
JAKARTA – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah memberi izin impor sebanyak 500 ribu ton beras kepada Bulog untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) yang sudah menipis jelang akhir tahun.
“Saya diminta mendampingi Mentan (Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo) untuk membeli beras itu, enam hari kerja belum dapat, kami tambah lagi enam hari kerja, belum dapat, ditambah lagi enam hari kerja belum dat, stok kita lama-lama menipis,” kata Zulkifli di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu (7/12).
Karena beras itu tidak ada, kata dia, Rapat Terbatas (Ratas) yang dipimpin Presiden Jokowi pun memutuskan menambah cadangan beras untuk Bulog dengan cara impor.
“Kalau Bulog bisa beli di dalam ngeri, ada berasnya, tentu gak usah masuk barang (impor)nya. Tapi kalau gak ada, ya gak mungkin kita impor,” jelas Zulkifli.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengaku tak mempermasalahkan soal impor beras. Namun, pemerintah sedang berupaya untuk menjaga harganya tetap terjangkau.
“Yang masalah kan bukan impor atau tidak, tapi kenapa harga ini kami sikapi secara bersama. Saya, mendag (menteri perdagangan), dan semua agar menyikapi, mungkin saja kan ini masalah perdagangan yang harus kami selesaikan,” ujar Syahrul di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, seperti dikutip dari Antara.
Stok akhir beras Bulog diperkirakan hanya 200 ribu ton hingga akhir 2022. Per 22 November 2022, stok beras yang ada di Bulog tercatat sebanyak 594.856 ton yang terdiri atas 168.283 ton (28,29 persen) beras komersial dan 426.573 (71.71 persen) stok cadangan beras pemerintah (CBP).
Sementara itu, Kementerian Pertanian mencatat data stok beras di penggilingan mencapai 610.632 ton yang tersebar di 24 provinsi. Harganya berkisar Rp9.359 hingga Rp11.700 per kilogram.
“Kan kesepakatan negara, data negara itu ada di BPS dan ‘standing crop’ kita, data dari satelit juga aman, kemudian laporan dari gubernur dan bpati juga aman. Kalau ada dinamika harga seperti itu, penyikapannya harus bersama,” ungkap Syahrul.
Presiden Jokowi, sambung Syahrul juga sudah memerintahkan agar ada faktualisasi data dan bukan hanya melihat data di atas kertas.
“Kenapa harganya mahal? Negara harus ada (untuk) ‘membackup’ harga, ketersediaan cukup, harga juga terjangkau,” tambah Syahrul.
Badan Pangan Nasional (BPS) sendiri sudah menyiapkan beras dari luar negeri sebanyak 200 ribu ton untuk menjadi cadangan. “Kami siapkan 200 kilo ton di luar negeri, nanti begitu diperlukan waktunya, kami masukkan,” kata Kepala BPN Arief Prasetyo Adi.
Arief mengatakan CBP saat ini adalah 514 ribu ton sehingga dengan stok dari luar, jumlah tersebut akan bertambah.
“Pak Presiden perintahnya kita tidak boleh kekurangan, jadi disiapkan saja, kita siapkan cadangan pangan pemerintah Bulog dan kita taruh 200 ribu ton dulu kalau diperlukan akan masuk,” ujarnya.
Berdasarkan data BPS, harga beras mengalami inflasi selama lima bulan terakhir. Pada November 2022, rata-rata harga beras mencapai Rp11.877 per kg. Padahal, sebelumnya, Bulog dan BPN sepakat harga beras yang dapat diserap maksimal Rp10.200 per kg. cnn/mb06