Al Muslimah P, S.Pd (Pendidik dan Ibu Rumah Tangga di Barito Kuala)
Dari media cetak, media elektronik dan media sosial akhir-akhir ini didapati perkembangan atau dinamika kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh manusia. Jika dulu, sesuatu itu tidak dibutuhkan dan tidak biasa dilakukan sekarang menjadi kebutuhan dan diupayakan untuk dilakukan bahkan bisa menjadi cita-cita atau focus sekalipun menyita waktu dan anggaran yang tidak sedikit. Diantaranya adalah fenomena healing.
Liburan telah tiba. Tidak sedikit mungkin yang mengagendakan healing pada liburan kali ini. Dari media sosial di dapati opini umum, aktivitas healing ini seakan menjadi kebutuhan. Kebanyakan orangpun jadi merasa harus melakukannya, sekalipun mereka sibuk, atau sedang mengalami kesulitan finansial, tetapi tetap berkomitmen untuk melakukan healing. Penting sekali membahas hal ini dari sudut pandang Islam, karena setiap pilihan (perbuatan) terikat dengan hukum syariat.
Healing berasal dari Bahasa inggris yang artinya penyembuhan. Healing sendiri jika dikaitkan dengan arti yang dipahami oleh anak-anak muda di media sosial adalah berkaitan dengan penyembuhan secara psikologis yakni jiwa, perasaan, batin dan pikiran akibat hal-hal negatif yang menumpuk menjadi beban sehingga membuat seseorang stres kehilangan fokus bahkan depresi. Misalnya seorang ibu yang stress akan berkemungkinan besar tidak beres, tidak baik, tidak fokus dalam mengurusi putra putrinya. Jika dia seorang istri bisa jadi dia akan abai dalam fungsinya pada kewajibannya dalam rumah tangga, termasuk suaminya. Jika dia seorang anak maka dia juga akan terganggu.
Jika seseorang mengalami hal yang demikian maka dianggap bahwa dia perlu melakukan healing. Jenisnya bermacam-macam, ada yang berbentuk jalan-jalan ke tempat wisata, kulineran, traveling ke tempat yang berbeda sebagai penyegaran atau alih suasana dari tekanan dan kesibukan juga masalah serta beban-beban yang menumpuk sementara waktu. Pemilik kapitalpun tidak ketinggalan melihat peluang menguntungkan darinya. Mereka berlomba-lomba berinvestasi, membangun sarana prasarana yang juga dipromosikan dapat menghilangkan penat sejenak. Sebelumnya memang sudah ada, tapi sekarang lebih dipoles lagi agar dapat menangkap konsumen dari fenomena healing ini.
Ada beberapa dampak yang mucul dari fenomena ini. Pertama, Karena ini bersifat arus yang massif, menjadi sesuatu yang viral di media sosial dll, maka ada ketertarikan yang besar, rangsangan atau provokasi. Ada individu-individu tertentu yang sebenarnya tidak memerlukan aktifitas itu kemudian “terprovokasi” seolah-olah merekapun butuh melakukan hal tersebut. Padahal ada hal lain yang justru malah diabaikan misalnya kewajiban, seperti belajar, melaksanakan tugas, kewajiban sehari-hari di rumah yang justru jadi terbengkalai, karena keseringan atau kebanyakan healing, seperti nongkrong, kulineran, jalan-jalan sore dll.
Kedua, dari sisi finansial, akhir-akhir ini banyak yang mengalami kekacauan keuangan seperti terjerat pinjaman online, gali lubang tutup lubang, kkekurangan gizi karena gaya hidup healing ini. Bukan untuk keperluan yang urgent sekali. Akhirnya amalah menimbulkan masalah baru akibat pelanggaran dan pengabaian demi healing-healing-an ini.
Islam memiliki pandangan terhadap segala sesuatu dan solusi atas seluruh masalah termasuk hal diatas. Jika ditelusuri kebelakang, mengapa saat ini orang perlu refresh, jalan-jalan, berwisata atau kulineran, setidaknya ada dua permasalahan yang terkait dengannya. Pertama, tentang mindset yaitu bahwa pemikiran orang-orang saat ini lebih banyak di dominasi oleh sekularisme. Sehingga jika ada apa-apa itu buka segera kembali kepada ajaran agama termasuk dalam merefresh mental, hanya terjebak tren, Ketika melihat banyak orang melakukan jadi terjebak untuk mengikuti. Padahal mereka tidak harus melakukan itu.
Kedua, karena memang tekanan masalah hidup yang luar biasa akibat diterapkannya sistem kapitalisme. Pemegang urusan rakyat menjadi sedikit hadir dalam pengayoman urusan rakyatnya. Dampaknya rakyat semakin kesini harus membiayai dirinya sendiri, keperluan hidup mereka diserahkan kepada mekanisme pasar. Kebanyakan kebutuhan pokok rakyat transaksinya kepada pengusaha yang wajar mencari laba atau untung. Sehingga harganya makin mencekik bagi rakyat. Contoh saja keperluan melengkapi kebutuhan pokok pangan, beli sembako, kecukupan gizi 5 bintang. Papan, betapa beratnya bayar cicilan rumah ditengah ketidakjelasan pendapatan, ketidak pastian usaha, dalam intaian gelombang PHK besar-besaran. Menabung hanya bisa dikaukan sebagian orang dalam upaya membangun rumah, itupun mengencangkan ikat pinggang.Pendidikan mahal, bagi siswa sekolah, seragamnya, jajannya, kelengkapannya, kuota internetnya, BBMnya, transportasinya, UKTnya, akomodasinya seperti untuk tugas, rumah kos dan makannya bagi mahasiswa. Kesehatan mahal, daftar asuransi JKN kesehatan bisa, tapi bayar iurannya masih banyak yang tidak sanggup menyisihkan disela-sela memenuhi kebutuhan pokok yang lain. Keamanan, tanggung masing-masing bayar bodyguard, bayar stpam, bayar siskamling, beli teralis, bangun pagar, masih juga dibongkar maling, deg-deg ser takut dibegal.
