
BANJARMASIN – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Banjarmasin meluncurkan program bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni (RS Rutilahu) di Kota Banjarmasin.
Salah satu rumah tidak layak huni yang menerima program RS Rutilahu, Norsiah dan Noor Sita, warga jalan Kelayan A Gang Sederhana, Kelurahan Kelayan Timur yang telah menunggu sekitar lima tahun akhirnya bisa bernafas lega.
Bukan tanpa sebab, rumahnya yang tampak kumuh dan reot, akhirnya bisa diperbaiki melalui bantuan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-Rutilahu) dari Pemko Banjarmasin.
“Sudah lama kondisi rumah ini rusak, apabila hujan, terkadang tidak bisa tidur, karena atapnya berlobang,” ucap mereka yang rumahnya bersebelahan, saat pencanangan RS-Rutulahu, Selasa (13/9).
Lebih jauh, kakak beradik ini menjelaskan usulan perbaikan sebenarnya telah dilakukan sejak lima tahun silam, melalui Kelurahan. “Senang akhirnya bisa diperbaiki, setelah lima tahun menunggu,” ungkap keduanya.
Wali Kota Banjarmasin, H Ibnu Sina berharap semoga proses pembangunan rumah warga bisa lancar dan selesai dalam waktu 20 hari ke depan.
“Semoga lancar pembangunannya dan jadi rumah yang layak huni,” harapnya usai mencanangkan RS-Rutilahu di jalan Kelayan A Gang Sederhana, Kelurahan Kelayan Timur, Banjarmasin Selatan.
Ibnu menyampaikan, selama pembangunan berlangsung, pemilik rumah akan tinggal sementara di rumah warga sekitar dan setiap harinya akan diberikan satu paket sembako.
“Semantara mereka akan tinggal dengan warga sekitar dan dibantu paket sembako tiap harinya. Memang di wilayah Banjarmasin Selatan paling banyak,” tutup Ibnu Sina.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Banjarmasin, Dolly Syahbana menerangkan setidaknya ada sebanyak 97 unit yang menerima program RS-Rutilahu pada tahun 2022 ini.
Rinciannya, sebanyak 13 unit di wilayah Banjarmasin Utara, 15 unit di wilayah Banjarmasin Barat, sembilan unit di wilayah Banjarmasin Tengah dan paling banyak di wilayah Banjarmasin Selatan berjumlah 57 unit.
“Dari 124 unit usulan yang masuk, ada 97 unit yang bisa kita dikerjakan dan mereka yang menerima bantuan ini warganya masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS),” ungkap Dolly.
Dia menjelaskan setiap warga menerima bantuan perbaikan sebesar Rp24 juta dan dikerjakan secara swadaya oleh pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) selama 20 hari.
Dolly pun lantas membeberkan, alasan wilayah Banjarmasin Selatan menjadi paling banyak menerima program bantuan tersebut.
Selain jumlah penduduknya yang banyak, tingkat kemiskinan di Banjarmasin Selatan yang cukup besar juga menjadi faktor banyaknya program bantuan ini menyasar ke wilayah itu. “Dari total jumlah DTKS, 30 persen diantaranya ada di wilayah Banjarmasin Selatan,” pungkasnya.
Dia mengungkapkan syarat warga yang bisa mendapatkan program RS-Rutilahu antara lain memiliki sertifikat atau segel dan tidak berada di jalur hijau. “Banyak rumah kumuh di Banjarmasin tapi kebanyakan di jalur hijau hal itu kendala kita,” ungkap Dolly. dwi/ani