
BANJARMASIN – Kenaikan harga BBM rupanya sangat berdampak ke seluruh lapisan masyarakat, hingga merambah ke sektor wisata.
Tarif wisata susur sungai dari siring Banjarmasin ke Lok Baintan misalnya, sebelumnya dipatok dengan harga Rp 400 ribu, kini naik menjadi Rp 450 ribu.
Ketua Paguyuban Motoris Kelotok Wisata Siring Menara Pandang, Redy Budiarianto mengatakan, kenaikan biaya carter kelotok itu dikarenakan bertambahnya modal yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan kelotok wisata.
Ia mengaku, kenaikan ongkos ini diakuinya sudah berlaku sejak Jumat (2/9) yang lalu dan sudah dibicarakan bersama para motoris kelotok wisata.
“Sudah kami bicarakan sejak adanya isu kenaikan harga BBM beberapa minggu yang lalu. Dan hasilnya setelah resmi dinaikkan (harga solar), kami terpaksa menaikan ongkos wisata ke Lok Baintan,” ujarnya.
Naiknya ongkos ke Pasar Terapung Lok Baintan itu, juga dikarenakan jarak tempuh yang dinilainya cukup jauh dari Kota Banjarmasin.
Meski demikian, pihaknya mengaku tidak menaikkan ongkos atau tarif kelotok wisata lain. Seperti jurusan Kampung Biru, Kampung Hijau dan jurusan lain di seputaran Banjarmasin.
“Termasuk yang per orang ongkosnya tetap seperti biasa. Hanya carteran jurusan Lok Baintan saja,” pungkasnya.
Selain itu, kenaikan BBM ini turut memberikan beban kepada para supir angkot. Seperti, para sopir angkot yang mangkal di Halte Sentra Antasari Banjarmasin menceletuk bahwa mereka sudah mendapatkan Kartu Indonesia Sabar.
“Kami sudah dapat Kartu Indonesia Sabar dari pemerintah. Apapun yang naik, kami selalu diminta bersabar,” ungkap para sopir saat ditemu awak media di terminal.
Abdul Muin, salah satu sopir angkot jurusan Banjarmasin-Gambut mengatakan, sebelum tarif BBM subsidi naik, penghasilan para sopir angkot sudah merosot.
“Pendapatan dan pengeluaran sudah tak sebanding. Hampir setiap hari tidak bisa menutup modal untuk setoran,” keluhnya.
Oleh karena itu, para sopir angkot di Halte Sentra Antasari Banjarmasin pun berencana menaikkan tarif yang sebelumnya Rp 6.000 menjadi Rp 7.000 per orang.
“Sebenarnya berat, karena tarif tidak naik saja jumlah penumpang sudah alakadarnya,” tuturnya.
Muin mengatakan, para sopir angkot juga mengaku kesulitan untuk membeli Pertalite di SPBU dikarenakan aturan terbaru. Pembelian BBM bersubsidi saja, katanya, harus menggunakan kode batang atau barcode melalui smartphone. “Sedangkan kami masih banyak yang belum menggunakan android,” pungkasnya. dwi