sejatinya mengarah kepada tindakan yang diambil/dilakukan guru dalam kaitannya dengan tugas serta fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran, dalam kerangka pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik.

Artinya, guru diberi hak penuh dalam mendesain pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik sebagai jembatan untuk mencapai apa yang telah ditetapkan bagi peserta didik. Guru harus mampu mengkondisikan capaian pembelajaran dengan level perkembangan peserta didik. Makna sederhananya, guru tidak harus memaksakan setiap peserta didik memiliki kemampuan yang seragam dalam satu bentuk kompetensi yang sejatinya memang sulit disamakan untuk keseluruhan peserta didik, sebab dari kondisi factual bahwa segenap peserta didik memiliki kemampuan yang memang tidak selaras. Kepiawaian guru sebenarnya akan teruji disini. Bagaimana ia mampu membimbing dan menuntun peserta didik yang memiliki beragam karakteristik itu ke arah yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Guru juga harus menginternalisasikan nilai budaya yang sudah jelas memberi kontribusi dalam membangun pemahaman peserta didik.

Ambillah sebagai salah satu contoh berdasarkan ilustrasi berikut ini. Di kelas A memuat peserta didik sebanyak 36 orang yang terdiri dari berbagai macam latar belakang social, budaya, ekonomi, dan lainnya. Mereka ada yang memiliki gaya belajar audio, visual, dan kinestetik serta memiliki minat pada bidang di luar akademik. Sejatinya dari setiap mereka yang berbeda ini, dapat dilihat dari tindakan yang mereka lakukan dalam upayanya mencapai tujuan pembelajaran. Bagi anak audio, bila mereka telah mampu meramu suatu penjelasan dengan cara merekam penjelasannya kemudian dibagikan kepada setiap warga kelas dan guru, sebagai bukti keseriusannya dalam belajar menurut penulis itu sudah cukup.

Bila anak visual telah mampu mendesain buah pemahamannya ke dalam bentuk mindmap, infografis, video, dan aspek relevan lainnya, itu merupakan hal yang telah mengagumkan. Begitu pula dengan anak kinestetik. Jika mereka telah memperlihatkan aktivitas belajar dengan cara demonstrasi, menunjukkan, mencari secara mandiri/kolaborasi terkait apa yang menjadi tugas mereka itu sudah menjadi tindakan yang positif. Adapun bakat-bakat peserta didik lainnya baik di bidang non akademik dan akademik, guru harus pandai melihat hal demikian untuk kemudiannya disediakan wadah sebagai langkah pengembangan diri mereka.

 

 

Tags: guruMahasiswa PPGRahfit SyahputraS.Pd
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA