
Krisis geopolitik Rusia-Ukraina yang belum juga berakhir membawa ketidakpastian ekonomi global. Namun dari sisi lain hal tersebut membawa berkah bagi perekonomian Kalimantan Selatan. Kenaikan harga komoditas ekspor unggulan khususnya batubara mendongkrak kinerja ekspor Kalimantan Selatan sepanjang tahun 2022.
Kinerja Ekspor
Kinerja ekspor Kalimantan Selatan tahun 2022 sangat impresif, berdasarkan data Badan Pusat Statistik mencapai 16,2 miliar dollar AS atau tumbuh sebesar 55 persen dibanding tahun 2021. Sumbangan ekspor barang dan jasa menyumbang lebih seperempat dari total produk domestik regional bruto (PDRB) Kalsel.
Golongan bahan bakar mineral dan lemak dan minyak hewan/nabati menjadi penyumbang utama ekspor sepanjang tahun 2022. Ekspor bahan bakar mineral sebesar 14,2 miliar dollar AS dan ekspor lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 1,2 miliar dolar AS. Kenaikan nilai ekspor bahan bakar mineral sekitar 67 persen dibandingkan tahun 2021 yakni sebesar 7 miliar dolar AS. Komoditas penyumbang utama meroketnya kinerja ekspor sepanjang 2022 adalah batubara dan minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Peningkatan Kemiskinan
Namun peningkatan kinerja ekspor tersebut ternyata belum sepenuhnya menetes kepada masyarakat kebanyakan. Dampak ekonomi dari kinerja ekspor belum tergambar pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Angka kemiskinan Kalsel pada September 2022 mengalami peningkatatan 0,12 persen dibandingkan Maret 2022 menjadi 4,61 persen.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada awal September menjadi pendorong utama meningkatnya kemiskinan hampir diseluruh wilayah Indonesia termasuk di Kalsel. Data historis menunjukkan bahwa penyesuaian harga BBM selalu dibarengi dengan lonjakan inflasi, seperti yang terjadi pada tahun 2005, 2013, dan 2014. Lonjakan inflasi ini membebani masyarakat kelas bawah dengan harga kebutuhan pokok yang lebih tinggi, yang menyebabkan peningkatan jumlah orang miskin.
Meski begitu, upaya pemerintah melindungi daya beli masyarakat melalui pemberian BLT dan bansos lainnya sebesar Rp 24,17 triliun (Kemenkeu, September 2022) seharusnya cukup meringankan beban belanja masyarakat kelas bawah akibat kenaikan harga kebutuhan pokok.
Kenaikan ekspor batubara dan CPO sepanjang tahun 2022 semestinya mampu mendongkrak pendapatan masyarakat. Dengan demikian tingkat kemiskinan seharusnya mengalami penurunan, alih-alih mengalami peningkatan. Namun sayang yang terjadi malah sebaliknya, jumlah dan persentase penduduk miskin mengalami kenaikan.
Efek Menetes Ke Bawah
Kondisi ini mengindikasikan bahwa efek menetes ke bawah (trickle down effects) pendapatan yang dihasilkan dari peningkatan ekspor sepanjang tahun 2022 belum optimal. Kelompok masyarakat bawah hanya menikmati potongan kecil ‘kue ekonomi’ yang tercipta dari hasil ekspor komoditas unggulan. Potongan terbesar masih dinikmati oleh para pemilik modal.
Efek trickle-down adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa manfaat pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran pada akhirnya akan menjangkau semua anggota masyarakat, termasuk mereka yang berada di ujung bawah skala pendapatan. Idenya adalah ketika orang kaya menerima dorongan dalam pendapatan mereka, mereka akan membelanjakan lebih banyak uang, yang pada gilirannya akan merangsang ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi mereka yang berada di ujung bawah skala pendapatan. Proses ini dianggap terjadi secara bertahap, oleh karena itu istilah “menetes ke bawah”.
Kritik terhadap efek trickle-down, bahwa manfaat pertumbuhan ekonomi tidak selalu menjangkau mereka yang berada di ujung bawah skala pendapatan, karena orang kaya cenderung menyimpan sebagian besar pendapatan mereka daripada membelanjakannya. Hal ini dapat mengakibatkan ketimpangan kekayaan, karena yang kaya menjadi semakin kaya sedangkan yang miskin tetap miskin.
Penting untuk mempertimbangkan potensi keuntungan dan kerugian dari teori ini untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi bersifat inklusif dan bermanfaat bagi semua anggota masyarakat. Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengatasi masalah ketimpangan kekayaan dan memastikan bahwa belanja publik difokuskan pada program yang bermanfaat bagi seluruh anggota masyarakat.
Kesejahteraan Masyarakat
Tujuan akhir pemanfaatan sumber daya alam untuk pembangunan adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan. Peningkatan kemampuan tersebut meliputi pencapaian pendidikan, kesehatan, dan taraf hidup yang layak melalui peningkatan pendapatan. Sayangnya, kualitas pembangunan manusia di beberapa daerah penghasil utama produk kelapa sawit, mineral dan batu bara masih relatif rendah dibandingkan daerah lainnya.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah penghasil batubara dan CPO seperti Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Barito Kuala, Tapin, Balangan dan Tanah Bumbu, masih di bawah rata-rata IPM Provinsi Kalimantan Selatan. Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian serius pemerintah daerah.
Dalam konteks ini, peran pemerintah dalam redistribusi pendapatan harus diperkuat. Pembagian pajak ekspor atau bea keluar yang berasal dari peningkatan ekspor minyak sawit dan produk mineral dan batubara harus dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kualitas pembangunan manusia di daerah penghasil utama minyak sawit dan mineral batubara. Hal ini penting untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.