
JAKARTA – Wacana pembelian minyak mentah dari Rusia kembali bergema. Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kian terang benderang memberi isyarat RI bisa impor dari Rusia.
Hal itu diungkapkan Jokowi di tengah lonjakan harga minyak dunia. Menurut Jokowi, pemerintah memang sedang mengkaji sejumlah opsi untuk membeli minyak mentah dengan harga ‘miring’.
“Semua opsi selalu kami pantau. Jika ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja,” ungkap Jokowi, dikutip dari CNA.com.
Jauh sebelum ini, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati sudah mengungkapkan keinginan manajemen untuk membeli minyak mentah dari Rusia.
Alasannya cuma satu. Negara Beruang Merah itu ‘mengobral’ minyak mentah di tengah konflik dan hujan sanksi dari negara-negara Barat. “Di saat harga sekarang situasi geopolitik, kami melihat ada opportunity (kesempatan) untuk membeli dari Rusia dengan harga yang baik,” ungkapnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR pada akhir Maret 2022.
Nicke mengaku pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Bank Indonesia (BI) untuk mengimpor minyak dari Rusia.
Menurut dia, rencana ini tak akan berdampak negatif dari sudut pandang politik asalkan Pertamina membeli dari perusahaan yang tidak dikenakan sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina.
“Untuk masalah ini, secara politik idak akan masalah sepanjang perusahaan yang kami deal (sepakati) tidak terkena sanksi,” jelas Nicke.
Sayang, rencana itu batal. Manajemen mengklaim stok minyak di kilang Pertamina sudah sesuai dengan jumlah kebutuhan di dalam negeri, sehingga tak perlu menambah impor dari Rusia.
Kendati begitu, wacana impor minyak dari Rusia masih terus mengemuka. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengklaim Rusia menawarkan RI untuk membeli minyak mereka dengan harga 30 persen lebih murah dibanding harga pasar internasional pada Agustus 2022.
“Rusia menawarkan ke kita, eh lu mau nggak India sudah ambil nih minyak kita harganya 30 persen lebih murah daripada harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil nggak? Ambil. Pak Jokowi pikir yang sama, ambil,” ucap Sandi di akun Instagram-nya @sandiuno.
Menurut dia, Indonesia tak perlu takut diembargo oleh Amerika Serikat (AS) jika mengimpor minyak dari Rusia.
“Ada yang tidak setuju takut wah diembargo Amerika. Ya biarin sajalah kalau diembargo paling tidak bisa makan McDonald’s, makan Baba Rafi lah,” imbuhnya.
Namun, ia mengakui bahwa AS mengontrol seluruh transaksi yang menggunakan dolar AS. Hal itu dilakukan lewat Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT).
SWIFT merupakan sistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank bisa mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman.
Dengan SWIFT, transaksi keuangan saat ini dapat dilakukan antar negara bahkan antar benua. “Tapi ini memang tantangannya karena Barat (AS) ini kan mau bagaimana pun juga mereka kontrol teknologi, payment (pembayaran). Setiap pengiriman dolar AS harus lewat New York,” imbuh Sandi.
Jika bank di Indonesia dikeluarkan dari SWIFT, seperti halnya bank Rusia, maka bank asal RI tak bisa bertransaksi dengan dolar AS. Tapi, Rusia punya solusi. Mereka menawarkan RI membayar impor minyak mentah dengan rubel. “Kata Rusia tidak perlu takut, bayar pakai rubel saja. Konversi rupiah ke rubel,” kata Sandi.
Andaikata RI mengimpor minyak mentah dari Rusia, apakah lantas harga BBM yang baru saja naik bisa kembali turun?
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai impor minyak mentah dari Rusia tidak menjamin harga BBM akan turun. Pasalnya, kurs rupiah masih terus melemah terhadap dolar AS.
“Belum menjamin (impor minyak dari Rusia akan membuat harga BBM turun). Ada dua indikator, kurs dan harga minyak mentah,” tutur maidi. Saat ini, rupiah terus meradang di rentang Rp14.800-Rp14.900 per dolar AS dalam beberapa hari terakhir. cnn/mb06