
JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PT Pertamina (Persero) menunggu keputusan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
Hal ini disampaikan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga usai peluncuran 30 ribu UMKM mitra binaan BUMN Go Online di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Senin.
“Kami dan Pertamina ini pelaksana saja, kan regulator di sana, kita pelaksana menunggu saja kalau diperintahkan,” ujar Arya.
Arya menyampaikan fokus Kementerian BUMN dan Pertamina ialah menjaga ketersediaan dan distribusi BBM dapat berjalan dengan baik di seluruh penjuru Indonesia. Arya mengatakan stok BBM hingga saat ini masih mencukupi.
“Yang penting di kami itu bagaimana menjaga penyediaan, kita jaga distribusinya agar tidak ada beli banyak-banyak atau panic buying,” ucapnya.
Arya menyampaikan masyarakat harus memahami bahwa harga jual Pertalite dan Pertamax saat ini jauh di atas harga keekonomian.
Hingga Juli, ucap Arya, konsumsi Pertalite sudah mencapai 16,84 kiloliter (KL) dengan harga jual sebesar Rp 7.650 per liter atau di atas harga keekonomian yang sebesar Rp 14.500 per liter. Terdapat subsidi sebesar Rp 114,5 triliun untuk Pertalite hingga Juli.
Pun, dengan harga Solar yang dijual sebesar Rp 5.510 per liter yang lebih tinggi dari harga keekonomian yang sebesar Rp 13.950 per liter atau terdapat selisih Rp 8.800 per liter yang harus disubsidi pemerintah. Arya mengatakan konsumsi solar hingga Juli sudah mencapai 9,8 juta KL.
“Kalikan saja selisihnya, Rp 200,7 triliun. Ini lah yang disubsidi pemerintah hanya untuk Pertalite dan Solar hanya sampai Juli. Ini fakta, kalau ada yang bilang APBN cuma Rp 11 triliun, dia halu,” kata Arya menambahkan.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan 80 persen rumah tangga yang relatif mampu menikmati subsidi pertalite. Bahkan, 60 persen subsidi tersebut dinikmati orang yang sangat kaya.
Menurut Sri Mulyani mengatakan saat ini harga jual eceran pertalite dibanderol Rp7.650 per liter. Padahal harga asli dari bensin RON 90 ini seharusnya Rp14.450 per liter.
Artinya, pertalite yang dibeli masyarakat mendapatkan bsidi sebesar Rp6.800 per liter. Sayangnya sebagian besar dari subsidi ini dinikmati oleh orang dengan kalangan kelas menengah ke atas.
“Pertalite situasinya sama, dari subsidinya Rp93,5 triliun, 80 persennya dinikmati oleh rumah tangga yang relatif mampu atau bahkan sangat kaya 60 persennya. Jadi, hampir Rp60 triliun dari Rp90 triliunan tadi, masyarakat tidak mampu hanya mengkonsumsi 20 persennya saja. Ini artinya, dengan ratusan triliun kami berikan justru yang menikmati keluarga mampu,” kata Sri Mulyani.
Pada kesempatan itu, Sri Mulyani juga mengatakan bahwa BBM jenis pertamax yang tidak masuk dalam penugasan juga turut disubsidi. Ia mengatakan harga keekonomian untuk BBM jenis pertamax RON 92 seharusnya Rp17.300 per liter. rep/mb06