Selasa, Agustus 26, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Menyikapi Tingginya Harga Beras Lokal

by matabanua
20 Desember 2022
in Opini
0
D:\2022\Desember 2022\21 Desember 2022\8\8\yuriadi ilmi.jpg
Oleh : Yuriadi Ilmi (Statistisi Muda BPS Provinsi Kalimantan Selatan)

Kenaikan harga beras saat ini sudah mencapai nominal tertinggi sepanjang sejarah. Baik beras medium, premium, maupun beras lokal harganya terus menanjak. Harga nasional beras premium dari web SP2KP Kemendag tercatat mencapai 13000 rupiah pada bulan Desember 2022, atau sudah naik 4-5% dibandingkan harga Januari 2022. Sementara komoditas beras medium mengalami kenaikan lebih tinggi, dari 10.300 rupiah per kg di Januari menjadi 11.100 rupiah per kg di Desember atau naik di kisaran 7-8%. Fenomena kenaikan harga lebih ekstrim dialami oleh komoditas beras lokal Kalimantan Selatan, yaitu jenis unus, mayang dan siam. Khusus varian paling tinggi yaitu unus mutiara, harganya sudah mencapai angka 20.000 per kg (http://disdag.kalselprov.go.id/bapokting), atau hampir dua kali lipat harga beras premium.

Beras jenis siam, unus dan mayang merupakan primadona bagi masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya bagi keturunan Suku Banjar. Bagi sebagian besar urang banjar, beras bukanlah beras apabila tidak pera atau karau (tidak lembek). Hal ini dapat dimaklumi sebagai proses panjang kebiasaan konsumsi beras tersebut sejak usia dini. Jenis beras ini pula yang dapat bersanding sempurna dengan aneka masakan khas banjar, seperti garih batanak, ketupat kandangan, nasi kuning dan aneka kuliner lokal lainnya yang menjadikan beras banjar sebagai bahan utamanya. Hal serupa nyatanya dialami juga oleh suku minang di Sumatera Barat, dengan beras solok sebagai primadona konsumsi masyarakat di sana. Sesuai teori makroekonomi, menggeser kurva permintaan (demand) akan sangat sulit, mengingat yang dihadapi adalah selera masyarakat secara umum dan berlangsung sangat lama serta menjadi identitas yang melekat bersama budaya.

Artikel Lainnya

Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Gaza Dilanda Kelaparan Terencana, Dunia Harus Membuka Mata

25 Agustus 2025
D:\2025\Agustus 2025\25 Agustus 2025\8\Ruben Cornelius Siagian.jpg

DPR Bikin Sistem Pengaduan, Tapi Aspirasi Rakyat Hanya Jadi Ilusi

25 Agustus 2025
Load More

Kenaikan ekstrim harga beras lokal ini, ditengarai sebagai akibat dari gagalnya panen di wilayah lumbung padi utama Kalimantan Selatan. Faktor utama yang memengaruhi penurunan produksi beras ini, antara lain adalah virus tungro yang membuat tanaman menjadi kerdil, ditambah dengan tingginya curah hujan saat tanaman padi masih memasuki tahap vegetatif awal. Tanaman yang terendam air hampir sepanjang masa tanam, akhirnya memberikan hasil yang jauh dari harapan.

Tak ayal, komoditas beras secara umum menjadi momok pada andil pendorong Inflasi Kalimantan Selatan, khususnya di Banjarmasin, Tanjung dan Kotabaru sebagai Kota penghitungan Indeks Harga Konsumen. Tercatat lebih dari 3 kali dalam rilis inflasi bulanan Badan Pusat Statistik, beras menjadi andil pendorong inflasi dengan bobot yang signifikan. Hal ini juga diperparah saat pengalihan subsidi BBM di September oleh pemerintah membuat kenaikan sektor transportasi tak terelakkan, pun ikut mendorong kenaikan harga komoditas lainnya termasuk beras.

Secara tahun kalendar, kenaikan harga beras sudah mencapai angka 14,5 %. Apabila tidak segera diambil tindakan konkrit maka dikhawatirkan garis kemiskinan makanan Kalimantan Selatan akan ikut terkerek naik. Mengingat IHK Komoditas beras merupakan salah satu faktor pengali dengan bobot yang cukup besar. Bergesernya garis kemiskinan dipastikan akan menambah jumlah penduduk yang berada di bawahnya khususnya di Kalimantan Selatan. Produksi padi Kalimantan Selatan di tahun 2022 berada di angka 873 ribu ton, atau turun 14% dari produksi di tahun 2021 sebesar 1.016 ribu ton. Walaupun dibanding keperluan konsumsi total tahun 2022 masih tercatat surplus, namun cadangan beras yang tersedia cukup mengkhawatirkan.

Langkah Pengendalian Harga

Pemerintah provinsi maupun daerah sudah mengambil langkah untuk mengendalikan harga beras, lewat pelaksanaaan operasi pasar murah maupun pemantauan harga rutin di pasar, serta pemberian bantuan langsung tunai bagi masyarakat agar terjaga daya belinya. Untuk jangka pendek mungkin hal ini efektif, namun perlu aksi lanjutan agar harga beras pada khususnya bisa terkendali.

Mengingat musim panen raya masih harus menunggu hingga bulan Juli-Agustus, yang artinya besar kemungkinan akan ada kenaikan harga lagi terutama menyambut hari besar keagamaan nasional Bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Selera masyarakat bukan sesuatu yang bisa diubah secara instan, apalagi menyangkut makanan pokok yang sudah diwariskan turun temurun. Harus ada upaya ekstra jangka panjang untuk mengubah pilihan konsumsi warga.

Untuk saat ini ada baiknya pemerintah daerah kembali fokus menggenjot produksi beras lokal, demi menekan angka inflasi dan memenuhi selera masyarakat. Perlu digarisbawahi, konsumen beras lokal produksi Kalimantan Selatan juga tersebar di dua provinsi lainnya yaitu Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Karenanya perlu MoU antara pihak pemerintah daerah khususnya Banjarmasin dengan sentra produksi beras lokal seperti Barito Kuala dan Banjar, agar memprioritaskan penjualan beras hasil produksinya di dalam kota Banjarmasin terlebih dahulu sebelum menjual keluar wilayah. Langkah lain yang bisa ditempuh adalah perbaikan pencatatan dan penyerapan beras lokal petani oleh pemerintah dalam hal ini BULOG maupun Dinas Ketahanan Pangan. Pemberlakuan resi gudang, pencatatan berjenjang dari penggilingan, dan tentu laporan dari perangkat desa bisa diaktifkan untuk melaporkan cadangan beras yang ada di wilayahnya.

Terakhir , dampak pengalihan subsidi BBM tak terelakkan bagi para petani hingga pedagang beras. Karena terjadi kenaikan biaya angkut maupun operasional mesin penggilingan padi yang memerlukan BBM. Dari sisi pemerintah daerah bisa bergerak mencairkan dana subsidi transportasi angkutan beras maupun operasional penggilingan. Dengan adanya bantuan subsidi , diharapkan mampu menekan biaya tambahan yang dikeluarkan pedagang untuk mengangkut berasnya ke pasar.Apabila seluruh langkah tersebut bisa terlaksana, harapannya inflasi Kalimantan Selatan di komoditas beras akan lebih terkendali, sehingga daya beli dan kesejahteraan warga banua tetap terjaga.

 

 

Tags: BBMberasStatistisi Muda BPS Provinsi Kalimantan SelatanYuriadi Ilmi
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA