
BANJARMASIN – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarmasin Sukhrowardi menilai pembangunan Banjarmasin semakin tahun semakin maju dan terencana baik.
Usianya yang kini 496 tahun atau hampir lima abad, secara tak langsung kota yang berjuluk seribu sungai ini sebagai kota Metropolitan Banjarbakula sekaligus memiliki kekuatan sebagai pintu gerbang Ibukota Nusantara (IKN).
Di bawah kepemimpinan Walikota Banjarmasin Ibnu Sina bersama dengan Wakil Walikota Arifin Noor, kota tua Banjarmasin juga semakin dinamis dalam pembangunan. Hubungan yang saling bersinergi bersama DPRD Kota Banjarmasin satu persatu pembangunan terwujud sesuai sesuai rencana.
“Mulai pergantian jalan dan jembatan, penataan kawasan kumuh, serta penataan sarana dan prasarana transportasi,” kata Sukhrowardi di Banjarmasin, Senin (26/9).
Demikian juga dengan fasilitas publik yakni telah disediakannya angkutan bus gratis bagi warga dan pelajar, yang disertai dengan dibangunnya beberapa halte bus.
Terlihat juga pada jalur pedestrian jalan protokol mulai Jalan A Yani ditata apik dan rapi dengan dihiasi taman vertikal dan lampu lampu. Hal ini membuat wajah kota terlihat indah. Pemindahan pedagang makanan sepanjang A Yani sebagian pindah ke Pusat Kuliner Baiman, tanpa lewat kekerasan. Kemudian, pembenahan pedestrian di pusat kota terus digenjot.
Penataan kawasan perdagangan Jalan Hasanudin HM dan lainnya hingga rencana revitalisasi kawasan Sudimampir. Ada pula, program penguataan ekonomi kerakyatan juga dilakukan melalui program Wirausaha Baru (WUB), program Bahuma (Bausaha Tanpa Bunga) kini terus digiatkan.
Meski demikian, lanjut Sukhrowardi mengatakan bahwa pentingnya kompetensi, Komitmen dan Kebersamaan harus terus terjalin. “Dalam perjalanan pembangunan kota ada beberapa kendala yang memperlambat pembangunan. Sebagian para senior aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkot Banjarmasin telah memasuki masa pensiun dan percepatan reformasi birokrasi ASN,” jelasnya.
Menurutnya, regulasi yang sangat prosedural ditambah tekanan kepentingan politik sewaktu merebut hati rakyat kembali. Kondisi ini membuat Ibnu Sina memperlambat laju pembangunan karena kompetensi ASN. Seperti ada kesan praktik like and dislike.
“Akibatnya kelihatan penertiban kawasan kumuh, yang sudah ditertibkan kembali tumbuh dan tak terselesaikan dengan baik,” katanya.
Tak hanya itu, Taman Edukasi Baiman dan berujung kubah mushala di depan Duta Mall satu-satunya punya kota, terlindungi baliho sehingga nilai estetika keindahan dan ciri bahwa Banjarmasin adalah kota religius.
Segala upaya untuk segera diselesaikan, namun faktanya jalan buntu penyelesaian justru didapat. Menurut Sukhrowardi, hal itulah membuat Ibnu Sina memilih dan memilah pembangunan apa yang minim risiko konflik dan bisa dengan cepat terselesaikan agar warga kota bisa merasakan perubahan.
“Kekompakan adalah yang membuat modal Ibnu Sina menjadi tantangan tersendiri. Adanya rencana Revitalisasi Pasar Batuah yang sudah berusia 30 tahun saat HUT ke-496 Kota Banjarmasin saat ini, belum juga kunjung selesai,” katanya.
Persoalannya pun berujung dibawa ke ruang sidang meja hijau. Ini bukti kekompakan atau tidaknya sangat berpengaruh terhadap program agar bisa dilaksanakan.
“Terlihat sekali, nanyak kekompakan belum terlihat. Akibatnya, program-program prorakyat tidak saling melengkapi, seperti penanganan kemiskinan dan seterusnya,” katanya.
Dengan ini, dapat mengambil hikmah dari pendemi Covid-19 dan Banjarmasin diterpa banjir, seyogyanya menjadi hal yang bisa meningkatkan komitmen dan kebersamaan, baik Ibnu Sina dan Arifin Noor, maupun barisan ASN-nya serta tentu saja lembaga legislatif (DPRD Kota Banjarmasin).
“Jikalau saja kompetensi, komitmen dan kebersamaan di atas bisa ditingkatkan, maka Kota Banjarmasin sebagai ibukota Provinsi Kalsel yang sudah hampir berusia 5 abad ini, dengan kekuatan sebagai pintu gerbang IKN Nusantara, maka julukan kota jasa dan perdagangan yang ramah dan apik bisa terwujud cepat,” ujarnya lagi. Dengan begitu, diharapkan juga mampu membuat penghuninya makmur dan berkeadilan. via/rds