
BANJARMASIN – Di balik meriahnya Hari Jadi ke-496 Kota Banjarmasin, masyarakat terpencil di Teluk Ujung Benteng, Kelurahan Mantuil, Banjarmasin Selatan, justru masih merasakan kesulitan dalam beraktivitas.
Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin telah menyediakan fasilitas bagi warga pulau bromo yaitu, jembatan gantung untuk kemudahan warga dalam menyeberangi sungai untuk beraktivitas. Namun, tetap saja tidak memberikan solusi bagi warga Teluk Ujung Benteng.
Pasalnya, jalan titian yang digunakan warga sangat memprihatinkan. Dari pantauan di lapangan, sangat banyak jalan titian ditambal sulam oleh warga.
Persoalan rusaknya titian kayu ini sudah berlangsung sejak belasan tahun lamanya. Hanya terus dijanjikan oleh Pemko tanpa ada realisasi, warga pun memperbaiki titian secara swadaya.
Dengan inisiatif warga setempat, mereka mengumpulkan sumbangan sukarela demi memperbaiki jalan titian tersebut.
“Total sumbangan yang terkumpul Rp 2.005.000. Yang terpakai untuk membeli kayu dan keperluan lainnya sebesar Rp 1.894.000,” jelas Arsyad, warga setempat.
Menurut Arsyad, keberadaan jembatan bromo senilai Rp 40 miliar itu tak memberikan keuntungan apa pun, selain sebagai akses penyeberangan.
“Kami menanggapinya biasa-biasa saja. Padahal semestinya, jembatan ini bisa memberikan keuntungan. Tapi, tampaknya tidak. Sebaliknya, akses titian jadi semakin rusak,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Widodo. Ia bilang, sejak jembatan gantung dibuat, jalan titian itu kian rusak. Mirisnya, alih-alih ada perhatian, pemerintah seakan tutup mata.
“Tak pernah sekalipun ada bantuan dari pemerintah. Khususnya terkait perbaikan titian ini. Kalau ukur mengukur titian, itu sering terjadi. Tapi nyatanya tak ada perbaikan. Jangankan perbaikan, sosialisasinya pun tak ada,” katanya.
Ia berharap, titian ini segera diperbaiki agar warga bisa dengan nyaman melintas. Supaya sama-sama nyaman.
Helmi, warga lainnya menjelaskan, akses titian yang rusak parah ada di RT 6. Pasalnya, kawasan itu menjadi perlintasan warga RT 4 dan RT 5 ketika hendak keluar dari pulau. Atau, ketika ada warga luar pulau yang bekerja di kawasan Pulau Bromo.
“Di sini ada beberapa perusahaan. Ada perusahaan kayu dan pelabuhan. Jadi pegawai perusahaan juga melintasi titian ini,” jelasnya, seraya berharap ada solusi dari pemerintah setempat. dwi