Oleh : Legendaria Raula Saputri (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Millenials, Apakah sehat hanya berkaitan dengan kesehatan fisik? Jawabannya adalah tidak, ada aspek lain yang perlu mendapat perhatian, yaitu aspek Kesehatan mental. Apabila Kesehatan mental terganggu, maka seseorang akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikirnya menurun, hingga tindakannya dapat mengarah pada perilaku yang buruk. Di Indonesia, permasalahan kesehatan mental ini masih terganjal dengan stigma. Masyarakat masih menganggap negatif tentang persoalan ini. Bahkan, banyak di antaranya yang justru tidak peduli dengan mental illness atau mental health.
Berbicara dan membahas tentang kesehatan alangkah baiknya jangan hanya berfokus pada kesehatan fisik namun juga mental yang seringkali diabaikan padahal sudah sejak lama baik departemen kesehatan republik Indonesia dalam lingkup nasional maupun perserikatan bangsa-bangsa dalam lingkup internasional, mengingatkan jika kesehatan yang tepat bagi umat manusia adalah keseimbangan antara kesehatan fisik dan kesehatan mental namun di banyak negara berkembang seperti indonesia contohnya.
Kesadaran untuk memiliki kesehatan mental yang sehat masihlah rendah hal ini diakibatkan oleh banyak faktor bukan hanya oleh fasilitas yang kurang tetapi juga kurangnya gerakan penyadaran terkait kesehatan mental sendiri. Faktor lainnya juga sudah kuatnya cara berpikir yang salah ditingkat akar rumput dalam merespon kesehatan mental itu sendiri, akibatnya berdasakan penelitian dari organisasi kesehatan mental dunia indonesia masuk kedalam negara berkembang yang memiliki tingkat orang pengidap gangguan jiwa yang tinggi.
Merujuk pada data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2018, menunjukkan bahwa prevalensi orang gangguan jiwa berat (skizofrenia/psikosis) meningkat dari 0,15% menjadi 0,18%, sementara prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun keatas meningkat dari 6,1% pada tahun 2013 menjadi 9,8 % pada 2018. Artinya, sekitar 12 juta penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas menderita depresi.
Generasi milenial cenderung memiliki ekspektasi yang lebih tinggi terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Mereka cenderung menganggap bahwa orang lain juga memiliki tuntutan yang besar terhadap diri mereka. Mereka menganggap bahwa diri mereka harus dapat terlihat sempurna bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun. Ketika mereka tidak dapat mencapai ekspektasi dari diri mereka sendiri, mereka memiliki kecenderungan untuk mengkritik dirinya sendiri. Tuntutan inilah yang akhirnya membuat generasi milenial lebih rentan untuk mengalami stress.
Salah satu dampak kemajuan teknologi digital dan perkembangan sosial media adalah meningkatnya angka kasus gangguan kesehatan mental terutama berkaitan dengan kecanduan akan gawai (gadget). Penelitian yang berjudul “A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia” dalam International Journal of Mental Health and Addiction menyebutkan bahwa penggunaan medsos yang berlebihan berbahaya bagi kesehatan mental karena dapat menyebabkan depresi. Peningkatan penggunaan media sosial dikaitkan dengan peningkatan skor atau skala depresi pada seseorang sebesar 9%.
Media sosial merupakan suatu hal yang identik dengan generasi milenial. Dari media sosial, mereka dapat membandingkan diri mereka dengan orang lain, dapat mendapatkan banyak berita negatif, hingga ujaran kebencian. Hal-hal ini dapat memicu generasi milenial untuk membandingkan diri mereka sendiri, memiliki rasa cemas, stress, hingga depresi. Menurut penelitian dari dua peneliti yang berasal dari University of Pittsburgh School of Medicine, hasil dari studi mereka mengungkapkan bahwa orang yang menggunakan sosial media lebih dari dua jam per hari memiliki kecenderungan untuk merasa terisolasi dibandingkan dengan orang yang menggunakan sosial media kurang dari tiga puluh menit per hari. Selain itu, menurut riset dari The Oregon Health & Science University, interaksi tatap muka bisa mengurangi resiko seseorang untuk terkena depresi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental bagi generasi milenial adalah dengan membatasi penggunaan media sosial.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dengan baik dalam pola kehidupan kita. Untuk mengelola serta menyeimbangkan kesehatan mental dan jasmani. Oleh karena itu, yuk kita simak bagaimana cara menjaga kesehatan mental tersebut. Pertama, pendekatan diri kepada Tuhan. Dengan melakukan pendekatan diri kepada Tuhan yang Maha Esa seperti beribadah dapat membuat hati, pikiran, dan jiwa menjadi lebih tenang. Tidak hanya itu, kita pun dalam melakukan aktivitas akan dipenuhi dengan optimistis dan yang terpenting adalah selalu mendapatkan kekuatan dan bantuan secara batiniah maupun lahiriah.
Kedua, berolah raga. Berbagai aktivitas olah raga seperti jogging, berenang, dan bermain badminton dapat membuat tubuh kita menjadi optimal dan positif. Tidak hanya itu, olah raga memiliki beberapa manfaat yang baik untuk kesehatan mental juga, seperti meningkatkan fungsi otak dan mengurangi stres. Dengan berolah raga, tubuh akan bereaksi termasuk juga otak. Sebagai responnya, otak akan melepaskan beberapa hormon seperti endorphine dan neurotransmitter yang bisa mengubah suasana hati kita menjadi positif.
Ketiga, adalah dengan melakukan hobi yang kita senangi. Berbagai hobi yang dapat dilakukan oleh kalangan remaja saat ini seperti coloring, camping, penpalling, dan lain-lain dapat mengatasi tekanan dan membantu kita semakin percaya diri. Serta menjaga emosi yang kita rasakan secara langsung maupun tidak langsung.
Keempat, adalah senyum salam sapa. Senyum salam sapa dapat meredakan emosi negatif dan merasakan kebahagiaan untuk diri sendiri dan lingkungan. Dengan berbagi salam senyum sapa kita memberikan energi positif dan sangat membantu menjalin relasi antara kita dengan teman-teman di kampus maupun di sekolah.
Kelima, dengan bercerita. Ayo mulailah bercerita mengenai perasaan yang dirasakan kepada teman terdekat kita. Atau lebih baik kepada orang tua. Dengan bercerita, kita akan merasa didukung dan tidak sendirian.
Keenam, adalah beristirahat. Carilah waktu untuk beristirahat dan santai. Jangan terlalu memaksakan tubuh kita untuk terus melakukan aktivitas kampus dan sekolah. Jika tubuh kita lelah, berikan waktu untuk istirahat atau tidur sejenak. Agar otak dan tubuh kita bisa bekerja dengan optimal dan terhindar dari emosi-emosi atau hal-hal negatif.
Tidak hanya keenam faktor di atas yang dapat memberikan hal positif untuk kesehatan mental kita, tetapi keenam faktor tersebut sangatlah berharga untuk mengelola kesehatan mental kita. Sehingga kita dapat terhindar dari gangguan mental yang akan menyebabkan munculnya psikomatis dalam diri kita.
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran terhadap kesehatan mental merupakan suatu hal yang penting. Beberapa faktor yang menyebabkan generasi milenial lebih rentan untuk mengalami gangguan kesehatan mental yaitu sifat kompetitif dan perfeksionis dan dampak dari sosial media.