
JAKARTA – Pemerintah belum juga merealisasikan rencana menaikkan harga Pertalite dan Solar. Malah, di tengah penantian kenaikan harga BBM bersubsidi, Pertamina mengumumkan penurunan harga Pertamax Turbo .
Sinyal kenaikan harga BBM ini disampaikan Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak. Ia menyebut revisi final Peraturan Presiden 191 Tahun 2014 telah disampaikan ke meja Kementerian BUMN. “Sudah rampung, sudah. Saat ini, final (revisi perpres) di Kementerian BUMN,” jelasnya.
Kabar kenaikan harga Pertalite dan Solar sudah santer bergema 1-2 pekan terakhir karena lonjakan subsidi enegi membengkak berlipat-lipat. Tadinya, subsidi energi dianggarkan Rp170 triliun, namun karena kenaikan harga minyak mentah, subsidi diperkirakan jadi Rp502 triliun.
Nilai tersebut diprediksi bakal bertambah lagi Rp195,6 triliun menjadi Rp698 triliun sampai akhir tahun, jika harga BBM tidak dinaikkan dan berkaca pada kondisi saat ini kenaikan harga minyak mentah dan penguatan dolar AS terhadap banyak mata uang asing, termasuk rupiah.
Awal pekan ini, pemerintah juga mengumumkan akan menyalurkan bansos tambahan untuk meredam kenaikan harga BBM. Bansos berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk lebih dari 20 juta keluarga harapan sebesar Rp600 ribu, dan Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi 16 juta pekerja bergaji di bawah Rp3,5 juta.
Tak cuma itu, pemerintah juga menyisihkan 2 persen dari Dana Transfer Umum (DTU) di kantong pemerintah daerah (pemda) untuk mensubsidi ojek, offline maupun ojek online, termasuk nelayan untuk bantalan sosial di tengah kenaikan harga-harga.
Menanggapi hal itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede optimistis kenaikan harga BBM tidak akan berdampak besar terhadap garis kemiskinan. Toh, ia menyebut pemerintah melakukan antisipasi dengan memberikan bansos ekstra.
“Dengan diumumkannya bantalan sosial terlebih dahulu, maka kecemasan masyarakat miskin mengenai daya beli mereka bisa berkurang dan mengurangi potensi gejolak sosial yang terjadi,” ungkapnya.
Namun, Josua mengingatkan dampak kenaikan harga BBM tetap akan terlihat nyata pada inflasi. Diperkirakan inflasi bisa tembus 6,7 persen hingga akhir tahun nanti, dengan asumsi harga Pertalite naik jadi Rp10.000 per liter dan Solar naik jadi Rp7.200 per liter.
“Jadi, secara keseluruhan, jika pemerintah menaikkan harga Pertalite menjadi p10 ribu dan Solar menjadi Rp7.200, maka ada tambahan inflasi sekitar 2,05 persen,” terang dia.
Inflasi yang melonjak ini, sudah pasti direspons dengan kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI), sehingga akan mengganggu pertumbuhan ekonomi yang sedang bangkit. Kendati demikian, imbasnya baru akan lebih terlihat pada perekonomian tahun depan.
“Dampak kenaikan harga BBM tersebut akan lebih signifikan pada pertumbuhan ekonomi 2023 yang diperkirakan cenderung melambat ke kisaran 4,8-4,9 persen,” imbuhnya. cnn/mb06