Akhir-akhir ini, sering kali, telinga kita mendengar suara “nok-nok” dari sebuah permainan yang sedang viral saat ini. Tak tanggung-tanggung, seluruh kalangan ikut memainkannya, mulai anak-anak sampai orang dewasa. Mereka saling unjuk kehebatan memainkan permainan yang dikenal dengan nama “lato-lato” tersebut. Jika ditelurusi lebih lanjut, ternyata, permainan yang sedang viral itu, telah lama muncul di Amerika dan Eropa, tepatnya pada tahun 1960-an. Disana, permainan tersebut dikenal dengan istilah clackers, yang terbuat dari kaca dan kayu. Tetapi, karena besarnya resiko insiden yang disebabkan oleh permainan tersebut, membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FD) melarang peredaran mainan tersebut pada tahun 1966. Tak hanya di Amerika, permainan lato-lato juga dilarang di Inggris. Sebab, permainan lato-lato dapat mengeluarkan suara yang mengganggu kenyamanan dan menimbulkan kekacauan sosial. Selain itu, lato-lato juga kerap menyebabkan anak-anak terluka, karena bahannya yang bisa meledak begitu saja ketika pecah. Oleh karena itu, pemerintah Inggris bersepakat untuk melarang peredaran permainan tersebut.
Di Indonesia, lato-lato telah ada di era 1990-an. Kemudian, di tahun berikutnya, permainan tersebut tidak terlalu massive lagi dimainkan. Barulah di akhir tahun 2022 kemarin, lato-lato kembali viral di Indonesia. dilansir dari Kompas.com, Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari Dosen Prodi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan alasan viralnya lato-lato. Menurutnya, setiap permainan pasti ada yang populer pada zamannya. Kebetulan permainan yang sesuai dengan zaman saat ini adalah lato-lato, jadi wajar saja jika saat ini permainan tersebut sedang populer di Indonesia. Ia juga menyebutkan, bahwa produsen media permainan anak juga berperan besar dibalik viralnya lato-lato. Selain itu, adanya media teknologi, semakin membuat permainan tersebut dikenal oleh banyak orang. Sehingga tak heran jika seluruh Nusantara sedang heboh dengan permainan berbunyi “nok-nok” tersebut.
Dibalik viralnya lato-lato di Indonesia, ternyata memberi banyak manfaat positif bagi pemainnya, terutama bagi anak-anak. Dilansir dari Padang ekspres, Muhammad Nazri Janra, Dosen Jurusan Biologi Unand, menjelaskan, bahwa bermain lato sangat bermanfaat secara fisik dan psikis. Menurutnya gerakan tangan ketika bermain lato-lato, sangat berguna membantu mengokohkan keseimbangan tubuh dan otak, terutama bagi mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, ia juga menerangkan, bahwa bermain lato-lato juga dapat meningkatkan kreativitas seseorang. Para pemain akan terus mencari cara baru dalam memainkan lato-lato. Sehingga, dengan demikian daya kreativitas mereka akan semakin terasah.
Berbeda dengan game online. Permainan yang juga viral di kalangan anak-anak ini, akan memberikan pengaruh negatif bagi pemainnya, jika dimainkan terlalu berlebihan. Dilansir melalui laman Kementerian Kesehatan kecanduan game online, memiliki akibat yang fatal. Otak akan mengalami gangguan yang mengakibatkan sebuah ketergantungan atau kecanduan. Jika sudah kecanduan. Maka, seseorang akan kehilangan beberapa fungsi otaknya, yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian, merencanakan tindakan, dan kemampuan untuk membatasi. Tidak hanya itu, dilansir dari laman kompas.com beberapa akibat fatal yang ditimbulkan bagi seseorang yang kecanduan bermain game online, diantaranya, yaitu, kesehatan mata akan menurun, konsentrasi anak menurun, terjadi gangguan motorik, komunikasi anak bermasalah, dan anak menjadi lebih agresif atau susah mengendalikan emosi.
Bahaya game online tidak sampai disitu. Permainan tersebut juga menjadi salah satu penyebab dari pelbagai kasus kriminal yang pernah terjadi. Seperti aksi penembakan yang dilakukan oleh para pemuda di dua mesjid Selandia Baru. Kasus yang viral di media sosial tiga tahun silam, diduga disebabkan karena pelaku terinsipirasi dari game online yang sering mereka mainkan. Parahnya, Akibat serangan “brutal” tersebut sedikitnya empat puluh orang meninggal dunia. Aksi tragis yang tak pantas dilakukan. Kemudian, kecanduan bermain game online juga menyebabkan seseorang menghalalkan tindakan pencurian. Seperti kasus pencurian dua pelajar di Madiun setahun silam. Dilansir dari laman detik.com, kasus pencurian uang sebuah panti asuhan sebanyak Rp. 102 juta tersebut, diduga disebabkan karena kedua pelaku kecanduan game online. Hal ini berdasarkan pengakuan keduanya. Mereka menyatakan uang hasil curian tersebut digunakan salah satunya adalah untuk membeli hp dan bermain game online. Lagi-lagi sebuah tindakan yang memalukan. Oleh karena upaya meminimalisir pengaruh game online sebuah keniscayaan yang mesti dilakukan.
Beruntunglah, saat ini telah hadir permainan lato-lato. Terlepas dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Setidaknya, permainan tersebut dapat mengurangi intensitas anak-anak bermain game online. Mereka seolah menjadi terbiasa mengayunkan tangan untuk saling memantulkan dua bola kecil di tangannya. Suara berisik yang ditimbulkannya, tidaklah mengapa, sebab hal tersebut belumlah seberapa, ketimbang pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh game online. Lagi pula, dengan bermain lato-lato, anak-anak dapat kembali mengasah kemampuan interaksinya bersama teman. Setelah sekian purna, ia menghadap layar segi empat, dengan mata terpaku dan mulut terdiam, interaksi yang dilakukan semu, tidak berarti apa-apa.
Lebih lanjut lagi, kehadiran lato-lato harapannya menjadi gerbang dari kebangkitan kembali pelbagai permainan tradisional di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa bangsa kita kaya akan pelbagai budaya, termasuk warisan permainan tradisionalnya. Peneliti permainan tradisional, Zaini Alif, mengungkapkan Indonesia memiliki sekitar 2.600 permainan tradisional. Tetapi, karena tergilas arus globalisasi, permainan tradisional tersebut tidak sering dimainkan lagi. Bahkan, banyak para generasi muda hari ini bahkan yang tidak mengenalnya lagi. Padahal, pelbagai permainan tersebut tak kalah asyik dengan game online yang sering mereka mainkan. Dengan modal percuma mereka bisa bermain sepuasnya dan manfaatnya pun beragam. Sehingga, tidak rugi jika pelbagai permainan tradisional tersebut kembali viral di tengah-tengah kita saat ini.