
BANJARMASIN – Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin kedatangan tamu istimewa, yaitu Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar.
Ia didapuk menjadi pembicara utama dalam acara bertajuk; Visioning Indonesia, Arah Kebijakan dan Peta Jalan Kesejahteraan.
Acara yang digelar di Student Center ULM dan disiarkan live di kanal Youtube Gus Muhaimin, dihadiri Rektor ULM Prof Dr Ahmad, jajaran wakil rektor, puluhan Guru Besar ULM, serta ratusan mahasiswa.
“Visoning ini hanyalah landasan dasar dari tantangan kita terutama kampus dalam melahirkan strategi baru pembangunan yang lebih efektif, lebih memadai, dan menyesuaikan dengan tantangan kesulitan di tingkat global,” katanya, Kamis (10/11) sore.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menyatakan, langkah maju pendidikan Indonesia sebetulnya sudah mulai dirasakan saat memasuki era reformasi. Saat itu, ia bersama Fraksi PKB DPR RI getol memperjuangkan anggaran 20 persen APBN khusus untuk pendidikan.
“Saya tidak bermaksud membanggakan reformasi, tetapi reformasi telah mampu membangun fondasi yang tepat, contohnya UUD 1945 DI salah satu pasalnya mewajibkan APBN 20 persen untuk pendidikan,” katanya.
Ia mengungkapkan, awal pihaknya membikin pasal itu dimarahi oleh semua ahli. “Politisi apaan itu, bikin patokan anggaran sampai 20 persen, APBN mana mampu kalau dipaksa-paksa seperti itu,” ujarnya sembari mengutip pernyataan ahli.
Meski mendapat cibiran hingga penolakan dari sejumlah ahli, Muhaimin menyatakan sikap Fraksi PKB tetap tidak berubah. Ia meyakini pendidikan adalah kunci utama memajukan bangsa.
“Tapi justru karena kita punya visi maka kita paksakan, dan alhamdulillah pasal kewajiban 20 persen APBN untuk pendidikan benar-benar berbuah hasil yang baik hingga hari ini, dan 20 persen APBN untuk pendidikan ini adalah modal kita take off di masa yang akan datang hingga melahirkan ilmu pengetahuan yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Muhaimin juga sempat menyapa dan berdiskusi langsung dengan mahasiswa disabilitas bernama Maryamah. Ia mengaku senang bisa bertegur sapa dengan Muhaimin.
“Di sini kursi roda masih kurang pak, kalau untuk ke perpustakaan aksesibilitasnya belum ada. Harapan saya ke depan lebih dipermudah lagi pak, termasuk untuk mahasiswa disabilitas seperti saya,” ujarnya. rds