
TAPIN – Kapolres Tapin AKBP Ernesto Saiser memberikan dukungan penuh untuk aksi musik amal dari pemuda kepada korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat, (25/11). “Berbuat baik itu seperti lingkaran, akan kembali lagi ke kita,” ujarnya.
Untuk memeriahkan acara itu, ia tidak hanya menyumbangkan suara emas di atas panggung, namun juga memberikan donasi sebesar Rp 5 juta.
Menurutnya, warga Cianjur yang terdampak gempa bumi sangat membutuhkan uluran tangan para dermawan, agar bisa bertahan dan bangkit dari dampak bencana.
Ia mengatakan, secara kelembagaan baru ini seluruh polres di Polda Kalsel juga melakukan aksi solidaritas. “Bantuan ini dikumpulkan di Polda Kalsel, dan disalurkan melalui lembaga kami di Cianjur,” ujarnya.
Total keseluruhan donasi malam itu sebesar Rp 6.650.000, bersumber dari sumbangan pengunjung dari musik amal, dan hasil lelang baju kaos langka yang memiliki tanda tangan seorang musisi ternama Indonesia Uyau Moris.
Kapolres juga memberikan bonus kepada dua orang pemenang lelang, yaitu SIM C gratis. Hal tersebut dilakukannya sebagai apresiasi untuk niat para pemuda yang antusias melakukan kebaikan.
Leader Volunteer KUN Humanity System Tapin Hendra Gunawan mengucapkan terima kasih kepada Kapolres Tapin.
Menurutnya, sosok Ernesto Saiser ini patut dicontoh oleh pemuda, bahkan pimpinan pimpinan di daerah.
“Pimpinan yang seperti ini yang kita idamkan. Beliau selalu hadir untuk aksi-aksi kepemudaan. Kehadiran beliau ini pastinya adalah suatu kehormatan untuk kami yang terkesan seadanya ini,” ujarnya.
Ia berharap, kapolres bisa terus bisa menebarkan energi dan nilai positif di lingkungan sosial masyarakat. “Panjang umur orang baik,” katanya.
Tujuan donasi
Terkait donasi yang terkumpul, akan disalurkan langsung pihak pelaksana ke tim yang bergerak di lokasi bencana.
Sasaran hasil donasi dari Tapin diarahkan ke 205 keluarga yang saat ini menempati tenda pengungsian darurat beratap terpal di daerah terisolir di kaki Gunung Gede, Kampung Tugan, Desa Wangunjaya, Kecamatan Cugenang, yang berjarak 5 km dari Kota Cianjur. Sedangkan untuk menuju tempat pengungsian, harus lewati jalur berlumpur sepanjang 3 km, dengan medan terjal setapak perbukitan dan satu titik longsor kecil.
Karena sulitnya akses menuju kota ataupun pengungsian di sana, menjadi hambatan memasukkan bantuan ke daerah terpencil ini.
Setelah selesai pengumpulan informasi pada 23 November, KUN saat ini bergerak untuk fokus menjalankan program layanan kesehatan, psikososial, dukung dapur umum, dan kebutuhan tenda-tenda pengungsian.
Selain KUN, di lokasi yang sama juga bergerak aktif dapur umum dari Wahid Foundation untuk menopang kebutuhan makan ratusan pengungsi.
“Sebelum ada dapur umum, mayoritas masyarakat mengais makanan di rumah masing-masing. Di rumahnya yang sudah hancur itu,” kata Comand Center Emeregency Response KUN Faruk Rhamadhan.
Pihaknya sudah mendirikan posko kesehatan dan memberikan layanan untuk pengungsi. Saat asesmen awal, pihaknya mencatat dari hasil cek kesehatan ada penyakit ISPA, gatal, mylgia, hipertensi, rematik, dan lambung terpal sudah menyerang beberapa orang di pengungsian.
Ia menjelaskan, kondisi itu diakibatkan ketidaklayakan sarana pengungsian, ditambah intensitas hujan yang tinggi mengguyur daerah perbukitan itu.
Hal penting lain, saat ini di area pengungsian yang dijangkau KUN masih belum ada sarana MCK (mandi, cuci, kakus) yang layak. “Cukup banyak bantuan yang masuk, rata rata masuk ke daerah terjangkau. Masih banyak yang belum terjangkau,” ujarnya. ant