Oleh: Dias Novita (Mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dengan segala keistimewaannya selalu terlihat indah dan menarik. Beberapa transportasi tradisional masih berkeliaran disana. Transportasi tradisional yang masih ada di Yogyakarta saat ini yakni becak kayuh dan andong. Becak di Yogyakarta memang masih dapat dibilang popular hingga saat ini. Becak berasal dari Bahasa Hokkien, yaitu “be chia” yang memiliki arti kereta kuda. Becak juga dapat dikatakan sebagai salah satu alat transportasi roda tiga yang masih berkembang di Indonesia dan juga beberapa negara Asia. Becak memiliki kapasitas normal untuk mengangkut dua orang penumpang yang duduk di depan dan seorang pengemudi.
Namun, zaman semakin lama semakin berkembang dimana teknologi kian hari mengalami kemajuan yang sangat pesat dan cepat. Era perkembangan teknologi menciptakan adanya transportasi online. Munculnya transportasi online memudahkan masyarakat untuk memesan angkutan secara praktis tanpa harus mencarinya terlebih dahulu. Saat ini pengguna becak tradisional atau yang biasa kita sebut dengan becak kayuh tidak begitu banyak. Hal ini dikarenakan masyarakat Kota Yogyakarta cenderung lebih memilih untuk menggunakan transportasi online yang mana lebih mudah untuk diakses dan lebih cepat sampai ke tempat tujuan dibandingkan dengan menaiki becak tradisional.
Selain itu, saat ini mulai banyak bermunculan para pengendara becak motor yang perlahan menyaingi becak kayuh. Yakni masyarakat cenderung memilih menggunakan transportasi becak motor dibanding becak kayuh. Becak motor dinilai lebih enak saat dinaiki, karena lebih cepat dan singkat sampai tujuan. Dalam perspektif ekonomi, kemunculan becak motor dinilai dapat membunuh pendapatan becak kayuh. Padahal, dahulu becak kayuh sempat menjadi primadona kala depresi ekonomi dunia melanda. Yakni dalam studi dari Susan Abeyasekere (1985) mengatakan bahwa kemunduran perusahaan-perusahaan besar melahirkan pengangguran dan banyak sebagian dari mereka yang memilih menjadi pengayuh becak.
Meskipun becak kayuh sempat hidup dalam bingkai sejarah yang asik, namun sekarang tampak menjadi alat transportasi yang rawan terpinggirkan di tengah arus kemajuan zaman dan teknologi. Walaupun sama-sama merupakan alat transportasi publik, namun juga terdapat kesenjangan sistem kerja antara becak kayuh dan becak motor. Sebagai alat transportasi tradisional, becak kayuh memang diminati masyarakat, khususnya bagi wong cilik. Sebagai wong cilik, para penarik becak kayuh juga selalu memikirkan anak istri di rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
Di tengah kendaraan pribadi dan transportasi online yang membanjiri Kota Yogyakarta, kini membuat penarik becak kayuh menggeser sasarannya. Becak kayuh dipandang memiliki popularitas di bidang pariwisata. Dalam sudut pandang wisatawan domestik maupun mancanegara, becak kayuh dinilai memiliki kharisma tersendiri untuk menarik pelanggan. Becak tradisional ini seakan-akan dapat menceritakan tentang hal-hal sederhana. Kesederhanaan yang disajikan bersama dengan representasi Malioboro sebagai daerah yang mengakui keberadaan becak kayuh sebagai bagian dari aset budaya Yogyakarta. Eksistensi wisatawan domestik maupun mancanegara ini menjadi ladang tersendiri bagi tukang becak untuk mencari penghasilan.
Keberadaan becak tradisional di Yogyakarta secara komprehensif telah diatur dalam Perda DIY Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Moda Transportasi Tradisional Becak dan Andong. Walaupun di zaman sekarang tidak banyak yang melirik penggunaan becak tradisional, namun keberadaannya masih dipertahankan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Gubernur DIY dalam pernyataannya yang menyebutkan bahwa keberadaan becak tradisional harus tetap dipertahankan karena menjadi identitas lokal budaya Jawa. Selain itu, dalam upaya mewujudkan pariwisata berbasis budaya, becak tradisional masih menjadi salah satu bagian dari ikon kepariwisataan Kota Yogyakarta. Dalam rencana pembangunan daerah, becak tradisional juga dimanfaatkan untuk menjadi transportasi alternatif yang mampu mendukung sektor pariwisata.