
JAKARTA – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengungkapkan, besaran anggaran bantuan sosial (bansos) untuk korban bencana alam sangat kurang alias minus, terutama saat terjadi tragedi Kanjuruhan, Malang pada Oktober 2022 lalu.
Risma curhat soal besaran anggaran untuk Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan NonAlam itu, saat laporan alokasi anggaran dalam rapat bersama Komisi VIII DPR, Rabu (8/2).
“Ini Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam, ini kita kenapa 100 persen sebetulnya kurang, Pak. Karena itu, kita minta dari dana hibah. Karena saat tragedi Kanjuruhan yang meninggal banyak,” ucap Risma, seperti dikutip cnnindonesia.com.
Dia menjelaskan, jumlah alokasi anggaran bansos untuk korban Kanjuruhan mengalami kekurangan. Karenanya, ia mengambil dari dana hibah untuk menambal kekurangan tersebut.
“Ini kemarin minus Pak untuk bencana di Malang itu Pak, Kanjuruhan, enggak ada duitnya. Jadi kami minta dari dana hibah,” katanya.
Kementerian Sosial merealisasikan besaran anggaran senilai Rp 50,89 miliar atau 100 persen untuk Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam. Jumlah itu dialokasikan untuk jumlah penerima sebanyak 48.457 orang.
Sedangkan, masyarakat rawan bencana sosial dan non alam yang mendapat bantuan sebanyak 30.600 orang. Jumlah itu belum termasuk 250 kelompok rawan bencana sosial dan nonalam. Adapun jumlah anggaran untuk Kemensos 2023 sebesar Rp 78,1 triliun. Angka ini lebih kecil dari 2022 yang sebesar Rp 78,3 triliun.
“Tahun ini (anggaran) malah turun. Yang dulunya 2022 itu Rp 78,3 triliun, 2023 turun Rp 78,1 triliun,” kata politikus PDIP itu.
Sebelumnya, sejumlah perwakilan korban Tragedi Kanjuruhan Malang mengadu ke Komisi X DPR RI untuk meminta keadilan dan penuntasan kasus secara transparan.
Dari sejumlah persoalan yang mereka bawa ke kantor wakil rakyat, salah satunya para korban mengeluhkan bantuan pengobatan yang sudah dicabut sejak akhir Desember 2022 lalu. Kini, sejumlah korban diklaim harus mengeluarkan uang pribadi untuk membiayai pengobatan mereka.
“Kurang lebih per bulan Desember akhir. Itu sudah mulai diputus. Penanganan untuk semua. Karena KLB sudah dicabut,” ucap salah satu tim advokasi dari Aremania, Simon Zakaria di kompleks parlemen, Rabu (18/1) lalu.
Sekadar mengingatkan, total korban tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu, 1 Oktober 2022, pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berjumlah 754 orang.
Dari data tersebut, 135 di antaranya meninggal dunia, 596 orang luka ringan dan sedang, serta 23 lainnya luka berat.
Tregedi memilukan dalam sejarah sepakbola di Indonesia itu, bermula dari kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan tim tuan rumah itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dan sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.
Akibat kejadian itu, sebanyak 135 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan termasuk luka berat. web