Rabu, Juli 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Mari Bantengi Perempuan dari Jurang Radikalisme

by matabanua
7 Desember 2022
in Opini
0
D:\2022\Desember 2022\8 Desember 2022\8\8\ali mursyid azizi.jpg
Ali Mursyid Azisi, S.Ag (Pengurus Asosiasi Penulis-Peneliti Islam Nusantara Se-Indonesia (ASPIRASI) Pengurus Wilayah LTNNU Jawa Timur)

Perempuan merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki keistimewaan tersendiri. Selain memiliki derajat lebih tinggi dari lelaki, perempuan dengan segala kelebihannya terkadang mampu melakukan pekerjaan yang secara budaya acap kali dilakukan oleh laki-laki, seperti halnya mengurus rumah tangga hingga bekerja.

Namun, di balik sikap pendiam, feminim, dan keanggunannya di beberapa kasus kerap kali perempuan dapat mengelabuhi siapa pun dengan tingkah lakunya yang out of the box. Seperti halnya akhir-akhir ini terdapat kasus seorang perempuan dengan jilbab, jubah dan cadarnya nekat menerobos istana kepresidenan dengan menodongkan pistol pada Paspampres yang tengah berjaga di sekitar. Sesuai laporan yang beredar, perempuan tersebut berinisal FN berusia 25 tahun. Meski sudah diamankan oleh aparat kepolisian, tetap membuat publik penasaran darimana seorang perempuan semuda itu mendapatkan pistol dan motif yang sudah bisa ditebak.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Transformasi Polri dan Filosofi Kaizen

1 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Polri dan Nilai Ekonomi Keamanan

1 Juli 2025
Load More

Mengapa demikian?, kasus seperti ini sebenarnya sudah beberapa kali terjadi. Seketika teringat kejadian setahun silam tepatnya 31 Maret atas kasus penyerangan Zakiah Aini yang menodongkan pistol jenis air gun ke Mabes Polri. Tpeat di tahun yang sama ketika terjadi pengeboman pada 28 Maret 2021 di Gereja Katdral, dimana juga melibatkan sosok perempuan. Sebelumnya di tahun 2020 juga terdapat kasus keterlibatan perempuan atas aksi bom di Filipina yang diaktori oleh WNI: Nanah, Nay dan Inda.

Jihad dan Reaksi Radikalisme

Melihat kasus demikian menunjukkan bahwa perempuan masih menjadi sasaran empuk dalam turut andil dalam melakukan penyerangan (baik terhadap pemerintah, golongan lain di luar komunitasnya). Sesuai dengan pernyataan Jhon Esposito (2003), bahwa pada dasarnya akar munculnya kekerasan, penyerangan atau pun hal yang senada dengan mengatasnamakan perintah agama dikatakan sebagai fenomena yang terlahir dari reaksi pemeluk agama terhadap situasi atau hal tertentu.

Demikian didukung pernyataan Lies Mecoes bahwa ketika remaja turut aktif terlibat dalam komunitas radikal dan berkomitmen untuk berjihad, maka ia akan mengalami-lawan feminisasi gerakan radikal-maskulinisasi terkait jihad. Terlebih seorang perempuan, demikian karena adanya ketidakpuasan terhadap perannya yang hanya mendukung di balik layar dan tidak terjun ke lapangan melakukan jihad kabir (jihad besar). Seperti halnya kasus penyerangan aparatur negara tersebut, yang kemungkinan dilatarbelakangi oleh faktor tersebut selain doktrinasi yang telah mengakar.

Kasus semacam ini oleh beberapa kalangan menyatakan sebagai tanda baru bahwa perempuan tidak lagi pasif dalam keterlibatan gerakan terorisme atau pun radikalisme, bahkan kini lebih aktif dengan selalu ada tiap tahun kasus yang senada. Menilik aksi tersebut tidak jauh dari sosok Osama bin Laden, Abu Bakar Ba’asyir, Imam Samudra, Amrozi, Ali Kalora dan seterusnya.

Ciri-ciri utama motif penyerangan demikian bisanya hanya satu analisis atau jargon, baik itu adanya keinginan menyerang pemerintah yang dianggap produk kafir, thagut, bahkan dianggap tidak sesuai dengan Islam. Untuk menunjukkan perlawanan terhadap pemerintah, kerap kali perempuan dimanfaatkan sebagai kelinci percobaan dalam mengelabuhi aparat. Lagi-lagi dengan feminisnya dan jika ditilik secara dhohir tidak mencerminkan sosok teroris.

