Oleh: Nor Aniyah, S.Pd (Penulis Pemerhati Masalah Sosial dan Generasi)
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya pemenuhan gizi keluarga guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK mengatakan perilaku hidup bersih dan sehat perlu ditunjang dengan pemenuhan gizi seimbang dengan nutrisi yang optimal. Ia menjelaskan dengan asupan bergizi seimbang diharapkan daya tahan tubuh keluarga, khususnya anak-anak akan dapat terjaga dengan baik. Mengingat kondisi cuaca yang tidak menentu maka dikhawatirkan anak-anak mudah terserang penyakit sehingga daya tahan tubuhnya harus dijaga melalui asupan gizi seimbang (antaranews.com).
Mirisnya lagi, masih banyak penduduk negeri ini yang tercatat masuk dalam data kemiskinan ekstrem. Seperti kota Surabaya, Dinsos Surabaya mencatat sedikitnya 23.532 warga di wilayah setempat masuk dalam kategori kemiskinan ekstrem. Demikian pula di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kepala Dinas Sosial DIY mengatakan persentase penduduk miskin di DIY per Maret 2022 sebesar 11,34 persen. Yakni sebanyak 454,76 ribu penduduk miskin. Angka tersebut memang menunjukkan penurunan 0,57 persen, tetapi angka tersebut masih jauh di atas angka nasional, yakni 9,54 persen (politik.rmol.id).
Hingga kini kemiskinan masih menjadi problem utama di Indonesia yang belum terselesaikan. Terlebih di tengah naiknya berbagai bahan pokok, seperti kenaikan harga beras, telur, tarif listrik, hingga yang terbaru adalah kebaikan BBM yang sudah pasti mendongkrak kenaikan harga-harga lain. Ditambah lagi problem ekonomi yang dihadapi masyarakat pasca pandemi, di antaranya lapangan pekerjaan yang makin sangat sempit, hal ini membuat kepala rumah tangga merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan perut dan gizi keluarganya.
Bertemunya krisis energi, pangan, dan keuangan secara bersamaan yang oleh banyak pengamat disebut sebagai triple horror yang dihadapi dunia saat ini. Semua berawal dari pondasi sistem ekonomi kapitalisme yang amat rapuh. Dari catatan ekonom, inflasi makanan saat ini sudah 11.5% dan bisa cepat naik ke 15 persen akibat kenaikan harga BBM dan pelemahan nilai rupiah.
Tak ayal, adanya seruan untuk memenuhi gizi di tengah kondisi tersebut disebut sebagai narasi tanpa empati. Sebab, masyarakat tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan gizinya di tengah kesulitan hidup yang melanda. Di sisi lain ini menunjukkan ketidakpahaman pemerintah akan realita yang sedang dihadapi rakyat. Apalagi angka stunting masih sangat tinggi. Negara seharusnya peduli dan memberi solusi atas persoalan ini.
Tidak terpenuhinya gizi keluarga dan anak yang dipicu kemiskinan masyarakat sejatinya adalah efek dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini gagal menjamin kesejahteraan masyarakat individu per individu. Sistem ini telah menyerahkan pengelolaan distribusi kebutuhan rakyat pada swasta atau korporasi. Sehingga pelayanan diberikan sesuai dengan harga yang dibayarkan. Sementara negara hanya bertindak sebagai regulator yang memuluskan bisnis korporasi.
Sistem ekonomi kapitalisme juga salah kaprah dalam memandang distribusi kebutuhan pokok rakyat. Sistem ini memandang bahwa distribusi adalah tersedianya pasokan kebutuhan pokok rakyat sesuai dengan jumlah masyarakat, terlepas kebutuhan tersebut mampu terbeli atau terserap seluruh rakyat atau tidak. Padahal, satu saja individu masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya berarti negara telah gagal melakukan distribusi pangan kepada rakyatnya.
Sejatinya Islam hadir ke tengah kehidupan untuk memberikan solusi terhadap semua persoalan umat manusia. Menurut pandangan Islam, negara memberikan perlindungan, dan memberikan kemudahan akses untuk memajukan setiap warga negara. Rasulullah Saw bersabda: “Imam (Khalifah/kepala Negara) adalah pengurus/pelayan rakyat dan bertanggung jawab atas pengurusan/pelayanan kepada rakyatnya.” (HR. al-Bukhari).
Adapun indikator keadilan dan kesejahteraan dalam negara Khilafah adalah terjaminnya kebutuhan pokok setiap individu masyarakat tanpa terkecuali. Secara praktis negara Islam (Khilafah) akan menempuh dua cara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, yaitu melalui mekanisme langsung dan tidak langsung. Mekanisme langsung, berlaku untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa jasa. Sementara pemenuhan kebutuhan pokok berupa barang dijamin dengan mekanisme tidak langsung.
Pertama, negara wajib memberikan pelayanan langsung berupa jasa yakni pelayanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Jaminan atas pelayanan ini harus diberikan secara gratis. Karena ketiganya termasuk dalam kebutuhan dasar rakyat. Negara juga wajib menyediakan semua fasilitas yang dibutuhkan untuk pelayanan jasa tersebut, seperti pengadaan rumah sakit dan segala infrastrukturnya, sarana pendidikan dan semua perlengkapannya, dan sarana perlindungan keamanan beserta perangkat hukumnya. Inilah yang disebut dengan mekanisme langsung.
Kedua, mekanisme tidak langsung untuk menjamin kebutuhan pokok rakyat ditempuh dengan cara menciptakan kondisi dan sarana yang dapat menjamin kebutuhan pokok tersebut. Di antaranya, pertama negara akan memberikan lapangan pekerjaan yang layak bagi semua kepala rumah tangga yakni laki-laki. Kemudahan dalam mengakses lapangan kerja akan memberikan kepastian bagi kaum laki-laki untuk mencari nafkah serta memenuhi kebutuhan primer dan sekunder bagi keluarganya. Kedua, jika individu tersebut tidak sanggup bekerja, maka ahli waris berkewajiban memenuhi kebutuhan pokoknya. Jika tidak ada ahli waris yang mampu memenuhi kebutuhannya, maka negara berkewajiban memenuhinya melalui kas Baitulmal. Itulah beberapa mekanisme yang akan dilakukan oleh negara Khilafah dalam menjamin kebutuhan rakyat.
Jika kebutuhan primer terpenuhi, gizi keluarga dan anak tentu bisa tercukupi. Jika akses ekonomi dan pendidikan mudah, kualitas sumber daya manusia akan meningkat, dan orang tua akan memahami terkait pengetahuan dan tata cara memenuhi gizi dan nutrisi anak. Demikianlah, hanya Khilafah yang mampu menjamin gizi yang baik bagi masyarakatnya.
Hanya saja, semua itu hanya akan dapat terwujud dalam negara yang mandiri, punya visi ideologis, dan terbebas dari cengkeraman asing dan aseng. Jika sistem kapitalisme terus dipertahankan, tidak ada jalan bagi rakyatnya terentaskan. Hanya dengan sistem Islam, kekayaan alam akan kembali kepada rakyat dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.[]