Rabu, Agustus 20, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Mewaspadai Terpaan Gelombang Inflasi

by matabanua
4 September 2022
in Opini
0

D:\Data\September 2022\0509\8\8\8\foto.jpg

Oleh Nurul Jannah (Statistisi Muda BPS Kabupaten Tabalong)

Artikel Lainnya

Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Krisis Gaza (Pelaparan Sistemis) dan Momentum Kebangkitan Umat

20 Agustus 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Wisata Gunung Kayangan: Pesona Alam Terbengkalai

20 Agustus 2025
Load More

Kondisi perekonomian dunia saat ini sedang tak baik-baik saja. Perekonomian yang mulai bangkit dari keterpurukan akibat pandemi harus kembali melemah akibat adanya konflik Rusia-Ukraina. Gelombang inflasi tinggi pun mendera sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia. Invasi Rusia ke Ukraina berdampak besar utamanya pada negara-negara di kawasan Eropa, akibat terhambatnya arus distribusi pasokan bahan pokok yang berujung pada peningkatan laju inflasi.  Beberapa negara yang cukup tinggi laju inflasinya sepanjang bulan Juli 2022 secara tahunan (year on year/yoy)adalah Turki sebesar 79,6 persen, Argentina 71 Persen,Rusia sebesar 15,1 persen, Spanyol sebesar 10, 4 persen, Inggris Raya sebesar 10,1 persen, Kawasan Euro 9,1 persen, Amerika Serikat sebesar 8,5 persen, Italia sebesar 8,4 persen dan Jerman 7,9 persen.

Kondisi meningkatnya inflasi yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan akan menimbulkan keadaan stagflasi. Stagflasi merupakan kondisi dimana periode pertumbuhan yang lambat di tengah inflasi yang meningkat. Apabila terjadi maka akan berpengaruh pada aliran ekspor dan investasi. Stagflasi akan berimbas pada daya beli masyarakat. Ini disebabkan oleh lonjakan inflasi dan konsumsi masyarakat yang justru menurun seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini bisa menjadi sangat berbahaya bagi perekonomian dunia, utamanya bagi negara-negara berpendapatan menengah termasuk Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat  inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2022 sebesar 4,69% (year-on-year/yoy). Tingkat inflasi ini menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat mencatatkan rekor tertinggi sejak 2015. Adapun lonjakan inflasi tersebut dipicu utamanya oleh kenaikan harga pangan dalam negeri yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Tingkat inflasi yang mendekati level 5 persen ini harus diwaspadai dan sudah harus menjadi lampu kuning bagi pemerintah.

Sepanjang tahun 2022, Kalimantan Selatan (Kalsel) adalah salah satu daerah yang mengalami gelombang inflasi yang cukup tinggi. Inflasi Kalsel merupakan gabungan dari 3 kota inflasi di Kalsel yaitu Kota Banjarmasin, Tanjung dan Kotabaru. Data BPS menyebutkan Inflasi tahunan (Agustus 2022 dibanding Agustus 2021) Kalsel sebesar 5,80 persen. Angka ini menurun jika dibandingkan inflasi tahunan Juli 2022 yang berada di kisaran 6,15 persen. Angka ini sudah melewati batas target inflasi nasional tahun 2022 yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) yaitu hanya sebesar 3 persen dengan deviasi ±1 persen.

Pada bulan Agustus 2022, terjadi deflasi pada gabungan tiga kota di Kalsel sebesar 0,42 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,97 persen. Dari 3 kota IHK di Kalsel, Kotabaru mengalami inflasi sebesar 0,13 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 117,77, sementara kota Banjarmasin mengalami deflasi sebesar 0,44 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 113,65 dan Tanjung mengalami deflasi sebesar 0,87 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 112,89.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya empat indeks kelompok pengeluaran secara signifikan yaitu : kelompok transportasi sebesar 1,78 persen; kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,31 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 1,03 persen dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,32 persen.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil deflasi tertinggi di Kalsel antara lain angkutan udara, bawang merah, minyak goreng, ikan gabus, cabai rawit, tomat, daging ayam ras, bioskop, laptop/notebook dan ikan saluang.

Jika dibandingkan dengan tiga kabupaten IHK di Kalsel, Tanjung salah satu kota IHK yang cukup bisa menekan laju inflasi. Hal ini terlihat dari bulan Juli 2022, inflasi Tanjung paling rendah yaitu 0,04 persen dari 90 kota inflasi se Indonesia. Bulan Agustus 2022, Tanjung malah mengalami deflasi 0,87 persen. Kedua terendah jika dibandingkan 12 kota inflasi di Kalimantan. Pemicu utama deflasi di Tanjung adalah komponen bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar 4,03 persen, meskipun komponen energi mengalami inflasi 1,24 persen. Tahun 2021, Kab.Tabalong mendapat predikat peringkat kedua terbaik dalam mengendalikan inflasi di Kalimantan. Hal ini tentu tidak lepas dari peran serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam menggencarkan berbagai program untuk membantu pengendalian harga barang-barang kebutuhan pokok daerah. Salah satunya dengan mengadakan operasi pasar murah (OPM) di berbagai tempat di Tabalong, selain itu TPID juga menggelar pasar petani di pasar agribisnis. Pasar petani ini melibatkan petani yang ada di Kabupaten Tabalong untuk bisa menjual langsung hasil tanaman holtukultura yang mereka kembangkan sendiri, yang hal ini langsung ditinjau oleh TPID Kalsel saat kunjungan ke Tabalong tanggal 31 agustus 2022 yang lalu.

Saat ini harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pertamina kembali naik sejak 3 September 2022. Untuk wilayah kalsel, harga pertalite per liter naik jadi Rp. 10.000,-dari sebelumnya Rp. 7.650,-: harga pertamax per liter naik menjadi Rp. 14.850,- dari sebelumnya Rp. Rp. 12.750,-: dan biosolar per liter naik menjadi 6.800,- dari sebelumnya Rp. 5.150,-.

Hal ini tentu akan berimbas dengan naiknya harga berbagai kebutuhan pokok, dan tentu saja harga akan semakin mahal. Peningkatan harga kebutuhan pokok yang signifikan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi jumlah masyarakat miskin ke depan. Dengan harga kebutuhan pokok yang tinggi, bukan tak mungkin jumlah masyarakat yang jatuh ke jurang kemiskinan bakal bertambah. Oleh sebab itu penting bagi pemerintah untuk waspada terhadap gelombang inflasi dan mengendalikan kenaikan inflasi seiring dengan naiknya harga berbagai kebutuhan pokok.

 

 

Tags: inflasiNurul JannahStatistisi Muda BPS Kabupaten Tabalong
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA