
BANJARMASIN – Museum Sungai Kota Banjarmasin yang dibangun di kawasan Muara Kelayan, Kecamatan Banjarmasin Selatan, saat ini progresnya mencapai hampir 80 persen.
Proyek yang digagas Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Banjarmasin ini, dimulai sejak 23 Juni dan ditarget rampung pada akhir Desember 2022.
Dari pantauan di lapangan, tiang beton, dinding hingga kerangka atap museum sudah mulai tampak terpasang.
Dua orang konsultan pengawas, Nasrullah dan Irwan mengatakan, progres pembangunan museum yang menggunakan dana APBD Banjarmasin
sebesar Rp 3,8 miliar itu, sudah hampir 80 persen.
“Pengerjaannya tinggal pemasangan atap, istalasi air bersih, listrik, kamera pengawas atau CCTV dan penerangan jalan umum (PJU),” jelas Nasrullah, Minggu (6/11).
Kemudian, lanjut dia, pembuatan taman dan pemindahan meriam yang ada di kantor disbudporapar.
Irwan menambahkan, di dalam museum nantinya, selain ada ruang pamer benda-benda koleksi museum. “Ada pula bilik-bilik khusus, seperti ruang arsip, ruang koleksi perbaikan benda koleksi atau ruang kurator museum, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Nasrullah dan Irwan meyakini pembangunan museum bisa dirampungkan pada akhir Desember, lantaran proyek tersebut dikerjakan tiap hari, sejak pagi hingga sore.
“Bahkan terkadang dikerjakan pada malam hari, jika siang hari diguyur hujan,” tutupnya.
Keinginan museum itu sudah sejak lama diimpikan Pemko Banjarmasin. Mengingat usia Kota Banjarmasin yang sudah hampir lima abad, tepatnya 496 tahun, tapi belum memilik museum.
Lahan yang menjadi tempat dibangunnya museum kali ini, dibeli pemko dari warga bernama Syarifuddin. Pembelian lahan itu dilakukan pemko pada periode tahun 2018 hingga 2019 lalu.
Sebelumnya, di lahan itu berdiri sebuah rumah kuno khas Banjar. Dari detail engineering design (DED) yang sudah ada sejak tahun 2019 lalu, bentuk utuh bangunan museum itu nantinya mengadopsi bangunan awal, rumah khas Banjar.
Di dalam museum itu akan ditampilkan banyak benda-benda bernilai sejarah. Sebagian di antaranya, yang dimiliki oleh pemilik asal lahan bangunan, alias ahli waris.
Diisi Koleksi yang Diambil dari Belanda
WALIKOTA Banjarmasin H Ibnu Sina mengatakan keberadaan Museum Sungai Banjarmasin adalah simbol peradaban sebuah kota.
“Kalau datang ke kota mana saja, lebih-lebih ke luar negeri, kita pasti mencari museum. Kita ingin tahu, seperti apa cerita kota yang kita datangi,” ujarnya, Jumat (4/11).
Ia berharap, tahun ini bisa rampung pembangunannya. Lalu secara perlahan, koleksinya dilengkapi.
Koleksi seperti apa yang diinginkan Ibnu? Ia bilang, tidak hanya benda-benda bernilai sejarah. Ia menginginkan, dalam museum juga tersaji dokumen-dokumen penting tentang sejarah Kota Banjarmasin, baik yang ada di museum nasional maupun luar negeri seperi di museum Belanda.
“Dokumen-dokumen fisik atau dalam bentuk digital itu, harus kita ambil, kemudian disajikan di museum Banjarmasin,” tekannya.
Menurutnya, walaupun museum kota ini tidak begitu besar, tapi paling tidak nantinya ada sudut di mana bisa disajikan dokumen-dokumen digital.
Untuk mewujudkan itu, Ibnu mengaku bakal membicarakan hingga berkerja sama dengan pemerintah pusat.
“Sebelumnya, mungkin kita bisa melihat tampilan foto atau video bahari tentang Kota Banjarmasin. Tapi kualitasnya, masih kurang,” keluhnya.
“Siapa tahu, kalau bekerja sama langsung, entah dengan pihak museum nasional atau museum luar negeri, kita bisa mendapatkan file foto atau video yang kualitasnya lebih baik,” harapnya.
Ibnu mengakui, saat ini ada banyak dokumen hingga benda-benda bernilai sejarah yang ada di tangan pemerintah pusat hingga pemerintah luar negeri. Jumlahnya pun tidak sedikit, karena setidaknya ada sebanyak 400.000 artefak.
“Kami minta dibantu untuk yang berkaitan khusus dengan Kota Banjarmasin. Tapi, itu memang perlu waktu karena harus diseleksi dari sekian banyak jumlahnya. Kita berharap, semoga saja bisa terwujud nantinya,” tukasnya. dwi