
Pengukuhan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) terhadap wayang Indonesia ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia, merupakan pengakuan internasional yang mampu meningkatkan citra positif dan martabat bangsa Indonesia serta menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan terhadap wayang Indonesia. 19 tahun yang lalu wayang telah resmi ditetapkan menjadi warisan budaya takbenda dari Indonesia oleh UNESCO adalah sebuah prestasi dan apresiasi yang membanggakan sebab Wayang Indonesia telah diakui oleh dunia.
Seni wayang merupakan seni budaya warisan dari para leluhur bangsa. Wayang adalah bayang-bayang kehidupan manusia bukan hanya sekedar membayangi tetapi dapat mewadahi dan mengatmosfer menjadi refleksi dalam menanggapi dan menghadapi zaman. Wayang bukan sekedar karya seni tetapi juga identitas bangsa Indonesia. Wayang merupakan salah satu bentuk dari diplomasi budaya Indonesia hasil dari kearifan nenek moyang kita yang mampu hidup ditengah kerasnya berbagai arus perkembangan zaman.
Suatu kesenian yang mengkolaborasikan dari berbagai unsur seni, baik dari seni tari, seni ukir, seni lukis, senu musik, seni drama dan berbagai unsur lainnya, yang dikemas menjadi satu kesatuan di dalam suatu pertunjukan yaitu wayang. Wayang yang menjadi bayangan hidup manusia, di dalamnya terkisah narasi baik berupa kepahlawanan maupun perjuangan yang dikemas dengan budaya Indonesia yang apik. Dengan berbagai karakter tokoh apapun mempunyai makna dan peran yang sama seperti peran manusia di dunia nyata. Baik kisah, bentuk dan permainan musiknya semuanya mempunyai makna dan nilainya tersendiri. Wayang yang merupakan warisan mahakarya dunia takbenda yang memiliki nilai-nilai luhur untuk kemanusiaan, bukanlah kekunoan melainkan bukti dari peradaban manusia yang reflektif, filosofis, dan adaptif terhadap berbagai terpaan arus digitalisasi.
Wayang sudah lama diakui oleh UNESCO sebagai warisan maha budaya, tapi mengapa wayang justru masih sepi perhatian ditanah kelahirannya sendiri. Perkembangan zaman yang semakin kesini menggerus budaya lokal, membuat kita sebagai generasi penerus bangsa harus kembali merangkak untuk bisa memahami dan belajar tentang wayang. Pada saat kita kecil wayang sudah mulai tergerus dengan bacaan komik, saat kita remaja mulailah masuk pertunjukan bioskop, dan sekarang makin tersudutlah esistensi wayang dengan kehadiran aplikasi-aplikasi digital semacamnya. Ditangan generasi milenial mestinya wayang bisa menjadi karya yang sangat luar biasa di era zaman digital. Teknologi sejatinya bukanlah ancaman, tetapi bagaimana cara manusia membangun alur peradaban yang berkembang, bukan justru hanyut dalam gagap gempita zaman.
Harapan besar yang dilimpahkan kepada generasi emas untuk membawa wayang menjadi ikon budaya yang luar biasa di era 5.0 mendatang bukan tidak mungkin. Namun bagaimana cara mewariskan budaya ini agar generasi milenial tidak memalingkan muka mereka terhadap wayang tersebut. Menanamkan kecintaan terhadap wayang kepada generasi milenial penerus bangsa merupakan tugas bersama. Buatlah rasa suka akan wayang dan berbahagia saat menikamtinya. Meskipun nilai-nilai wayang belum sampai secara maksimal dan diamalkan oleh penikmatnya, setidaknya rasa suka itu sudah tertanam. Karena sesuatu yang didasari rasa suka dan bahagia akan membawa nilai positif terhadap diri seseorang, kemudian nilai-nilai positif yang tertangkap akan mengikuti dengan sendirinya, sebab kita memahaminya dengan dasar suka dan bahagia. Melestarikan wayang tidak perlu menjadi pemain ataupun kreator pertunjukannya, tetapi apresiasi dengan menonton pertunjukan itupun sudah termasuk melestarikan.
Tingginya biaya nanggap wayang saat ini menjadi beban baru masyrakat untuk bisa menikmati wayang. Namun dibalik itu, kesejahteraan pekerja seni wayang juga menjadi dilema pada saat sepi tanggapan. Di era saat ini para seniman dituntut untuk memiliki segudang strategi agar seni dan kebudayaan yang ada tidaklah hilang ataupun justru sampai diakui negara lain. Bagaimana berusaha membawa wayang sebagai warisan yang dititipkan para leluhur untuk bisa terus berselaras dengan zaman. Pada era digital eksistensi wayang harus bisa dipertahankan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi, pagelaran wayang bisa disaksikan dengan mudah melalui berbagai platform digital yang ada.
Kesenian wayang saat ini tidak lagi lekat dengan kesan mistisnya, dan bahkan sudah jauh dari kesan tua dan terbelakang. Wayang dijadikan sebuah media ekspresi yang dapat menjangkau seluruh kalangan masyarakat. Tak jarang sebagian masyrakat menuntut pembharuan dan inovasi dalam wayang. Membuat dalang saat ini tidak harus selalu membawakan kisah mahabarata dan Ramayana, melainkan bisa mengangkat kisah masa kini yang sangat sinkron dengan lingkungan kemudian dikemas dengan apik. Lalu diangkat menjadi lakon dalam pagelaran akan membawa suatu energi baru bagi para penonton. Tujuannya tidak lebih yakni agar tetap bisa mengenalkan seni wayang kepada anak cucu bahwa wayang adalah budaya kita.
Lestari wayangku lestari budayaku, mari kita sebagai generasi penerus bangsa bersama berpikir jauh ke depan untuk kemajuan budaya Indonesia. Biarkan para seniman berkarya agar wayang tetap dicintai, tugas kita adalah yang mencintai. Sebab lebih baik berkarya walaupun tidak dihargai, daripada hanya banyak bicara tanpa punya karya. Menikmati setiap jalan ceritanya, jangan sampai bosan apalagi berpaling, karena nanti di ujung cerita kita akan mengetahui makna tersirat didalamnya. Tetaplah melestarikan wayang, bahkan sampai menggunakan wayang dalam menamai apapun, baik merek produk, ruang rapat, kelompok kerja atau nama jalan. Karena dengan begitu secara tidak langsung wayang akan semakin dikenal oleh masyarakat. Bersama wayang kita hadapi masa depan dengan keindahan dan romantisme kebudayaan. Membuka mata para generasi penerus bangsa dan menyadari betapa pentingnya warisan para leluhur.
Wayang diharapkan akan selalu di gemari, dikagumi, sekaligus dicintai oleh semua kalangan masyrakat baik lintas usia maupun lintas generasi. Mengutamakan wayang tetap lestari di sepanjang masa sebagai seni budaya yang tak hanya menonjolkan sebagai tontonan dan hiburan, melainkan juga mengajarkan tentang tatanan dan tuntunan dalam kehidupan. Dengan semangat yang penuh mencintai budaya nusanttara, berarti kita cinta pada negeri tanah air Indonesia.