oleh : Alfiani Fatimah Azahro (Mahasiswa UIN Jakarta. Keluh Kesah Mahasiswa UIN Jakarta)
Kuliah di Jakarta adalah impian semua pelajar, karena itu banyak mahasiswa yang rela merantau untuk kuliah disini, tapi tidak untuk sekarang. Mungkin karena aku bukan seorang mahasiswa UI,UNJ ataupun UPN Veteran Jakarta. Ya walaupun kampusku negeri, tapi bernuansa kepesantrenan, maklum saja UIN Jakarta (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Saya ingin menyampaikan keluh kesah saya dan tema-teman kelas saya yang mana ini sangat menjengkelkandan mengesalkan di kampus ternama ini. Ya teruma berkaitan dengan dosen di mata kuliah yang saya ikuti di semester 5. Ada satu dosen yang menjadi jajaran tinggi di fakultas.
Awal beliau mengajar, jujur saya merasa kagum dengan prinsip dan kontrak belajar yang dibuatnya. Antara lain, beliau tidak menerima toleransi keterlambatan ketika mata kuliah sudah mulai dan karena itu mahasiswa yang terlambat tidak diperbolehkan masuk kelas dan laki-laki tidak boleh berambut gondrong dan juga wajib memakai kemeja saat perkuliahan.
Saat itu ada teman saya yang bertanya, “maaf bapak, semisal saya terlambat dan tetap masuk untuk mengikuti perkuliahan namun rela untuk dialpha boleh apa tidak?”
Lantas beliau menjawab dengan tegas “tidak boleh, justru itu hukuman kalian sesungguhnya ketika terlambat, bukan mendapatkan alpha, melainkan tidak mendapat ilmu yang ada kelas”.
Namun, saat memasuki minggu kedua dan seterusnya membuat rasa kagum saya di awal perkuliahan tersebut berubah. Bagaimana tidak, dosen tersebut malah sering tidak masuk kelas alias absen.
Mungkin wajar karena beliau adalah jajaran tinggi di fakultas, seorang kiai juga, namun apakah beliau tidak memikirkan bagaimana ketika ia tidak mengisi mata kuliah, berapa banyak mahasiswa yang dirugikan?
Walaupun memang mahasiswa dituntun untuk belajar mandiri akan tetapi kita butuh dampingan. Dan ini tidak kita rasakan di perkuliahan semester 5 saja. Tetapi semester 1,4 dan 5 juga dengan beliau. Dan tetap saja selalu absen di kelas.
Belum lagi kalau beliau tidak bisa mengisi mata kuliah (meliburkan) dosen itu baru memberitahu 5 menit sebelum mata kuliah dilaksanakan. Dan berapa banyak mahasiswa yang ter-PHP, bensin hilang untuk ke kampus hanya duduk untuk menunggu pengumuman dari WhatsApp grup bahwa perkuliahan libur.
Bagi saya yang tinggal di Kabupaten Tangerang, jarak ke kampus itu lumayan jauh. Bahkan teman saya dari Jakarta Selatan tepatnya di Kebanyoran. Jauh-jauh ke kampus tetapi libur.
Mengutip penjelasan kontrak belajar saat di awal yang sangat bermutu dari beliau, alangkah indahnya jika beliau berhalangan berilah solusi terbaik seperti prinsip disiplin beliau kepada mahasiswa. Bukan seenaknya sendiri ketika ia yang menjadi permasalahan.
Lalu ketika nilai mata kuliah keluar semua teman-teman kelasku langsung menegecek di aplikasi handphone dan ternyata hasilnya tidak memuaskan. Semua teman-temanku mendapatkan nilai E.
Kemudian kita komplain ke Fakultas untuk memperbaiki nilai kita, dikarenakan itu bukan kesalahan mahasiswa tetapi karena kesalahan dosen.
1 Minggu kemudian, pihak Fakultas memanggil 4 teman kelasku menjadi perwakilan untuk diwawancarai masalah keluh kesah kelas ku. Akhirnya kami sudah menyelesaikan wawancara bersama pihak fakultas.
5 Hari kemudian kami mengecek nilai mata kuliah tersebut lagi dan alhamdulillah nilai mata kuliah tersebut sudah berbeda yaitu B. Dan ketua jurusan mengingatkan bahwa jika ada keanehan pada dosen atau teman sendiri segera laporkan, tidak perlu menunggu UTS atau UAS selesai.