Jakarta – Manchester United dan Liverpool ramai diberitakan tengah mencari investor baru. Pakar keuangan menilai langkah itu diambil demi bisa bersaing dengan klub yang didukung dana melimpah dari Timur Tengah.
MU saat ini sedang didekati oleh INEOS yang dipimpin miliarder Inggris, Jim Ratcliffe. Sementara Liverpool dikabarkan sedang diincar oleh konsorsium gabungan Qatar-Arab Saudi.
Kucuran dana segar untuk The Reds bisa jadi lebih mendesak karena saat ini mereka tercecer di papan tengah Liga Inggris dan berpotensi absen di Liga Champions musim depan. Potensi kerugian yang ada lebih baik segera ditutup dengan injeksi kas baru.
Lisa Neirotti dari George Washington University School of Business kepada Reuters mengatakan bahwa dua klub tersebut sedang putus asa mencari uang tambahan. Para pemilik MU dan Liverpool paham mereka hanya bisa untung jika ada saham yang dilepas.
“Tantangan untuk siapapun yang ingin membeli klub, baik perorangan ataupun perusahaan, adalah mereka akan bersaing melawan tim yang didanai oleh negara, seperti Manchester City, Paris Saint-Germain, dan Newcastle United,” ujar Neirotti.
“Pemilik saat ini membutuhkan kucuran dana demi bisa membiayai transfer pemain dan juga beban gaji. Menjalankan klub olahraga tak menghasilkan uang, kecuali kamu menjualnya.”
“Memang benar kamu mendapat uang dari Premier League, hak siar, dan juga sponsor, tapi kamu juga harus menanam modal untuk menjaga kualitas tim,” jelas Neirotti.
Klub-klub yang disokong dana Timur Tengah itu memang tak ragu dalam mengeluarkan uang. PSG contohnya, berani menebus biaya transfer Neymar sampai lebih dari 200 juta Euro pada 2017, rekor transfer yang masih bertahan sampai saat ini.
Newcastle United sejak diakuisisi konsorsium Arab Saudi pada 2021 pelan-pelan naik kasta menjadi tim papan atas Liga Inggris. The Magpies yang tadinya bersaing di papan bawah, kini masuk dalam bursa kandidat juara.
“Qatar berinvestasi di PSG dan telah mengumpulkan bintang-bintang macam Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappe,” ujar CEO & co-founder CLV Group, Neil Joyce.
“Pemilik MU dan Liverpool saat ini tak punya dana untuk bersaing dan berinvestasi di level yang sama dengan klub-klub (Timur Tengah) tersebut,” jelasnya.
Kolapsnya Liga Super Eropa, di mana MU dan Liverpool sempat ambil bagian, disebut-sebut juga turut berperan. Seperti diketahui, kompetisi itu kabarnya akan menyediakan prize money yang jauh lebih besar dari Liga Champions karena disponsori bank investasi asal Amerika Serikat, Goldman Sachs. dtc/ron