Darurat judi online, game online, sex bebas dan penyimpangan seksual pada remaja begitu meresahkan orangtua dan keluarga. Pertanian mahal karena pupuk dan upah mahal, tidak pastinya jalur pemasaran hasil pertanian, perkebunan juga bikin pusing. Begitu multidimensinya masalah yang dihadapi rakyat, ini pun baru yang bisa disebutkan, realitasnya tentu masih banyak lagi. Akibatnya tekanan begitu tinggi. Muncullah kebutuhan untuk rehat sejenak, untuk sekedar mengendapkan masalah tersebut sementara waktu dengan refreshing, kemudian bergelut lagi dengan beratnya kehidupan. Jadi, ada rangsangan-rangsangan kuat yang mendorong masyarakat mengadopsi solusi healing.
Islam memiliki sudut pandang yang jelas terhadap fenomena yang demikian, tentu beserta solusinya. Terkait perkara mindset. Pertama, Allah menjelaskan bagaimana Islam memandang kehidupan ini. Dalam surah al Baqarah:155 Allah memberitahukan bahwa hidup ini adalah ujian, kita pasti akan selalu di uji dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Kemudian Allah menyampaikan bahwa ada kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Mindset kita dikokohkan dengan pemahaman bahwa hidup ini tidak selamanya mulus, dan tidak juga selalu sesuai denga napa-apa yang kita ingini atau terhindar dari apa-apa yang kita tolak. Dalam hidup senantiasa ada pergiliran yang datang silih berganti. Ada Bahagia ada sedih, ada mudah ada sulit itulah kehidupan.
Ujian kesulitan dan kenikmatan itu perkara yang alami. Kemudian Allah memberitahu bahwa belum tentu apa yang kita pandang baik itu baik dan apa yang kita pandang buruk itu buruk, bisa jadi sebaliknya. Rasulullah juga mengatakan bahwa semua urusan kita itu luar biasa baiknya, Jika di beri ujian kesulitan bersabar maka itu kebaikan dan jika diberi nikmat bersyukur juga kebaikan.
Jadi, mindset kita diluruskan sedemikian rupa agar tidak mudah merasa panik berlebihan, marah, gelisah, kecewa mendalam, tak berlarut-larut menyalahkan siapapun bahkan diri sendiri, buntu, down, stress berat apalagi depresi hingga gila. Hal ini karena kita memiliki keyakinan bahwa kesulitan, “keburukan” sama baiknya dengan kenikmatan, “kebaikan”. Pandangan kita diluaskan dan dipanjangkan jauh hingga ke negeri akhirat, Kesulitan kita mungkin tidak sebanding dengan kesulitan-kesulitan yang lain, sedikit kesulitan di dunia tidak ada apa-apanya dengan nikmat yang akan Allah hadiahkan di akhirat kelak, masyaAllah. Kedua, mindset kita juga dikuatkan dan dioptimiskan oleh Islam. Karena Allah memberitahukan kepada kita bahwa Ia menjamin akan memberikan jalan keluar atas setiap masalah.Tinggal kita mau atau tidak mengikuti jalan keluar tersebut. Berikutnya kita di ajari untuk qonaah atau menerima semua pergiliran mudah dan sulit, ringan dan berat itu sebagai amanah kehidupan. Begitu pula jika pergiliran itu lambat, dalam artian kesulitannya begitu menumpuk, tekanannya bertubi-tubi rasa tak tertanggungkan lagi hingga menyentuh batas terlemah manusia, sehingga bisa down, Allah menyampaikan bahwa orang-orang beriman itu hati mereka akan menjadi tenang, tentram, legowo dengan mengingat Allah, “Ingatlah! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram /healing/sembuh”. Inilah kunci pamungkas agar tegar menghadapi masalah seberat apapun, tanpa ini, traveling, kulineran, refresahing, dll seberapa seringpun, sekeren apapun, bisa jadi tetep pusing dan masalah mental hanya mengendap sekejap lalu bergolak lagi.
Islam menunjukkan healing yang sejati, ampuh dengan atau tanpa refreshing ala-ala sekarang ini. Mengingat Allah disini artinya tidak sebatas dzikir lisan dengan kalimah-kalimah dzikir akan tetapi mencakup juga tafakkur/merenungi ayat-ayat Allah baik kauniyah maupun qauliyah. Healing ala anak muda sekarangpun boleh-boleh saja dilakukan ketika dibutuhkan, selama sesuai syariat, tidak melalaikan kewajiban yang lain. Dan jangan sampai hal yang mubah ini justru menjadikan kita melanggar hukum syariahNya, bukan healing malah pening. Karena ketenangan akan lahir dari ketaatan bukan kemaksiatan. Wallahualam bish-shawab.