Salah Pengajian: Akar Tindakan Radikalisme

Ada dua faktor seseorang terpapar paham terorisme-radikalisme, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh minimnya wawasan keagamaaan, pemahaman tentang kebangsaan, tingkat kematangan emosi, intelegensi, umur dan jenis kelamin. Lalu faktor eksternal bersumber dari tingkat pendidikan dan kemiskinan, lingkungan, media, keluarga, dan kerap kali terjadi adalah salah pengajian.

Fenomena ini cocok disandingkan dengan sifat atau kebiasaan umum perempuan yang acap kali gagal paham atau salah baca googlemaps ketika hendak menuju suatu tempat dengan bantuan internet. Maka cocok kiranya demikian diistilahkan sebagai berikut: [lebih mending salah baca googlemaps daripada salah pengajian]. Salah pengajian yang dimaksud adalah salah dalam memilih guru dalam belajar ilmu agama supaya tidak terkurung dalam kubangan doktrin teorisme-radikalisme.

Lagi-lagi perempuan menjadi korban. Ciri khas dari kelompok ini biasanya mengajarkan sikap beragama yang eksklusif (tertutu). Bagi sebagian kasus dan kelompok lain, sikap demikian acap kali melahirkan sikap yang menjurus pada tindak kekerasan (inticement to violence) dan gelora kebencian (hate speech). Sikap demikian mengakibatkan keresahan pada masyarakat baik tinggal mikro mau pun makro.

Dari perjalanan pembantukan negara kita (Indonesia) yang belum berkesudahan sangat memungkinkan terjadi perkembangan aspirasi masyarakat di tiap detiknya. Terlebih terkait dengan beragama, bernegara dan berbangsa dengan berbagai multi-ekspresi. Jalan ekstrem kanan atau radikalisme dirasa tepat oleh mereka sebagai gerakan yang memungkinkan semakin berkembangnya ideologi esktrem tersebut. Begitu pula ketika memandang adanya korupsi di atas sistem demokrasi negara, oleh mereka lagi-lagi dianggap thagut. Maka kampanye negara khilafah dan Islam kaffah oleh mereka diusung untuk diterapkan di Indonesia.

Bersinergi Cegah Perempuan Tertapar Radikalisme

Alisa Wahid mengatakan bahwa khususnya remaja perempuan dan keterlibatannya dalam aksi radikalisme-terorisme di ruang publik menarik untuk disoroti, bagitu pula keterkaitan mereka sebagai bagian dari digital natives dan dengan kelompok keagamaan eksklusif. Usia remaja saat ini sejak kecil tinggal di kampung digital dan akrab dengan smartphone-nya daripada sosial kemasyarakatan. Perekrutan dan propaganda kelompok keagamaan radikal di era perkembangan teknologi pun kian massif dan lebih mudah menggaet tarjetnya, khususnya remaja. Demikian disebabkan pada saat yang sama, usia remaja merupakan masa mencari jati diri.

Perlu adanya upaya kerjasama dalam melindungi dan mencegah remaja khususnya perempuan agar tidak terpapar radikalisme. Kementrian Agama sebagai bagian dari pemerintah yang menaungi bidang masalah keagamaan dapat memperkuat peran penyuluh dalam aksi dalam aksi pemberantasan ekstremisme. Langkah tersebut disebut dalam Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Ekstremisme (RAN PE), yang terdiri dari dua jalur. Jalur pertama koordinasi antar-kementrian/lembaga dalam mencegah dan menanggulangi ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.

Jalur kedua yaitu sinergi dan partisipasi pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme, yang dilakukan oleh kementrian/lembaga, masyarakat sipil, organisasi keagamaan perempuan, mau pun mitra lainnya. Adanya upaya bersama ini sangat untuk mencegah paparan radikalisme.

Saran untuk para perempuan khsususnya remaja direkomendasikan untuk selektif dalam memilah-memilih pengajian atau komunitas keagamaan. Jika dirasa mengarah pada tindak kekerasan yang mendasarkan pada perintah agama sebaiknya segera keluar dari majelis tersebut. Jangan takut akan ancaman. Pada dasarnya, Islam tidak melegalkan kekerasan. Justru al-Qur’an sendiri banyak bicara tentang kasih sayang, toleransi, memahami perbedaan, dan saling mengasihi terhadap siapa pun. Seperti dalam QS. Al-Anfal: 61, QS. Al-Anbiya, QS. Yunus: 40 dan 99, Al-Hujarat: 9, Hud: 118, An-Nisa’: 90 dan 114, Al-Baqarah: 256. Cukup salah baca googlemaps saja, jangan sampai salah pengajian dan terjerumus tindakan teroris-radikalis.

 

 

Tags: Ali Mursyid AzisiJihadPengurus Asosiasi Penulis-Peneliti Islam Nusantara Se-IndonesiaRadikalisme
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA