
BANJARMASIN – Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina menginstruksikan agar Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin jemput bola, dalam melakukan pengobatan terhadap anak-anak sekolah yang terkena penyakit kulit kudis atau disebut scabies.
Instruksi tersebut lantaran bertambahnya lagi kasus penyakit scabies menyerang anak sekolah, khususnya tingkat sekolah dasar.
“Kami sudah perintahkan Dinkes dan Puskesmas untuk mengambil langkah jemput bola yang memang pengobatannya memerlukan waktu dua pekan secara rutin,” kata Ibnu, Senin (5/12).
Diketahui, kasus scabies yang menyerang anak sekolah terus bertambah. Terakhir, scabies juga menyerang anak SDN Kelayan Selatan 1 Banjarmasin.
Dengan bertambahnya kasus tersebut, upaya jemput bola dalam penanganann penyakit kulit dapat segera diatasi. “Jangan sampai menunggu parah apalagi sampai menularkan ke anggota keluarga lain,” tuturnya.
Pengobatan, lanjut Ibnu, jangan berjalan setengah-setengah hingga menyebabkan penyakit gatal pada kulit itu tak sembuh-sembuh. Selain itu, ia juga menghendaki pihak puskesman segera melakukan penyuluhan terkait penyakit menular itu di sekolah, terutama yang berada di pinggiran sungai.
Walikota berharap, adanya tambahan kasus ini hendaknya menjadi pelajaran, dan dapat menyadarkan masyarakat agar lebih mengutamakan penggunaan air yang bersih. Kemudian, perlu adanya gerakan untuk membiasakan menjemur alat tidur seperti kasur, bantal dan lainnya. “Lingkungan rumah diharapkan kondisinya tidak lembab, karena sangat memungkinkan mengganggu kesehatan anak, dan berakibat munculnya penyakit kulit.
Bagi siswa yang menderita penyakit scabies, Ibnu minta diliburkan sementara waktu, sebagaimana diberlakukan pada pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Ini, guna menghindari adanya penularan secara meluas di lingkungan sekolah.
“Dari Dinas Pendidikan sudah memberikan izin kepada sekolah yang ada temuan penyakit scabies untuk meliburkan siswa,” katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, Muhammad Ramadhan menjelaskan, untuk kasus penyakit scabies terbaru, ditemukan di SDN Kelayan Selatan 1 Banjarmasin. Pihaknya telah meminta Puskesmas Pekauman untuk mengecek langsung kondisi siswa menderita scabies di sekolah.
“Sabtu kemarin mereka sudah ke sana tapi sudah tutup. Makanya hari ini ke sana lagi mereka dan saya minta untuk ditindaklanjuti,” kata Ramadhan, Senin.
Ia menjelaskan, penyebab penyakit kulit menular itu karena faktor lingkungan tidak bersih serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang kurang diterapkan.
“Belum lagi cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir di daerah kita. Itu memungkinkan pencetusnya,” kata Ramadhan.
Anak menderita penyakit scabies, diminta tidak mengikuti pembelajaran di sekolah, dan beristirahat saja di rumah sembari melakukan pengobatan intensif.
“Kalau rutin berobat Insya Allah sembuh, seperti SDN Alalak 3 cuman dua minggu. Tapi kalau tidak disiplin PHBS, ya bisa kembali lagi,” jelas Ramadan.
Diduga Ditularkan Tungau dari Kucing
USAI warga Pekapuran Raya dan Alalak Utara RT 07 dan RT 08, termasuk puluhan siswa SDN Alalak Utara 3 terserang wabah scabies (kudis), ternyata hal serupa juga dialami siswa SDN Kelayan Selatan 1.
Tercatat sedikitnya ada 4 siswa SDN Kelayan Selatan 1, Jalan Tembus Mantuil Gang Sartika RT 18, Kelurahan Kelayan Selatan, Banjarmasin, mengaku menderita penyakit gatal-gatal atau ruam di bagian tanan.
Bercak kemerahan yang disertai gatal-gatal ini dirasakan 4 siswa SDN Kelayan Selatan 1 telah dialami beberapa bulan lalu. Hal ini juga diduga karena kawasan itu juga terdampak banjir rob atau air pasang, sehingga mengakibatkan berkembangnya tungau yang berkembang biak di permukaan kulit.
“Sudah beberapa bulan ini, ada empat siswa yang terserang penyakit gatal-gatal mirip kudis atau skabies,” ucap Pelaksana Harian Kepala Sekolah SDN Kelayan Selatan 1, Hj Asyati kepada jejakrekam.com, Senin (5/12).
Siswa yang terserang diduga scabies itu masing-masing duduk di kelas 4 dan 5, dan dua siswa yang kini di kelas 6 SDN Kelayan Selatan 1.
Asyati mengungkapkan, saat ini kondisi keempat siswanya yang sempat terserang skabies mulai membaik, hanya meninggal bekas ruam saja.
“Sebelumnya, petugas Puskesmas Pekauman telah datang ke sekolah. Mereka menyarankan agar siswa rutin berobat untuk menyembuhkan penyakit kudis ini,” ucap Asyita.
Menurut dia, dengan pengobatan rutin seperti memberi salep di bagian yang ruam dan gatal-gatal, hingga minum obat yang direkomendasikan Puskesmas Pekauman, kini berangsur-angsur mulai membaik.
“Kondisi mereka sudah lumayan membaik. Semoga saja, segera cepat sembuh seperti sedia kala,” kata Asyati.
Siswi kelas 5 SDN Kelayan Selatan 1, Silva Khatira yang sempat terserang skabies mengaku awalnya kulitnya terasa panas dan gatal, sehingga terpaksa harus digaruk.
“Sebelum diserang skabies, saya sempat mengalami demam sehari. Rasanya badan panas dingin hingga keluar bintik-bintik di bagian tangan,” kata Silva, seraya memperlihatkan kondisi kedua tangan dan jarinya bekas kena kudis.
Dia pun bersama rekannya rutin berobat ke Puskesmas Pekauman, hingga kondisinya kian membaik. Sisa garukan akibat kulit di bagian tangannya yang gatal-gatal, menyisakan bekas bintik-bintik hitam.
Sementara, petugas Puskesmas Pekauman mengungkapkan penyakit kudis (scabies) akibat tungau dari binatang peliharaan atau liar seperti kucing.
“Akibat kucing itu tidak bersih, sehingga menularkan tungau atau kutu yang tumbuh di bagian bulunya menjalar ke tubuh manusia,” ucap petugas ini.
Menurut dia, usai anak-anak saat memegang kucing, hendaknya langsung mencuci tangan dengan sabun sehingga tungau penyebab skabies itu bisa mati dengan sendiri. via/jjr