Jumat, Juli 11, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Gagal Ginjal Akut di Kalsel, Gagalnya Negara Mewujudkan Kesehatan Anak

by matabanua
14 November 2022
in Opini
0

Oleh: Bella Carmila, A.Md.Keb.

Kasus gagal ginjal akut (GGA) misterius yang terjadi di Indonesia membuat para orangtua semakin khawatir dan cemas terhadap anak-anaknya. Terlebih, tren peningkatan kasus terus melonjak sejak Agustus 2022 ini. Data terakhir per tanggal 25 Oktober, Kemenkes mengumumkan ada 255 kasus gagal ginjal di Indonesia. Kasus kematian pun mencapai 143 anak.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Menuju Negeri Bersih dan Berdaya

10 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\Nur Alfa Rahmah.jpg

Indonesia Darurat Perundungan Anak: Mencari Solusi Sistemik

10 Juli 2025
Load More

Gagal ginjal akut misterius pada anak ini juga terdapat di Kalimantan Selatan. “Dua kasus gagal ginjal akut misterius pada anak, dilaporkan terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Ternyata dua kasus tersebut terjadi di Kabupaten Tanah Laut. Dan baru diketahui setelah pasiennya sudah meninggal dunia. Pasien yang meninggal dunia itu berumur dua tahun dan sembilan tahun. Keduanya hanya sempat dirawat selama enam bulan (prokal.co, 7/11/2022).

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan kasus GGA misterius ini harus segera ditangani. Terkait hal ini, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyatakan penelitian Kemenkes mendeteksi tiga zat kimia berbahaya, yakni etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butil ether (EGBE) pada tubuh pasien balita yang terkena GGA. Sejauh ini, Kemenkes telah menghentikan sementara penjualan dan penggunaan obat dalam bentuk cair atau sirop demi “menyelamatkan anak”. BPOM sendiri telah melarang seluruh produk obat sirop anak maupun dewasa yang mengandung DEG dan EG. BPOM juga memastikan empat obat batuk sirop buatan India penyebab gagal ginjal di Gambia itu tidak terdaftar di Indonesia. Selain itu, sejumlah faktor pemicu lainnya adalah daya tahan tubuh anak yang rentan, hingga lingkungan yang tidak terlalu bersih.

Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman, menyoroti lemahnya kemampuan pendeteksian di Indonesia yang ia anggap berkontribusi pada tingginya angka kematian akibat GGA. Ia menegaskan sudah semestinya pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai kejadian luar biasa (KLB) karena kasus GGA sudah terjadi di beberapa kota di Indonesia dengan case fatality rate yang tinggi.

Persoalan kesehatan anak bukanlah permasalahan baru di negeri ini. Kematian anak yang tinggi melalui fenomena gagal ginjal akut, seharusnya menyadarkan penguasa dan masyarakat bahwa ada kesalahan dalam tata kelola kesehatan di negeri ini. Sebab, kesehatan sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang bersih, makanan yang bergizi, edukasi tentang pola hidup sehat, hingga perlindungan ketat oleh negara dari penyakit. Namun penanganan kasus gagal ginjal akut anak sangat lamban serta layanan kesehatan yang pemerintah sediakan masih sangat minim dan terbatas. Maka tidak heran, pada akhirnya banyak terjadi keterlambatan pendeteksian sehingga terlambat terdiagnosis, terlambat dirujuk, ataupun terlambat ditangani.

Kesehatan dibawah pengelolaan sistem kapitalisme adalah objek komersialisasi yang bisa diperdagangkan. Sistem kapitalisme telah melahirkan kebijakan yang hanya berputar pada persoalan uang, bisnis, dan keuntungan. Setiap tahun subsidi kesehatan pun terus dikurangi. Negara hadir bukan sebagai pengurus urusan rakyat, tetapi regulator yang memuluskan bisnis para korporasi. Oleh karena itu, perwujudan kesehatan anak tidak akan pernah terwujud dalam sistem kapitalisme. Karena akar masalahnya bukan pada teknis pelayanan, melainkan pada sistem kebijakannya.

Berbeda dengan sistem Islam, bagi Islam anak bukan sekedar aset masa depan. Tetapi mereka adalah bagian dari masyarakat yang wajib dipenuhi kebutuhannya. Dengan pemahaman itu negara akan berusaha sekuat tenaga melakukannya. Mulai dari penyedian fasilitas kesehatan yang memadai (gratis), pemenuhan gizi yan tercukupi (kaya atau miskin), hingga pemberian pendidikan yang merata (kota maupun desa).

Sistem ekonomi Baitul mal dalam negara Islam yakni khilafah, akan memberikan uang untuk mencukupi segala kebutuhan rakyatnya termasuk anak-anak. Kekayaan negara di Baitul mal diperoleh dari jizyah, kharaj, ghanimah, fai, harta tak bertuan, pengelolaan SDA, dan lain-lain. Semua pendapatan itu bersifat tetap dan besar, sehingga memampukan negara memberikan pelayanan kesehatan secara memadai, berkualitas, dan gratis untuk rakyat. Semua bentuk pelayanan yang dilakukan negara bukan untuk mencari keuntungan, tetapi semata-mata untuk mengurusi kebutuhan seluruh masyarakat. Hal ini dilakukan atas dasar keimanan dan tanggung jawab karena akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Sungguh, tidak ada agama yang begitu menghargai dan melindungi nyawa manusia melebihi Islam. Paradigma pemerintah saat ini sungguh sangat jauh dari Islam. Nyawa adalah anugerah Allah SWT. yang begitu dijaga dan dilindungi dalam Islam. Jiwa manusia mendapatkan perlindungan kuat dan pemeliharaan yang terjamin. Jangankan pembunuhan, menimpakan bahaya dan kesusahan kepada sesama juga diharamkan dalam Islam. Nabi SAW. bersabda,

“Siapa saja yang membahayakan orang lain, Allah akan menimpakan bahaya kepada dirinya. Siapa saja menyusahkan orang lain, Allah akan menimpakan kesusahan kepada dirinya.” (H.R. Al-Hakim).

Apalagi kasus gagal ginjal akut ini menimpa anak-anak yang tidak lain adalah generasi penerus bangsa. Keberadaan mereka semestinya menjadi aset peradaban yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah SAW. bersabda,

“Imam/khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.”

Beliau SAW. juga bersabda,

“Sesungguhnya imam/khalifah itu perisai orang-orang berperan di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya.” (H.R. Muslim).

Jika terjadi di wabah atau penyakit menular atau fenomena kematian yang misterius, maka Khilafah akan segera bertindak bahkan pada satu kasus penyakit yang belum diketahui penyebabnya. Negara akan segera melakukan riset terkini agar dapat menangani penyakit tersebut. Masyarakat tidak akan dibiarkan menghadapi sendiri penyakit tersebut. Negara akan segera melakukan riset tentang standar pengobatan dan obat-obatan terbaik bagi kesembuhan dan keselamatan jiwa pasien. Setelah ditemukan, negara akan memproduksinya dan memberikan secara cuma-cuma kepada pasien tanpa memungut biaya sepersen pun. Inilah sistem terbaik yang menjamin terpeliharanya jiwa manusia dan terjaminnya seluruh kebutuhan masyarakat.

 

Tags: Bella CarmilaDicky BudimanGGAPakar epidemiologi dari Universitas Griffith di AustraliaWallahu‘allam... Gagal GinjalWHO
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA