Oleh : Eddy Erwan Nopianoor
Kalimantan Selatan sejak dulu dikenal sebagai daerah agraris, sehingga sektor pertanian memiliki arti yang sangat penting bagi perekonomian. Meski sekarang kontribusi sektor pertanian bukan lagi menjadi sektor yang memiliki sumbangan terbesar dalam menopang ekonomi kalsel, namun sekitar 14 persen kontribusi pertanian ternyata menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar penduduk yang bekerja. Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2022, tiga lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah Pertanian yaitu sebesar 32,41 persen; Perdagangan sebesar 25,87 persen; dan Jasa Kemasyarakatan sebesar 16,74 persen. Masih terdapat 678.090 penduduk yang terlibat dalam lapangan pekerjaan pertanian.
Merujuk data Kerangka Sampel Area (KSA), realisasi panen padi pada tahun 2022 diperkirakan sebesar 225,48 ribu hektar, atau mengalami penurunan sekitar 28,78 ribu hektar (11,32 persen) dibandingkan 2021 yang mencapai 254,26 ribu hektar. Artinya selama dua tahun berturut-turut luas panen padi terus mengalami penurunan. Puncak panen padi mengalami pergeseran dimana jika pada tahun 2021 puncaknya terjadi pada bulan Agustus dengan luasan sebesar 57,97 ribu hektar, namun pada tahun 2022 puncak panen padi terjadi pada bulan Oktober dengan luasan sebesar 48,64 ribu hektar.
Total produksi padi di Kalimantan Selatan selama 2022 diperkirakan mencapai sekitar 873,13 ribu ton GKG, atau mengalami penurunan sekitar 143,18 ribu ton GKG (14,09 persen) dibandingkan 2021 yang sebesar 1,02 juta ton GKG. Jika dilihat lebih rinci, penurunan produksi padi tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2022, yaitu lebih rendah sekitar 93,88 ribu ton GKG dibandingkan Agustus 2021. Sementara itu, peningkatan produksi padi yang cukup signifikan terjadi pada bulan Oktober 2022, yaitu sebesar 42,16 ribu ton GKG dibandingkan Oktober 2021.
Produksi padi tertinggi pada 2022 terjadi pada bulan Oktober, yaitu mencapai 173,66 ribu ton GKG. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada tahun 2021 dimana produksi tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu mencapai 219,64 ribu ton GKG. Sementara itu, produksi terendah tahun 2022 terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 2,60 ribu ton GKG. Hal ini berbeda dengan produksi pada 2021, dimana produksi padi terendah terjadi pada bulan Desember, yaitu sebesar 2,63 ribu ton GKG. Secara lebih detail jika dilihat menurut kabupaten/kota, tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi produksi padi terbesar pada 2022, yaitu Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan produksi masing-masing sebesar 182,84 ribu ton, 141,59 ribu ton, dan 110,30 ribu ton.
Selain kontribusinya yang cenderung terus berkurang, pertumbuhan sektor pertanian juga terlihat terus melambat. Pada tahun 2021 sektor pertanian hanya mampu tumbuh 1,16 persen. Kondisi ini tentu belum mampu untuk mengangkat kesejahteraan petani di Kalsel. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk miskin di perdesaan kondisi Maret 2022 (5,31 persen) lebih besar dibandingkan dengan perkotaan (3,64 persen). Petani biasanya bertempat tinggal di daerah perdesaan, sehingga indikator kemiskinan perdesaan secara tidak langsung dapat menggambarkan kesejahteraan petani. Meski secara provinsi angka kemiskinan di Kalsel mengalami penurunan pada Maret 2022, namun jika dirinci menurut wilayah, jumlah penduduk miskin di perdesaan malahan mengalami peningkatan sebanyak 520 jiwa.
Menurut data BPS (SUTAS, 2018) sebagian besar petani di Provinsi Kalimantan Selatan adalah rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan atau tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Ada sebanyak 452.600 rumah tangga petani pengguna lahan. Jika dilihat dari luas lahan pertanian yang dikuasai, masih terdapat 163.573 rumah tangga petani gurem, yaitu petani pengguna lahan yang menguasai lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar. Kombinasi memprihatinkan bagi petani yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar dan bukan milik sendiri. Harapan untuk sejahtera akan semakin jauh, jika produksi pertanian yang sedikit harus dibagi lagi dengan pemilik lahan.
Sektor pertanian merupakan sektor vital dalam kehidupan manusia serta memberikan kontribusi yang sangat penting untuk pencapaian target Inisiatif Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) kedua, tidak ada kelaparan. Mencapai ketahanan pangan, perbaikan gizi dan mendorong pertanian Berkelanjutan. Peran sektor pertanian Kalimantan Selatan juga sangat penting karena merupakan penyumbang terbesar ketiga terhadap PDRB daerah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Kontribusi pertanian terhadap perekonomian Kalsel meski cenderung menurun, namun masih memiliki potensi yang besar. Jika hasil panen, hasil ternak dan hasil tangkapan ikan saat ini hanya dijual sesuai dengan produk aslinya, perlu inovasi bagaimana cara meningkatkan nilai tambah produk pertanian ke depan sehingga memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pelatihan pengolahan hasil pertanian dan teknis pemasaran mutlak diperlukan. Dampaknya, industri-industri baru yang memanfaatkan sumber daya alam lokal dan tenaga kerja lokal akan berkembang. Dengan demikian, pertanian berbasis industri tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan.
Uraian dan data-data diatas semestinya harus menjadi perhatian bagi pemerintah daerah. Harapannya Provinsi Kalsel yang memiliki potensi lahan pertanian yang luas ini tetap menjadi salah satu lumbung pangan nasional yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian. Tidak cukup upaya peningkatan produktifitas petanian saja, namun juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan petani dimasa yang akan datang.