Oleh: Dyah Lusiyanti, SST. (Statistisi Ahli Muda BPS Kabupaten Balangan)
Salah satu indikator pendidikan yang jarang sekali muncul di media adalah Out of School Children (OOSC) atau Anak Tidak Sekolah. Selama ini, indikator yang lebih lazim didengar oleh masyarakat luas adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS) dimana indikator ini mengukur seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan. Di sisi lain, OOSC mengukur seberapa besar penduduk pada rentang umur jenjang pendidikan tertentu yang tidak bersekolah. Misalnya, berapa besar persentase penduduk usia 16-18 tahun, atau kelompok umur jenjang pendidikan sekolah menengah atas, yang tidak bersekolah pada tahun 2022.
Secara penghitungan, OOSC memang dapat diperoleh dengan cara mengurangkan nilai seratus persen dengan APS. Sebagai contoh, APS Kabupaten Balangan untuk rentang umur 16-18 tahun pada tahun 2021 adalah sebesar 74,43%. Angka tersebut dapat diartikan bahwa tujuh sampai delapan dari sepuluh penduduk Kabupaten Balangan yang berumur 16-18 tahun memperoleh akses terhadap fasilitas pendidikan. Yang berarti juga, terdapat dua sampai tiga dari sepuluh orang yang belum dapat menikmati fasilitas tersebut: bisa karena putus sekolah atau memang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali.
Lantas timbul pertanyaan, “Mengapa kita perlu menghitung dan mengetahui besaran OOSC ketika sudah terdapat APS?”
Analoginya seperti ini. Selembar kertas putih, jika terdapat satu saja titik hitam, orang-orang akan lebih fokus kepada titik tersebut. Padahal, warna putih jauh lebih luas. Begitu pula dengan hubungan APS dan OOSC dalam mengukur pembangunan di sektor pendidikan ini. Apabila masih terdapat anak yang belum/tidak bersekolah, proses pembangunan tersebut belum sepenuhnya inklusif.
Keadaan global terus menuntut agar generasi muda memiliki akses terhadap pendidikan. Akses terhadap pendidikan ini merupakan investasi mutlak agar sumber daya manusia (SDM) suatu negara terjamin kualitasnya. SDM yang berkualitas ini yang nantinya akan memperbaiki kualitas hidup di daerahnya masing-masing. Mulai dari mengentaskan kemiskinan, menerapkan berbagai inovasi dan kreasi yang membangun, hingga melanjutkan membina generasi selanjutnya.
Sebagai penutup, APS Kabupaten Balangan untuk rentang umur 16-18 tahun pada tahun 2022 adalah sebesar 74,98%. Ada peningkatan partisipasi sekolah di situ, yang tentu saja berarti penurunan penduduk yang tidak bersekolah pada rentang umur tersebut. Perkembangan ini patut disyukuri tetapi jangan sampai membuat kita terlalu berbangga diri. Masih banyak strategi peningkatan inklusivitas pendidikan yang bisa ditindaklanjuti. Contohnya, menambah pembangunan fasilitas pendidikan di daerah remote, menyiapkan sarana pendidikan serta tenaga pendidiknya, dan sebagainya.