JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga atau masyarakat tumbuh 5,39 persen pada kuartal III 2022. Itu berarti, kenaikan harga BBM awal September lalu tak mampu mengikis daya beli masyarakat.
Kepala BPS Margo Yuwono menyebut penyumbang utama pertumbuhan ekonomi ialah pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tembus 50,38 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III.
“Ini (konsumsi rumah tangga) terbesar dari komponen lainnya. Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,39 persen,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (7/11).
Pertumbuhan tersebut, sambung Margo, terbantu oleh penyaluran bantuan sosial (bansos) dan subsidi energi yang cukup tinggi realisasinya dibandingkan kuartal III 2021 lalu.
Sementara, komponen investasi menyumbang pertumbuhan 4,69 persen. Utamanya berasal dari investasi barang modal non bangunan dan realisasi investasi, baik dari penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi RI mencapai 5,72 persen pada kuartal III 2022. Capaian ini menjauhkan Indonesia dari ancaman resesi yang mengintai ekonomi global.
Adapun, seluruh sektor menyumbang pertumbuhan positif, antara lain industri, pertambangan, pertanian, konstruksi, dan perdagangan. Kecuali sektor jasa keuangan yang minus.
Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 masih relatif baik. Yusuf menuturkan hal tersebut dikarenakan kinerja beberapa indikator utama itu masih relatif baik.
“Artinya meskipun di akhir kuartal III 2022 ada pengumuman kenaikan harga BBM tapi saya pikir pengaruhnya tidak begitu besar kepada proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III ini,” kata Yusuf.
Dia menjelaskan, jika mengukur dari indikator utama biasanya indeks penjualan riil, pertumbuhan pada kuartal III 2022 lebih baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Atas dasar itu, kata Yusuf, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III secara keseluruhan dan tahunan masih berpotensi tumbuh di atas 5 persen. “Kalau kisarannya itu, pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen sampai 5,2 persen,” tutur Yusuf.
Proyeksi tersebut menutnya sedikit melandai dibandingkan pertumbuhan pencapaian kuartal II secara tahunan. Sebab menurutnya, dampak dari kenaikan BBM akan baru terasa pada kuartal IV 2022.
Yusuf menilai, dampak inflasi pada kuartal III 2022 sudah ada tetapi tidak terlalu besar akan mempengaruhi kinerja ekonomi. “Karena kan secara umum inflasi di tahun ini sudah lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. tetapi kalau bicara inflasi apalagi disebabkan kenaikan BBM, kami proyeksi sih akan lebih banyak pengaruhnya pada kuartal IV,” jelas Yusuf.
Menurutnya, yang paling penting saat ini bagaimana mengoptimalkan APBN dan kebijakan fiskal. Khususnya untuk menopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2022.
“Karena realisasi dari belanja APBN kita masih relatif kecil, terhadap total pagunya sekitar 76 persen. Artinya ada sekitar 25 persen yang harus dikejar sampai akhir tahun nanti. Ini yang perlu dioptimalkan pemerintah,” ungkap Yusuf. cnn/rep/mb06