
JAKARTA – Bank Indoneia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada Agustus dan September 2022.
Ternyata kenaikan bunga acuan ini akan berdampak kepada gap antara ketersediaan dan kebutuhan (backlog) perumahan di Indonesia.
Kepala Divisi Subsidized Mortgage Lending PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Mochamad Yut Penta menjelaskan, angka backlog perumahan mencapai 12,75 juta. Jumlah ini berdasarkan Survei Sosial konomi Nasional (Susenas) 2020.
Kondisi ini diperparah dengan tren kenaikan suku bunga acuan yang aktif dilakukan oleh banyak bank sentral merespons lonjakan inflasi global. Termasuk Bank Indonesia yang kembali mengerek suku bunga acuan menjadi 4,25 persen.
Kenaikan suku bunga acuan ini akan berdampak kepada kenaikan bunga kredit properti. Bisa jadi pengembang menahan diri untumembangun properti karena tingginya bunga kredit properti seperti kredit modal kerja ataupun kredit investasi. Sehingga, berpotensi meningkatkan jumlah backlog perumahan di Indonesia.
Permasalahan lainnya, nilai APBN masih terbatas dalam mendukung penyediaan rumah layak huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Adapun sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan backlog ini dengan mendorong sumber alternatif baru ntuk pembiayan sektor perumahan bagi MBR. Misalnya dengan Dana Tapera, Bank, dan PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF.
Langkah lainnya, perubahan konsumsi hunian bersubsidi sesuai kelompok masyarakat dari hunian tapak menjadi hunian vertikal di perkotaan. Hal ini untuk menekan biaya pengadaan tanah untuk pembangunan rumah.
Sebagai upaya mengurangi backlog perumahan dan menyediakan rumah layak huni, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan kyat (PUPR) pada periode 2015-2019 telah membangun 4,8 juta unit rumah melalui Program Sejuta Rumah.
Untuk kelanjutan program ini selama 2020-2021 telah mencapai 1,9 juta unit rumah. Dengan demikian, total capaian pembangunan rumah 2015-2021 dalam Program Sejuta Rumah sebanyak 6,7 juta unit rumah.
Hingga 2024 mendatang, ditargetkan akses rumah layak huni meningkat dari semula 56,7 persen pada 2020 menjadi 70 persen di 2024.lp6/mb06