Sabtu, Juli 19, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Studi Anyar: Makanan Olahan Penyebab Utama Obesitas di Dunia

by matabanua
14 November 2022
in Mozaik
0
D:\2022\November 2022\15 November 2022\11\Halaman 1-11 Selasa\studi.jpg
(Foto:mb/web)

Makanan olahan tidak pernah direkomendasikan ahli gizi, dan penelitian terbaru sekarang memperkuat klaim bahwa makanan tersebut adalah penyebab utama obesitas di dunia western. Semuanya bermuara pada sesuatu yang dikenal sebagai Hipotesis Leverage Protein.

Dikembangkan oleh profesor Universitas Sydney David Raubenheimer dan Stephen Simpson, hipotesis ini awalnya diajukan 18 tahun lalu. Dimulai dengan konsep bahwa karena tubuh manusia secara alami didorong untuk mencari dan mengkonsumsi protein, kita cenderung untuk terus makan sampai kebutuhan protein harian kita terpenuhi.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\18 Juli 2025\11\Halaman 1-11 Jumat\biar.jpg

Biar Tak Makin Parah, Penderita Radang Sendi Hindari 8 Makanan Ini

17 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\18 Juli 2025\11\Halaman 1-11 Jumat\hampir.jpg

Hampir Setengah Remaja RI Tergoda Makanan Tak Sehat Lewat Medsos

17 Juli 2025
Load More

Sayangnya, makanan olahan dan olahan yang membentuk sebagian besar makanan western biasanya rendah protein. Akibatnya, kita akhirnya makan makanan tersebut dalam jumlah besar, yang seringkali kaya akan lemak dan karbohidrat, untuk memenuhi kebutuhan protein kita.

Untuk studi baru, tim U Sydney yang dipimpin oleh Dr Amanda Grech berangkat untuk melihat seberapa banyak Hipotesis Leverage Protein benar-benar dimainkan di dunia nyata. Untuk melakukannya, para ilmuwan menganalisis data dari National Nutrition and Physical Activity Survey, yang mendokumentasikan nutrisi dan aktivitas fisik pada 9.341 orang dewasa Australia antara Mei 2011 dan Juni 2012.

Antara lain, ditemukan bahwa ketika orang makan sarapan yang cukup rendah protein, mereka cenderung mengonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih besar pada waktu makan berikutnya. Temuan ini mendukung hipotesis, karena menunjukkan bahwa individu berusaha memenuhi kebutuhan protein mereka dengan makan lebih banyak sepanjang hari.

Demikian pula, diamati juga bahwa ketika orang makan sarapan dengan lebih banyak protein, asupan makanan mereka lebih rendah untuk makanan berikutnya. Perlu juga dicatat bahwa dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang sarapan rendah protein, orang yang sarapan berprotein tinggi mengonsumsi lebih sedikit makanan padat energi yang tinggi lemak jenuh, gula, dan garam di kemudian hari.

“Hasilnya mendukung penjelasan ekologis dan mekanistik yang terintegrasi untuk obesitas, di mana makanan rendah protein, makanan yang diproses tinggi menyebabkan asupan energi yang lebih tinggi sebagai respons terhadap ketidakseimbangan nutrisi yang didorong oleh nafsu makan yang dominan untuk protein,” ujar Prof Raubenheimer seperti dilansir dari laman New Atlas, Sabtu (12/11/2022).

Ini mendukung peran sentral protein dalam epidemi obesitas, dengan implikasi signifikan bagi kesehatan global. Sebuah makalah tentang penelitian ini baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Obesity.rep/ron

 

 

Tags: Makanan olahanobesitas
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA